- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 570
Bengkulu – Radio adalah “Theator of Mind”. Demikian disampaikan Wakil Ketua KPI Pusat, Mohamad Reza, dalam sambutannya sebelum dibukanya kegiatan Radio Academy Bengkulu, yang digelar di Gedung Pola Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu (16/10/2024).
Menurutnya, mendengarkan radio menjadi stimulus berpikir dan berimajinasi bagi para pendengar. Radio juga memiliki kedekatan dengan pendengarnya. Kendati demikian, lanjut Reza, radio harus terus meningkatkan kreatifitas agar bisa menjangkau pendengar lebih banyak sehingga bisa menghidupkan radio kembali.
Reza juga menyinggung tumbuh kembang radio dengan revisi UU Penyiaran. Menurutnya, pengesahan UU Penyiaran baru menjadi salah satu upaya yang diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang radio di kemudian hari.
Di tempat yang sama, Plt Gubernur Bengkulu Rosjonsyah mengatakan radio satu suara sejuta telinga. Berdasarkan data hasil survey terdapat 32% masyarakat yang masih mendengarkan radio. Bahkan, lanjutnya, di Bengkulu hampir 50% masyarakat masih mendengarkan radio. Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi daerah yang terdiri dari 9 kabupaten dan 1 kota. “Tidak semua daerah terjangkau siaran televisi, sehingga radio masih menjadi media utama,” katanya.
Plt Gubernur menyatakan, radio memiliki peran strategis melalui dialog, kata-kata bijak, sharing inspirasi kepada masyarakat. Radio juga berperan dalam menjaga moralitas dan budi pekerti, terutama bagi generasi muda.
Menguatkan penyataan Wakil Ketua KPI Pusat, Rosjonsyah menyampaikan jika radio memiliki pengaruh yang bisa meresap dan mempengaruhi pikiran serta perilaku pendengarnya. Dalam kesempatan ini, dia juga meminta KPID untuk berperan dalam meningkatkan radio melalui PRSSNI yang bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, Ketua KPID Bengkulu, Albertce R Thomas mengatakan era globalisasi telah merubah perilaku masyarakat dalam mengakses informasi sehingga setiap media mesti mengikuti arus untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi. Terkait hal ini, lanjutnya, radio sebagai bagian media massa perlu melakukan perubahan agar lebih modern.
Dia juga meminta radio yang memiliki keunggulan dekat dengan pendengar, mobilitas tinggi, dan ekonomis untuk terus menggali kreatifitas agar dapat makin berkembang. “Ada beberapa penyebab mengapa radio di Bengkulu gulung tikar. Pertama, peralihan pengiklan dari media radio ke media baru, terjadinya pandemi, serta faktor alam yaitu tower yang tersambar petir tapi belum ada anggaran yang dialokasikan untuk infrastruktur tersebut,” katanya.
Radio Academy yang diinisiasi KPI Pusat bekerja sama dengan KPID ini ditujukan untuk memberi pemahaman mendalam tentang inovasi konten dan meningkatkan daya saing. Kegiatan ini diharapkan dapar meningkatkan kualitas SDM dan program penyiaran dengan memperhatikan kemajuan zaman dan teknologi.
Bengkulu merupakan Provinsi ke-3 yang dijadikan tuan rumah kegiatan ini setelah Provinsi Jawa Barat dan Kepulauan Riau. Dalam kegiatan ini hadir perwakilan Radio Setiawana Nadanusa, Radio Jazirah UMB, Radio Cipta Suara Bengkulu (Hitz), RRI Bengkulu, PT Dehasen Citra Media, Bio 99.8 FM, Rafsista 105.5 FM, 103.7 FM, RRI Bintuhan, dan PT Radio Swaraunib. Anggita