Banda Aceh -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh meminta kepada lembaga penyiaran supaya aktif menginformasikan terkait bahayanya stunting. Pasalnya, saat ini Aceh masih dihadapkan dengan permasalahan gizi buruk dan termasuk 12 daerah yang memiliki prevalansi stunting tertinggi di tanah air pada 2022.
Sementara itu, Pemerintah telah memprogramkan Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) agar menekan angka tersebut.
Terkait permasalahan itu, Komisioner KPI Aceh, Putri Novriza mengatakan, stunting terjadi karena banyak faktor bukan semata akibat kekurangan asupan gizi sejak seribu hari pertama kehamilan.
Tetapi, sambung Putri, karena faktor ekonomi serta calon ibu kurang mengetahui bagaimana asupan gizi yang sehat. Baca Juga Aceh Peringkat 3 Tertinggi Stunting di Indonesia "Bahkan jarak dari kelahiran yang terlalu dekat, sehingga kurang penanganan kepada ibu dan bayinya," kata Putri Novriza, Minggu, (4/9/2022).
Putri menyebutkan, lembaga penyiaran sebagai corong pemerintah dapat membantu dalam mendistribusikan informasi kepada masyarakat luas akan pencegahan stunting dan bahaya untuk generasi penerus.
KPI Aceh, lanjutnya, secara kelembagaan dapat berkontribusi dalam mendukung program pemerintah melalui GISA dengan mendorong lembaga penyiaran untuk aktif, agar semua pihak terlibat dalam menyiarkan semua informasi bahaya stunting serta pentingnya imunisasi.
"Hal ini tidak serta merta menjadi tanggung jawab dari pmerintah saja, namun bagaimana informasi ini melibatkan semua pihak, mulai dari desa, sekolah sampai ke level media," ungkapnya.
Tambahnya, dimana media harus mempunyai orientasi untuk mendukung program GISA, agar capaian yang diharapkan oleh pemerintah melalui penanganan terhadap stunting serta imunisasi di Aceh, dapat memberikan satu perubahan yang signifikan.
Untuk diketahui stunting ditandai dengan pertumbuhan yang kurang optimal sesuai dengan usianya. Problematikanya, akan menyebabkan kesenjangan kesejahteraan semakin buruk, bahkan dapat menyebabkan kemiskinan antar generasi berkelanjutan. Red dari berbagai sumber
Pekanbaru - Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar sampaikan pandangan umum kepala daerah terkait Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Penyelenggaraan Penyiaran sekaligus pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah dalam sidang rapat paripurna DPRD Provinsi Riau, Senin (5/9/22). "Alhamdulillah kita dapat hadir dalam penyampaian kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah penyelenggaraan penyiaran serta rancangan Peraturan daerah tentang pengaruh keutamaan gender dalam pembangunan daerah," katanya.
Selain itu, Gubri menyebutkan, apresiasi kepada dewan yang telah menggunakan hak mengajukan raperda tentang penyelenggaraan penyiaran dan Raperda tentang pengaruh utama gender dalam pembangunan daerah ."Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk membentuk peraturan daerah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah sebab harus melakukan kajian dari berbagai aspek baik filosofis sosiologis serta aspek lainnya," sebutnya.
Menurutnya, hal ini dimaksudkan agar peraturan daerah yang dapat diberlakukan agar diterima di tengah-tengah masyarakat, sehingga implementasinya tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan. Adapun pandangan kepala daerah terkait raperda tentang penyelenggaraan penyiaran, Gubri menyampaikan diantaranya, satu, bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran sebagaimana perwujudan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
"Penyampain pendapat dilaksanakan secara bertanggung jawab selaras dengan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak berdasarkan undang-undang Negara Republik Indonesia 1945," lanjutnya.
Kedua, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang lebih besar sehingga hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi akan semakin lebih besar. "Sehingga informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komunitas penting dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara," ucapnya.
Ia menambahkan, ketiga perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tersebut berimplikasi terhadap dunia penyiaran termasuk di Riau penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentukan pendapat umum semakin strategis terutama mengembangkan demokrasi.
Gubri menuturkan, bahwa penyiaran telah menjadi salah satu sarana pembuat komunikasi bagi masyarakat lembaga penyiaran dunia bisnis dan pemerintah daerah serta memberikan kontribusi dari berbagai bidang baik sosial, ekonomi, budaya, politik, pendidikan dan hukum.
