- Detail
- Ditulis oleh IRA
- Dilihat: 6183
Yogyakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melihat digitalisasi penyiaran sebagai peluang pemerataan informasi. Meski harus diakui, digitalisasi juga memberikan bonus digital yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas. Pemerataan informasi tentunya sangat dibutuhkan untuk masyarakat yang tinggal di beranda depan negeri ini. Menurut Wakil Ketua KPI Pusat, Mulyo Hadi Purnomo, selama ini wilayah perbatasan antar negara yang menjadi beranda negara, banyak yang kesulitan mendapatkan informasi dari televisi teresterial indonesia. “Sehingga mereka memenuhi kebutuhannya melalui informasi yang tersedia dari siaran luar negeri,” ujarnya. Tak heran jika bahasa Upin Ipin dan mata uang ringgit jauh lebih popular di sana. Dengan digitalisasi ini, diharapkan kondisi seperti itu dapat ditanggulangi sehingga kita dapat menjaga Indonesia dengan sebenar-benarnya. Bukan saja dalam tataran ekonomi, tapi yang jauh lebih penting juga menjaga negeri ini dalam tataran budaya.
Hal tersebut disampaikan Mulyo saat memberikan sambutan dalam acara sosialisasi dan publikasi Menjaga Indonesia dan Perbatasan Melalui Penyiaran Televisi Digital, yang diselenggarakan KPI bekerja sama dengan Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia di Yogyakarta (12/11).
Mulyo menyampaikan pula yang sering didengungkan selama ini adalah banyaknya wilayah blank spot yang belum terlayani siaran. “Kami sangat berharap dan yakin bahwa BAKTI dan Kominfo berkomitmen membantu wilayah tersebut yang selama ini tidak dilirik oleh pengelola televisi” ujanya. Tiadanya televisi yang terlibat di wilayah blankspot karena secara ekonomi wilayah itu tidak cukup menarik dan tidak cukup potensial, sehingga kemudian dilewatkan oleh televisi dalam pendirian tower antena. KPI juga berharap, dengan digitalisasi serta konsep yang diusung BAKTI dan Kemenkominfo dapat menempatkan pemancar dan penguat antena televisi teresterial di BTS-BTS (Base Transceiver Station) yang ada di wilayah blankspot. Hal ini tentunya akan semakin memperluas dan memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi.
Digitalisasi penyiaran ini, ujar Mulyo, harus dapat dimaknai dengan hadirnya peluang bagi masyarakat mendapatkan alternatif siaran televisi yang jauh lebih beragam. Saat ini di Jakarta, sudah ada saluran televisi baru digital dengan format siaran bisnis, olah raga, dan da’wah. “Mudah-mudahan ke depan dapat diikuti dengan hadirnya televisi dengan format siaran pendidikan, anak-anak, dan olah raga yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” ucapnya. Karena program olah raga banyak diminati oleh masyarakat kita.