Jakarta – Program siaran “Katakan Putus” yang ditayangkan stasiun Trans TV mendapat sanksi teguran tertulis kedua dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Acara reality show yang tayang pada 11 Juni 2018 lalu itu kedapatan melanggar aturan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012. Hal itu ditegaskan Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, dalam keterangan kepada kpi.go.id, Senin (3/7/2018).

Menurut Andre, panggilan akrabnya, program siaran “Katakan Putus” menampilkan adegan sekelompok pria yang mengeroyok pria berkaus hitam dan merusak serta membakar gerobak yang ada di lokasi. 

“Jenis pelanggaran itu kami ketegorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan anak-anak dan remaja serta penggolongan program siaran,” kata Andre.

Pihaknya, lanjut Ketua KPI Pusat, memutuskan adegan tayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran KPI Tahun 2012 Pasal 14 dan Pasal 21 serta Standar Program Siaran KPI Tahun 2012 Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a. 

“Berdasarkan pelanggaran itu, Kami memberikan sanksi administratif teguran tertulis kedua,” kata Andre.

Sebelumnya, program ini telah mendapatkan sanksi administratif teguran tertulis dari KPI. Teguran tersebut tertuang dalam surat teguran nomor 329/K/KPI/31.2/05/2018 tertanggal 24 Mei 2018. 

“Kami minta Trans TV menjadikan P3 dan SPS KPI tahun 2012 sebagai acuan utama dalam penayangan sebuah program siaran. Kami harap Trans TV memperhatikan surat teguran keduan ini dan segera melakukan perbaikan,” jelas Andre. ***

 

 

Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyiapkan surat edaran bersama untuk lembaga penyiaran perihal Gerakan atau Program 1 (satu) Jam Siaran Khusus Anak di waktu tayang utama atau prime time saat Peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2018 mendatang.

Usulan Gerakan 1 jam Siaran Khusus Anak itu disampaikan Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, saat melakukan pertemuan dengan Menteri PPPA, Yohana Susana Yembise, di Kantor KemenPPPA, Kamis (29/6/2018).

“Kami memiliki impian pada saat peringatan Hari Anak Nasional semua lembaga penyiaran khususnya televisi wajib menyiarkan program khusus anak yang waktu penayangan antara pukul 18.00 hingga 19.00. Kita bisa melakukan himbauan ini ke lembaga penyiaran untuk lebih peduli pada anak-anak melalui program siaran khusus anak,” kata Nuning yang diamini Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini dan Ubaidillah.

Gayung bersambut, Menteri PPPA, Yohana menyatakan sepakat dan dukungannya dengan rencana Gerakan 1 Jam Siaran Khusus Anak pada saat Hari Anak Nasional. Menurutnya, program satu jam itu dapat diisi dengan program acara anak yang berkualitas, edukatif, menghibur serta melibatkan anak-anak di dalamnya .

“Kita harus segera menyiapkan surat himbaun mengenai hal ini dan harapannya program satu jam siaran anak itu dapat ditayangkan televisi pada waktu prime time,” kata Yohana.

Berkaitan dengan Gerakan atau Program 1 jam Siaran Anak itu, Nuning mengutarakan hal ini akan memberi sinyal baik bagi pengembangan konten anak produksi dalam negeri. Selama ini, konten anak yang tayang di televisi masih didominasi konten-konten dari mancanegara. 

“Kita harus mendorong sama-sama soal program acara anak yang memang untuk mereka. Selama ini masih ada program anak yang dikonsumsi anak masih terkait dengan program dewasa. Kita akan dorong televisi untuk program anak khususnya yang diproduksi dari dalam negeri,” jelas Nuning.

Nuning juga menyoroti soal kurangnya konten animasi anak dari dalam negeri. Hal ini seharusnya menjadi pemicu lembaga penyiaran untuk menciptakan animasi anak produksi dalam negeri. “Kita harus mengajak lembaga penyiaran untuk menciptakan banyak animasi dalam negeri yang berbahasa Indonesia,” paparnya. ***

 

Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini, bertemu dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, membahas Anugerah Penyiaran Anak Indonesia 2018, di Kantor KPPPA, Kamis (28/6/2018).

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) akan menggelar kegiatan Anugerah Penyiaran Ramah Anak 2018 pada 17 Juli 2018 mendatang. Anugerah ini juga dalam rangka menyambut Peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli. Hal itu terungkap saat dalam pertemuan Komisioner KPI Pusat dengan Menteri PPPA, Yohana Susana Yembise, di Kantor KPPPA, Kamis (28/6/2018).

“Anugerah ini sebagai bentuk apresiasi terhadap lembaga penyiaran dan juga bentuk perhatian kami terhadap perlindungan anak. Ini juga dalam upaya mengangkat martabat anak dan juga perempuan di tanah air melalui penyiaran yang baik, manfaat dan berkualitas,” kata Dewi yang didampingi Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah dan Ubaidillah.

Menurut Dewi, pemberian apresiasi terhadap lembaga penyiaran melalui kegiatan Anugerah Penyiaran Ramah Anak dapat meningkatkan kuantitas program acara anak di televisi. Pada 2017 lalu, jumlah program acara untuk anak  mengalami peningkatan 50 hingga 60% dibanding tahun sebelumnya yang hanya 40%. 