Pandangan keempat, terkait raperda tentang penyelenggaraan penyiaran, sangat penting bagi pemerintah daerah dikarenakan posisi Pemerintah Provinsi Riau berbatasan dengan negara tetangga sehingga diperlukan penguatan ideologi dan integritas ketahanan nasional melalui sistem verifikasi informasi dan penyiaran berbasis muatan lokal.
Untuk itu, Gubri menyebutkan, isi penyiaran muatan lokal yaitu budaya Melayu Riau, perlu dicantumkan dengan dalam rancangan peraturan daerah dengan menampilkan siaran yang mengandung unsur budaya Melayu. "Budaya melayu dapat dilihat melalui unsur-unsur yang meliputi pandangan hidup kesenian, sastra, kuliner, busana dan bangunan serta hukum adat melalui program siaran," ungkapnya.
Oleh karenanya, Gubri Syamsuar mengatakan dalam raperda yang disusun tersebut tetap harus memperhatikan kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi harus sesuai undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran. Red dari berbagai sumber
Sentani -- Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Papua mengadakan Literasi Media dengan tema Penyiaran Sehat untuk Anak, di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Inpres Abeale I Sentani, Kota Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (22/8/2022).
Kegiatan yang diikuti puluhan pelajar ini dilakukan dengan tujuan memberikan wawasan baru bagi para pelajar di Kabupaten Jayapura, khususnya di Kota Sentani, untuk dapat terlibat secara partisipatif dalam pengawasan konten siaran di lembaga penyiaran di wilayah Papua.
Ketua KPID Papua Rusni Christine Abaidata mengatakan, KPID Provinsi Papua pada triwulan terakhir di tahun 2022 ini menyelenggarakan kegiatan literasi media bertajuk penyiaran sehat untuk anak.
“Untuk kegiatan literasi media yang merupakan program KPID Papua, kali ini menyambangi atau mengunjungi anak usia sekolah dasar di Kota Sentani, Kabupaten Jayapura, yang diawali di SDN Inpres Abe Ale I Sentani. Selain di tingkat sekolah dasar, kegiatan literasi media juga akan menyambangi anak usia SMP dan SMA yang ada di Kabupaten/kota Jayapura,” sebutnya.
Lanjut Christine mengatakan, bahwa pihaknya sangat senang dan bahagia sekali, karena sambutan dari pihak SDN Inprs Abe Ale I Sentani dalam hal ini Kepala SDN Inpres Abe Ale I Sentani yang langsung merespon kegiatan ini.
“Kami sangat senang sekali, karena siswa kelas 5 SD yang mengikuti kegiatan literasi media ini begitu antusias,” ungkap Christine.
Pihaknya berharap, masyarakat dalam hal ini para peserta literasi media akan sukarela ikut melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas konten siaran.
“Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap siswa dan siswi di SDN Inpres Abe Ale I Sentani bisa menjadi melek media atau membuka mata saat mereka menonton atau menyaksikan siaran televisi tersebut. Bahwa, siaran di televisi itu tidak semua layak di tonton. Ada siaran yang layak di tonton dan ada juga siaran yang tidak layak di tonton, terlebih untuk anak usia sekolah dasar yakni, dari 7 hingga 12 tahun,” harap Christine.
“Itulah yang tadi kami ajarkan kepada anak-anak di SD Abe Ale I Sentani ketika diberikan materi oleh pemateri dari KPID Papua. Jadi, apa saja yang boleh dan tidak boleh di lihat (tonton) oleh anak-anak terkait siaran yang sehat untuk anak-anak,” tambahnya.
Christine di acara tersebut menyampaikan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, KPID adalah Lembaga Negara yang Independen yang mengawal dan mengawasi penyiaran yang sehat untuk masyarakat melalui media Radio dan Televisi.
Lanjut Christine, tidak semua tayangan di televisi itu sehat, untuk itu KPID hadir ditengah-tengah masyarakat untuk melakukan literasi media, diharapkan masyarakat bisa kritis dan tidak hanya sebagai penikmat dari tontonan televisi. Tetapi, juga sebagai penilai tayangan televisi tersebut.
Dirinya juga berharap adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat secara masif, di mana masyarakat tidak hanya sebagai penikmat tayangan televisi saja. Tetapi, ikut mengawasi dengan melaporkan kepada KPID jika ada pelanggaran-pelanggaran program siaran yang melanggar norma-norma kesopanan dan kesantunan ditengah-tengah masyarakat.
