Pojok Aduan
Linda | Selamat pagi kepada Yth. Bapak/Ibu pimpinan KPI, saya ingin menyampaikan pesan kepada Pemerintah setempat melalui situs dan aplikasi, namun pesannya tertahan di "verifikasi", jadi tidak serta merta ditanggapi atau ditanggapi dengan kata " hoax". Langsung saya sampaikan pesannya disini. "Ada orang main sinetron Kabayan, sinetron halusinasi dalam kepala yang sudah ada sejak zaman Fir'aun (Siti Asyiyah)". Beberapa orangnya atas nama : 1. Bu Cici yang kerja di bagian kasir Akas Mila kota Probolinggo, terlilit utang dan utangnya serta debt collector diserahkan kepada orang lain. 2. Bimbi tinggal di kampung Jati Dinamo, kota Probolinggo, entah apa yang dilakukannya setiap pagi di dalam kamar mandi. 3. Tata, anaknya Pak Ir dan Bu Ir di RT 08 RW 04 Pondok Marengan Indah, Sumenep, membebaskan narapidana dan kawin kontrak dengan orang lain. 4. Ratna dan Erna, anaknya Pak Heru yang pernah tinggal di Pondok Marengan Indah, Sumenep sekarang pindah ke kota Probolinggo. Ratna bermain sihir di " cakar ayam" sedangkan Erna membuat gaduh dengan pelakor dan perselingkuhan dimana-mana. 5. Pak Margiono dan Bu Margiono yang tinggal di Pondok Marengan Indah, Sumenep. Bu Margiono diketahui Cewok karena Bu Margiono aslinya kerja di maskapai penerbangan. Saya mohon sampaikan pesan ini kepada Yth. Bapak/Ibu Gubernur dan Wakil Gubernur serta Bapak/Ibu Bupati dan Wakil Bupati melalui KPI sesuai sinetron Kabayan untuk menahan nama-nama yang sudah disebutkan diatas ke dalam lapas setempat. Semoga pesan ini tersampaikan. Terima kasih. |
Pojok Apresiasi
Luhung Sani Habibullah | Maaf Tolong sekali ke KPI untuk memperbanyak lagi film-film seperti era 1995-2000 an sebab ini bahaya di generasi sekarang akibat tayangan TV yang tak di minati banyak anak anak metrka beralih ke smart phone dimana resiko buruk peluang nya lebih besar dari pada televisi, sudah banyak berita berita di televisi anak anak masuk rumah sakit hingga gila, akan buruk moral moral nantinya, orangbtua pasti akan melarang anak nya main di luar di rumah ga tayangan televisi buruk, akhirnya mereka membuka banyak media sosial yang isi konten nya buruk. |