Yogyakarta – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat terus berupaya mewujudkan industri penyiaran radio tetap eksis di tengah gempuran internet. Terlebih sudah menjadi amanat undang-undang penyiaran untuk tetap menjaga industri penyiaran terus berkembang. Kondisi lembaga penyiaran radio yang timpang harus disikapi dengan nyata.

Salah satu bentuk nyata adalah dengan dibuatnya radio akademi. Radio akademi merupakan program untuk memberikan pelatihan dan stimulasi kepada lembaga penyiaran radio agar memiliki keterampilan terkini. Mengingat antara stasiun radio satu dengan yang lain memiliki sumber daya yang berbeda. 

Program radio akademi didesain memiliki kurikulum. Kurikulum ini disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan lembaga penyiaran radio. Karena itu, KPI Pusat menyelenggarakan “Diseminasi Penyusunan Pedoman Radio Akademi” untuk mendengar keluhan dan kebutuhan insan radio yang akan diimplementasikan dalam kegiatan Radio Akademi. Diseminasi tersebut digelar di Aula Dinas Kominfo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (24/11/2023).

Penanggung jawab kegiatan sekaligus Koordinator Bidang Kelembagaan KPI Pusat, I Made Sunarasa menyampaikan, kegiatan ini untuk membangkitkan semangat lembaga radio ke depan. Kegiatan ini juga menjadi tanggung jawab KPI untuk meningkatkan kapasitas SDM bidang penyiaran radio. 

“Mulai dari Jogja kita bangkitkan semangat baru untuk radio Indonesia. Teman-teman di sini juga bisa memberikan masukan walaupun kurikulumnya sudah jadi karena dapat menjadi bahan evaluasi kami,” ungkap Made ke insan radio di Yogyakarta.

Made mengaku bahwa kegiatan ini merupakan komitmen nyata KPI. Terlebih penyusunan kurikulum Radio Akademi sudah melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak hampir di seluruh Indonesia. 

“Proses penyusunan kurikulum ini panjang. Pertama pembentukan tim yang melibatkan perwakilan KPID dari KPID NTT, KPID Jawa Barat, dan KPID Riau. Terakhir kita mengadakan proses finalisasi kurikulum di NTT dan hari ini kita sosialisasikan kepada teman-teman,” ucap Made di ujung sambutannya. 

Adapun narasumber acara, Deden Ronggo Astono selaku Station Manager Phoenix Radio Bali dan Yohanes Suyanto selaku Koordinator Pengelolaan Struktur dan Sistem Siaran KPI Daerah Yogyakarta.

Deden selaku praktisi penyiaran menyampaikan program ini akan dilaksanakan KPI bekerjasama dengan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) di berbagai daerah di Indonesia. 

“Kegiatan akan melibatkan para pengelola radio dan insan-insan (praktisi) penyiaran radio dalam bentuk kelas pembelajaran yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan dan kelas praktik agar peserta dapat langsung menyerap materi yang disampaikan dengan lebih efektif,” ungkap Deden.

Selain itu, Yohanes menambahkan industri radio di Yogyakarta membutuhkan stimulasi untuk terus hidup. Dia menyatakan tantangan industri radio di Yogyakarta mulai dari tenaga kerja, finansial, serta penurunan pasca pandemi.

“Kondisi sekarang sedang tidak baik-baik saja, mereka masih kesulitan membayar listrik, keterbatasan SDM, dan kita sampai sekarang belum berhasil mengupayakan radio komunitas dikelola oleh perangkat desa,” ungkap Yohanes. 

Ketua KPID Yogyakarta Dewi Nurhasana, mengaku senang dengan dijalankannya kegiatan Radio Akademi untuk membantu industri radio terus berkembang.

“Kami menyambut dengan senang hati. Ini merupakan kegiatan yang sangat progresif dalam dunia penyiaran karena dapat menjadi motivasi sekaligus stimulus kepada Lembaga penyiaran khususnya radio di DIY untuk lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi,” ungkap Dewi.