Diakhir wawancaranya, Christine berharap ke depan kiranya semua pihak bisa mengawasi program dan tayangan dari Radio dan Televisi, sehingga apa yang disuguhkan oleh media elektronik tersebut dapat mengedukasi dan memberikan hiburan yang sehat bagi masyarakat.
“Target awal kami untuk kegiatan literasi media ini di sekolah dasar dalam hal ini SD Abe Ale I Sentani, kemudian nanti kami lanjutkan kegiatan ini di SMP dan SMA,”
“ Jadi, kami targetkan di bulan Oktober 2022 nanti kegiatan literasi media ini sudah selesai dilaksanakan di tingkat SD, SMP dan SMA. Untuk awal kami selenggarakan di Kabupaten Jayapura itu di SD Abe Ale I Sentani, kemudian nanti lanjut di SMPN 2 Sentani dan untuk tingkat SMA nanti diselenggarakan di wilayah Kota Jayapura,” pungkas Christine.
Sementara itu, Kepala Sekolah Dasar Negri (SDN) Inpres Abeale 1, Rustina Rita Patandean mengatakan bahwa ia bersama dewan guru sangat antusias menyambut kegiatan literasi media yang diadakan oleh KPID, terutama antusias anak-anak yang ingin membedakan mana media yang perlu ditonton dan yang tidak perlu ditonton oleh mereka.
“Sebab selama ini, yang kami tanaman disini adalah literasi membaca dan menulis. Jadi hanya sebatas itu,” ujar Rustina.
Ia menyebut, kegiatan literasi media baru pertama kali diketahui pihaknya dan disampaikan kepada anak-anak di SD yang ia pimpin tersebut.
“Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada ibu ketua dan pengurus KPID. Harapan kami kedepan, apa yang sudah disampaikan oleh KPID tadi bisa kita tanamkan di sekolah ini terlebih kepada anak-anak kita,” harap Rustina. Red dari pasificpos.com
Palembang - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Selatan (Sumsel) mengadakan Literasi Media dengan tema "Optimalisasi Media Peran Media Di Era Digital Dalam Membangun Masyarakat Yang Cerdas".
Bertempat di Hotel Swarna Dwipa Palembang, kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Intelkam Polda Sumsel Kombes Pol Iskandar F Sutisna, yang di wakilkan oleh Wadir Intelkam Polda Sumsel AKBP Dwi Mulyanto.
Turut hadir Ketua KPID Sumsel bapak Herfriyadi, Kepala Kominfo provinsi Sumsel, serta diikuti oleh Forum admin media sosial Sumsel, Perwakilan TV dan Radio Sumsel.
Kegiatan literasi media ini dilakukan dengan tujuan memberikan wawasan, untuk dapat terlibat secara partisipatif dalam pengawasan konten siaran di lembaga penyiaran di wilayah Sumsel.
Ketua KPID Sumsel bapak Herfriyadi, mengatakan, bahwa Literasi Media dengan tema "Optimalisasi Media Peran Media Di Era Digital Dalam Membangun Masyarakat Yang Cerdas".
"Untuk kegiatan literasi media yang merupakan program KPID Sumsel, kali ini guna mengedukasi kepada masyarakat guna sama-sama membantu dalam rangka mewujudkan penyiaran yang mendidik, sehingga masyarakat tidak terhasut dengan adanya pemberitaan negatif dan hoax", ujarnya.
"Kita berharap, masyarakat dalam hal ini para peserta literasi media akan sukarela ikut melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas konten siaran," pungasnya.
Sementara Direktur Intelkam Polda Sumsel Kombes Pol Iskandar F Sutisna melalui Wadir Intelkam Polda Sumsel AKBP Dwi Mulyanto, mengatakan, dengan adanya kegiatan hari ini saya mengajak sinegritas antara lembaga pemerintah, Forum admin media sosial Sumsel, Perwakilan TV dan Radio Sumsel.
"Semoga kegiatan literasi media ini dapat berguna dalam penyiaran kedepannya dapat membawa kebaikan bagi terciptanya penyiaran yang sesuai dengan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3SPS)," ujar Dwi.
AKBP Dwi Mulyanto yang di dampingi oleh Kasubdit V Kamsus Intelkam Polda Sumsel AKBP Alex Ramdan, juga menambahkan, sesuai dengan arahan dari Bapak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, sangat mendukung program literasi media yang di adakan oleh KPID Sumsel.