“Peningkatan jumlah ini karena ada dorongan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Karena itu, kami harap kerjasama dan support dari Kementerian PPPA untuk bersinergi mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas acara khusus anak di lembaga penyiaran,” kata Dewi.

Sementara, Menteri Yohana Yembise, mengatakan siap mendukung pelaksanaan acara Anugerah Penyiaran Ramah Anak 2018. Dia juga mengusulkan untuk memberikan penghargaan pada pelaku-pelaku penyiaran seperti yang memiliki prestasi dan perhatian terhadap pengembangan anak. “Kita perlu memberikan apresiasi pada artis-artis yang peduli terhadap anak,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Yohana menyinggung pentingnya perhatian orangtua terhadap perilaku penggunaan media pada anak. Menurutnya, orangtua harus diberi tuntunan bagaimana mengatur perilaku anak mereka terhadap media seperti penggunaan gawai. 

“Di Australia, mereka sangat peduli dengan keselamatan anak sehingga mereka menekan  perhatian orangtua untuk tidak mengizinkan anak mereka menggunakan gawai secara berlebihan. Mereka sudah buat penelitian kondisi kesehatan dan pola sosialisasi anak yang tidak memiliki ketergantungan pada gawai dengan yang menggunakannya. Contoh ini harusnya bisa kita terapkan di Indonesia,” jelas Menteri yang menyandang gelar Profesor ini. ***

 

 

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, saat menerima kunjungan dari Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat di Kantor Kementrian PPPA, Kamis (28/6/2018).

 

Jakarta – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, mengeluhkan cerita sinetron yang tidak memberikan manfaat serta pendidikan terutama bagi keluarga dan anak-anak. Menurutnya, tayangan sinetron masih banyak yang mengangkat cerita perceraian dan konflik rumah tangga.

“Konten-konten demikian tidak memberi motivasi baik bagi keharmonisan keluarga. Dampaknya terhadap perilaku anak-anak pun akan buruk karena banyak menonton sinteron-sinteron seperti itu,” kata Manteri Yohana saat menerima kunjungan Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini, Nuning Rodiyah dan Ubaidillah, di ruang kerjanya, Kamis (28/5/2018).

Siaran berisikan hal-hal yang tidak pantas dan ditayangkan secara massif seperti perceraian akan menimbulkan pemikiran bagi anak-anak bahwa hal itu merupakan sesuatu yang biasa. “Jika kita bekali mereka dengan cerita-cerita demikian, saya sangat khawatir dengan perilaku mereka nantinya. Kita harus pikirkan hal ini dan sangat penting televisi mengedepankan tayangan yang ramah anak,” kata Yohana.

Yohana meminta agar cerita sinetron mengangkat hal-hal yang positif seperti keharmonisan bekeluarga, pencapaian prestasi dan nilai pendidikan lainnya. “Saya tertarik salah satu acara di televisi yang menceritakan soal hidup saling membantu seperti bedah rumah. Cerita seperti ini kan dapat mengembangkan jiwa-jiwa sosial terutama bagi anak-anak,” jelasnya.

Selain itu, Yohana mengusulkan TV untuk menyisipkan sedikit informasi tentang aturan atau Undang-undang tentang Perlindungan Anak dalam program acara atau cerita sinetron. Menurutnya, informasi soal regulasi perlindungan anak belum banyak diketahui publik. “Cara-cara demikian cukup efektif  untuk menyosialisasikan UU Perlindungan anak,” katanya.

Terkait perlindungan anak ini, Yohana mengatakan, pihaknya berupaya menyukseskan program anak Indonesia 2030 bebas dari tindak kekerasaan. Setiap bulan Maret, pihaknya memberikan laporan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai perkembangan anak-anak di Indonesia. 

“Kita harus memutus mata rantai kekerasan. Jangan sampai cara kekerasaan dibawa dari generasi ke generasi,” tandas Yohana. *** 

 

Daftar Pemenang Anugerah Syiar Ramadhan 1439 H/ 2018

 

1.    Kategori Reality Show: Menjemput Berkah – Trans 7

2.    Kategori Sinetron dan Film : Tiada Hari Yang Tak Indah – SCTV

3.    Kategori Ceramah : Damai Indonesiaku Spesial Ramadhan – TV One

4.    Kategori Pencarian Bakat : Hafidz Indonesia – RCTI

5.    Kategori Wisata Budaya : Jazirah Islam – Trans 7

6.    Kategori Talk Show : Tafsir Al-Misbah – Metro TV

7.    Kategori Kultum : Mutiara Hati – SCTV

8.    Anugerah Televisi Syiar Ramadhan 1439 H/ 2018: Trans 7

9.    Kategori Aktor Muda Inspiratif : Alfie Alfandi

10. Kategori Grup Musik/ Penyanyi: Nissa Sabyan (Khoerunnisa)

11. Kategori Dai Muda Inspiratif: Ilyasa Wijaya Kusuma & Alyasa Wijaya Kusuma (Il & Al)

12. Kategori Host Muda Inspiratif: Gita Savitri Devi

13. Anugerah Program Televisi Inspirasi Pemuda Indonesia: Syiar Anak Negeri – Metro TV

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.