Di sesi akhir diskusi, KPI mendengarkan berbagai keluhan dari sejumlah lembaga penyiaran radio. Mulai dari masalah regulasi, pendapatan, pemasaran, hak cipta, dan sebagainya. Para insan radio ini mengapresiasi kegiatan Radio Akademi dilaksanakan di Yogyakarta. 

Turut hadir dan memberikan dukungan yakni Anggota KPI Pusat Bidang Kelembagaan antara lain Amin Shabana, Evri Rizqi Monarshi, Mimah Susanti, serta Kepala Sekretariat KPI Pusat, Umri. Abidatu Lintang

 

 

Bogor - Di tengah kontestasi politik yang hangat saat ini, media sosial akan dibanjiri oleh banyak informasi. Pada kondisi tersebut, lembaga penyiaran dalam hal ini televisi dan radio harus dapat hadir sebagai rujukan atau pegangan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang terverifikasi dan bukan hoax. Termasuk juga terkait pemberitaan calon anggota legislatif yang ikut berlaga dalam Pemilu 2024 yang sebenarnya merupakan pemimpin bangsa ini di masa depan. Hal ini disampaikan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Tulus Santoso, saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengawasan Penyiaran Pemilu, di Bogor, (23/11/2023). 

Bimtek yang digelar KPI ini merupakan sosialisasi kepada publik terkait informasi kepemiluan di lembaga penyiaran. Turut hadir dalam Bimtek. anggota Komisi I DPR RI Anton Sukartono Suratto, anggota KPI Pusat Bidang Pengawasan Isi Siaran, Aliyah dan juga anggota KPID Jawa Barat M Sudhama Dipawikarta.

Saat memberi sambutan kunci kepada peserta Bimtek, Anton meminta KPI berkomitmen menjalankan tugas dan fungsi dalam menjamin masyarakat mendapat informasi yang layak dan berimbang. “Terutama dalam konteks penyiaran Pemilu,” ujarnya. Anton berharap, penyiaran di televisi baik dalam bentuk pemberitaan dan iklan kampanye Pemilu 2024, tidak memuat unsur fitnah dan penghinaan terhadap sesama kontestan pemilu. “Hal ini harus dihindari karena akan memicu perpecahan sesama anak bangsa,” tegasnya. 

Sementara itu, Aliyah mengimbau kepada masyarakat yang menemukan tayangan dengan unsur hoax atau fake news, segera melaporkan kepada KPI Pusat atau pun KPI di daerahnya masing-masing. Menurut Aliyah, masyarakat dapat ikut mengambil peran dalam menjaga situasi yang kondusif di ruang publik, dengan menyampaikan laporan kepada KPI jika menemukan konten siaran yang tidak layak. Harapannya, perhelatan Pemilu 2024 ini dapat mempersembahkan kepemimpinan nasional yang berkualitas untuk bangsa ini, dan televisi serta radio memberikan peran yang signifikan lewat penyebaran informasi yang dipastikan validitasnya kepada publik. DNS

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) akan menyelenggarakan Anugerah KPI tahun 2023 pada Minggu malam (26/11/2023). Gelaran ajang apresiasi yang mengangkat tema Ecobroadcasting ini akan disiarkan secara langsung di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI mulai pukul 19.30 WIB.

Anugerah bagi program siaran, insan penyiaran, kepala daerah dan KPID ini ditujukan untuk mendorong lembaga penyiaran menyiarkan secara masif mengenai lingkungan, sehingga terjadi perdebatan publik yang konstruktif dan menumbuhkan kesadaran masyarakat. 