"Dengan adanya progam literasi ini akan menghasilkan siaran dan tayangan yang sehat bagi masyarakat, sehingga akan terciptanya Kamtibmas yang lebih kondusif di wilayah hukum Polda Sumsel," imbuhnya.
"Peran serta pemerintah daerah, KPID Sumsel, perwakilan TV, radio, dan forum admin media sosial, serta stakeholder lainnya juga seluruh komponen masyarakat akan sangat membantu mewujudkan penyelenggaraan yang mendidik dan mengedukasi kepada masyarakat," pungkasnya.
AKBP Dwi Mulyanto juga berharap, dengan adanya kegiatan literasi media ini, dapat membantu mewujudkan penyiaran yang mendidik, sehingga masyarakat tidak terhasut dengan adanya pemberitaan negatif dan hoax, juga terciptanya informasi yang menyejukkan dihati masyarakat Sumsel. Red dari berbagai sumber
Palu - Komisi Penyiaran Indoneisa Daerah (KPID) Sulawesi Tengah menyelenggarakanTrainer of Trainer (ToT) P3SPS bagi lembaga penyiaran dan pengawasan bidang isi siaran. Kegiatan ini untuk memberikan pemahaman mengenai P3SPS untuk lembaga penyiaran radio maupun televisi di Sulteng.
Anggota KPID Sulawesi Tengah, Ricky Yuliam, mengatakan tujuan dilaksanakannya TOT P3SPS ialah untuk memberikan pemahaman kepada lembaga penyiaran baik radio maupun televisi perihal apa yang tertuang dalam pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran.
“P3SPS merupakan aturan yang tertuang dalam UU Penyiaran, sehingga dengan adanya pelatihan teersebut lembaga penyiaran yang ada di Sulteng dapat memahami dengan baik apa yang ada dalam P3SPS itu sendiri,” jelas Ricky, Senin (22/08/2022).
Terkait dengan hal itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Agung Suprio, memberikan apresiasi kepada KPID Sulawesi Tengah karena telah mengadakan ToT P3SPS dan berharap ke depannya setiap KPID juga dapat melaksanakan kegiatan yang serupa untuk menyelenggarakan kualitas siaran, baik itu yang ada di pusat dan disetiap daerah.
“Kegiatan seperti ini, harusnya juga mampu dilaksanakan oleh setiap Komisi Penyiaran Indonesia Daerah lainnya, sehingga lembaga siaran baik itu radio ataupun televisi mengetahui aturan yang mengatur di dalamnya,” ungkapnya.
Pelaksanaaan TOT P3SPS ini dilaksanakan melalui zoom meeting dan akan berlangsung selama dua hari dimulai dari 22-23 Agustus 2022 dengan menghadirkan berbagai narasumber. Sementara untuk pesertanya melibatkan para pelaku penyiaran baik itu radio maupun televisi dan juga beberapa anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) di beberapa daerah. Red dari berbagai sumber
Dalam siaran Brownis yang ditayangkan pada 27 Februari 2024 pukul 12.30 WIB di TRANS TV, saya menemukan beberapa segmen yang agak menyinggung dua pasal yang terdapat dalam Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran.
“tapi kalo di kamera kok ada warna coklatnya” ujar Ruben Onsu.
Hal tersebut mungkin dianggap bercanda dan hanya obrolan berlalu saja. Namun, menurut saya hal tersebut agak menyinggung Peraturan KPI tentang pedoman Perilaku Penyiaran pada pasal 7 yang menyatakan bahwa lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan program yang merendahkan, mempertentangkan dan/atau melecehkan suku, agama, ras, dan antargolongan yang mencakup keberagaman budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi.
Pernyataan salah satu host program televisi Brownis tersebut juga menyinggung peraturan KPI tentang isi siaran pada pasal 36 (6) yang menyatakan bahwa isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.
Dalam hal ini yang menjadi poin utamanya adalah ras dan martabat manusia Indonesia. Menurut saya pernyataan Ruben Onsu diatas menjorok pada merendahkan martabat manusia Indonesia dengan memperolok warna kulitnya (ras).
Pojok Apresiasi
Tiara Fatwa Zsaqina
Tayangan yg informatif. Perlu di pertahankan karna memberikan wawasan yang variatif.
Mungkin tingkatkan di aspek budaya akan lebih baik.