Pada Anugerah KPI tahun ini, terdapat 25 kategori anugerah yang diperlombakan, yaitu: 

1. Kategori Program Talkshow Televisi 2. Kategori Program Talkshow Radio 3. Kategori Program Berita Televisi 4. Kategori Program Berita Radio 5. Kategori Program Variety Show Televisi 6. Kategori Program Variety Show Radio 7. Kategori Program Wisata dan Budaya Televisi 8. Kategori Program Wisata dan Budaya Radio 9. Kategori Program Peduli Perempuan Televisi 10. Kategori Program Peduli Perempuan Radio 11. Kategori Iklan Layanan Masyarakat Peduli Lingkungan TV 12. Kategori Iklan Layanan Masyarakat Peduli Lingkungan Radio 13. Kategori Program Peduli Perbatasan dan Daerah Tertinggal TV 14. Kategori Program Peduli Perbatasan dan Daerah Tertinggal Radio 15. Kategori Program Siaran Drama Seri Televisi 16. Kategori Program Siaran Drama Seri Radio 17. Kategori Program Peduli Disabilitas Televisi 18. Kategori Program Peduli Disabilitas Radio 19. Kategori Program Peduli Lingkungan Televisi 20. Kategori Program Peduli Lingkungan Radio 21. Kategori Radio Komunitas Terbaik 22. Kategori TV Lokal Terbaik 23. Kategori KPI Daerah Inovatif dan Kolaboratif 24. Kategori Pemerintah Daerah Peduli Penyiaran dan 25. Kategori Lifetime Achievement Award

Ketua KPI Pusat Ubaidillah mengatakan dipilihnya “Ecobroadcasting” sebagai tema Anugerah KPI 2023 merupakan salah satu ikhtiar KPI untuk mendorong penyadaran serta membangun kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan. Melalui isi siaran, lanjutnya, pesan-pesan edukasi dan kepedulian tersebut dapat disampaikan secara mudah ke masyarakat.

“Bagaimana menjelaskan kepada masyarakat luas mengenai penting dan fundamentalnya kesadaran akan isu lingkungan. Pandangan ini yang kemudian membuat kami yakin bahwa salah satu yang perlu dilakukan adalah pengelolaan tata informasi lingkungan yang menyeluruh dan utuh kepada masyarakat melalui lembaga penyiaran,” kata Ketua KPI Pusat di sela-sela rapat juri Anugerah KPI 2023 di Kantor KPI Pusat, Selasa (21/11/2023).

Sementara itu, pelaksanaan penjurian Anugerah KPI 2023 berlatar kepakaran yang beragam, meliputi DPR dan MPR RI, Anggota KPI Pusat, Perwakilan Kementerian dan Lembaga, serta perwakilan masyarakat.  Sebelum dilakukan proses penjurian, materi program dilakukan seleksi awal dan verifikasi panitia. Pengumuman pemenang ke 25 kategori akan disampaikan di acara Anugerah KPI 2023 yang disiarkan secara langsung LPP TVRI mulai pukul 19.30 WIB. ***

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat resmi mengenalkan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (PKPI) Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengawasan Pemberitaan, Penyiaran dan Iklan Kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) Pada Lembaga Penyiaran. Peraturan ini untuk memastikan seluruh pemberitaan, penyiaran dan iklan kampanye dalam Pemilu 2024 di media penyiaran berlaku adil, tidak bias, berimbang dan proporsional. Tahapan kampanye Pemilu 2024 dimulai pada 28 November 2023 mendatang. 

Pada saat membuka acara Sosialisasi PKPI tersebut dengan lembaga penyiaran dan peserta Pemilu 2023, Rabu sore (22/11/2023), di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Timur, Ketua KPI Pusat Ubaidillah menyampaikan, peraturan ini ditujukan sebagai instrumen untuk menciptakan siaran pemilu yang netral, proporsional dan adil. Harapannya dengan aturan itu jalannya Pemilu 2024 berlangsung damai, aman sekaligus transparan.

Dia juga menegaskan, peraturan ini bukan pula untuk membatasi atau menghambat proses kampanye di lembaga penyiaran. Tidak juga untuk membatasi ruang gerak peserta pemilu atau juga embaga penyiaran dalam hal penginformasian pemilu kepada publik. 

 

“Hal ini ditujukan sebenar-benarnya untuk tertib penyiaran utamanya berkenaan dengan pemilu. Ini juga diamanatkan untuk menjaga keadaban dan keadilan bagi seluruh peserta pemilu. Sehingga masyarakat dapat melihat pemilu ini berlangsung bermartabat di lembaga penyiaran,” ujar Ubaidillah sekaligus berharap PKPI ini dapat menyatukan persepsi semua pihak dan tidak menimbulkan multitafsir. Di acara sosialisasi ini hadir secara langsung Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu serta perwakilan KPU dan Bawaslu dalam jaringan (daring).   

Di tempat yang sama, Anggota KPI Pusat Aliyah, menyampaikan garis besar PKPI kepada peserta sosialisasi. Salah satu yang ditekankannya soal ketentuan yang mesti dipenuhi program siaran pemberitaan terkait kepemiluan.  

Pertama, setiap pemberitaan harus memberikan alokasi waktu yang sama tidak dimanfaatkan untuk pemberitaan kepentingan Peserta Pemilu tertentu. Kedua, tidak dimanfaatkan untuk pemblokiran waktu dan atau pemblokiran segmen. Kemudian, harus menyantumkan sumber berita yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Aliyah juga menjelaskan ketentuan program siaran monolog, dialog, debat peserta pemilu dan jajak pendapat di media penyiaran. Berdasarkan PKPI, program monolog tidak mengandung narasi atau informasi yang memojokkan (menyudutkan) peserta pemilu. Siaran dialog atau debat peserta pemilu harus memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilu. Siaran jajak pendapat wajib bersumber dari lembaga survei yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Jajak pendapat harus bersifat netral dan memenuhi kaidah ilmiah serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, tidak boleh dibiayai atau disponsori oleh peserta pemilu, pelaksana kampanye pemilu, simpatisan, atau pihak yang terafiliasi dengan peserta pemilu. Siaran ini juga harus sesuai dengan ketentuan P3SPS, kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan. Harus juga mencantumkan atau menyebutkansumber informasi yang jelas, faktual, dan dapat dipertanggungjawabkan,” tutur Aliyah di acara sosialisasi tersebut.

Anggota KPI Pusat Tulus Santoso menambahkan ketentuan yang harus diperhatikan dalam iklan kampanye. Berdasarkan PKPI, batas maksimum beriklan sebanyak 10 (sepuluh) spot dengan durasi paling lama 30 (tiga puluh) detik untuk setiap peserta pemilu di setiap stasiun televisi setiap hari. Untuk radio, batas maksimumnya 10 (sepuluh) spot berdurasi paling lama 60 (enam puluh) detik untuk setiap peserta pemilu di setiap stasiun radio setiap harinya.

“Lembaga penyiaran harus memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilu dalam pemuatan dan penayangan iklan kampanye pemilu. Kemudian, tidak menjual pemblokiran segmen dan atau pemblokiran waktu untuk kampanye pemilu yang digunakan untuk pemberitaan pemilu,” kata Tulus.

 

Selain itu, Tulus mengingatkan hal-hal yang harus diikuti lembaga penyiaran pada saat masa tenang. Dalam situasi ini, lembaga penyiaran dilarang menyiarkan kembali liputan pemberitaan kegiatan kampanye dan atau aktivitas peserta Pemilu. Tidak juga menyiarkan narasi (gambaran) yang mendukung, memojokkan, menghasut, dan memfitnah para peserta pemilu.

“Dilarang memproduksi program siaran yang bertemakan pandangan politik dan atau visi misi dan atau rekam jejak dan atau kegiatan peserta pemilu. Dilarang menyiarkan iklan, rekam jejak partai politik atau gabungan partai politik, pasangan calon dan atau tim kampanye, atau bentuk lainnya yang mengarah kepada kepentingan kampanye yang menguntungkan atau merugikan peserta pemilu. Selain itu, di masa tenang ini, dilarang menyiarkan kembali debat terbuka serta menyiarkan jajak pendapat tentang peserta pemilu,” jelasnya. 

Sementara itu, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyambut baik terbitnya PKPI tentang pengawasan siaran kepemiluan di media penyiaran. Menurutnya, aturan ini memiliki irisan dengan pihaknya dalam kaitan pemberitaan dan iklan kampanye. “PKPI ini secara detail mengatur tentang bagaimana mengatur kesatuan, keberagaman dan tidak mempolarisasi,” kata Ninik. 

Dia juga berharap peraturan ini dapat ditengakkan dan dijalani semua pihak. Ninik juga menekankan pentingnya keterlibatan dan partisipasi penuh semua pihak termasuk KPID. “Penting kerja kolaboratif dengan Dewan Pers, Bawaslu dan KPU. Jika ini bisa dilakukan, kita bisa memaksimalkan penyelesaian yang lebih kolaboratif,” ujarnya. 

Di pagi harinya, KPI Pusat juga menggelar kegiatan sosialisai PKPI tentang Pengawasan Pemberitaan, Penyiaran dan Iklan Kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) Pada Lembaga Penyiaran dengan peserta KPID se-Indonesia. Dalam dua kegiatan sosialisasi ini turut hadir seluruh Anggota KPI Pusat. *** 

 

 

Jakarta - Aturan mengenai pembatasan siaran asing dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tahun 2012 salah satunya bertujuan menumbuhkan industri siaran dalam negeri. Sebagai regulator penyiaran, KPI kembali memanggil pengelola stasiun televisi yang telah menayangkan muatan asing melebihi ketentuan. Pemanggilan terhadap MNC TV dan GTV digelar di kantor KPI Pusat, (16/11). 

Dalam pertemuan tersebut Ketua KPI Pusat Ubaidillah menyampaikan data pemantauan langsung KPI yang menunjukkan MNC TV dan GTV telah menayangkan siaran asing lebih dari ketentuan maksimal yang ditetapkan P3 & SPS yakni sebanyak 30% per hari. Adapun siaran asing untuk MNC TV didominasi pada animasi luar sedangkan GTV menayangkan film atau sinema luar. Hadir pula dalam pertemuan tersebut Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran Tulus Santoso dan anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran lainnya, Aliyah. 

Pengelola MNC TV dan GTV yang hadir dalam pemanggilan tersebut menyampaikan penjelasan bahwa ada kendala yang dihadapi pihaknya untuk mendapatkan inventaris tayangan yang terjangkau dari segi modal bisnis dan prospek. Ditambah lagi, adanya perubahan beberapa kebijakan dan kondisi pasar saat ini, menjadi salah satu kendala yang mereka dalam pemenuhan regulasi. “Ada perilaku pembeli dan juga beberapa kebijakan lain seperti ASO, yang membuat kami harus berpikir bagaimana menjaga performa agar tetap baik,” ujarnya. Hal serupa juga disampaikan perwakilan GTV yang mengatakan kesulitan dalam memperoleh aset tayangan lokal yang terjangkau dan mudah. “Secara administrasi, kami lebih mudah menghubungi rumah-rumah produksi luar negeri dari pada yang dalam negeri, dengan harga lebih murah,” ungkapnya. 

Atas penjelasan ini, Tulus Santoso berkata akan ikut mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi industri televisi. Meski demikian Tulus juga mengingatkan bahwa tujuan aturan ini dibuat agar pelaku usaha kreatif dalam negeri dapat tumbuh dalam ekosistem penyiaran yang sehat.  “Aturan ini kan sebenarnya dibuat supaya pelaku usaha seperti rumah-rumah produksi dalam negeri dapat semakin tumbuh,” ujarnya. Ke depan, tambah Tulus, KPI juga akan memanggil pengelola televisi lainnya dalam rangka melakukan evaluasi atas tayangan asing. Hal ini sebagai upaya KPI untuk ikut ambil bagian dalam membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan juga industri terkait. (Foto: KPI Pusat/ Agung R)

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.