- Detail
- Dilihat: 35958
Canberra - Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menuduh pihak oposisi berkomplot dengan raja media Rupert Murdoch menjelang pemilihan umum bulan depan.
Komentar itu diungkapkan untuk menanggapi foto yang dipajang di koran milik Murdoch yang menggambarkan Rudd sebagai Kolonel Klink, seorang komandan Nazi dalam seri komedi 1960-an, Hogan's Heroes.
Foto tersebut muncul dalam edisi Kamis 8 Agustus juga menampilkan Wakil Perdana Menteri, Anthony Albanese, dan anggota parlemen Craig Thomson, sebagai tokoh lain dalam komedi tentang tahanan perang Jerman itu.
Koran The Daily Telegraph terbitan Australia juga pernah menulis, "Tendang gerombolan ini ke luar" sehari setelah Klik Rudd mengumumkan pemilu akan digelar pada 7 September.
Menurut Rudd, raja media global tersebut campur tangan dalam pemilu demi kepentingan bisnisnya.
Dalam pemilihan umum Klik Australia bulan depan, Rudd -yang menggantikan Julia Gillard sebagai pemimpin Partai Buruh, Juni lalu- menghadapi persaingan ketat melawan Tony Abbot dari koalisi Liberal-Nasional.
Bermotif bisnis?
Rudd menambahkan bahwa Murdoch memperlihatkan dengan pernyataan langsungnya bahwa dia ingin Abbot menggantikannya sebagai perdana menteri.
Oleh karena itu dia mendesak agar Abbot mengungkap semua pembicaraan yang mungkin dilakukannya dengan Murdoch terkait dengan Jaringan Penyiaran Partai Buruh, NBN, yang -menurut Rudd- dikhawatirkan mengancam kepentingan bisnis Foxtel, yang sebagian dimiliki Murdoch.
Grup media Murdoch, News Corporation, merupakan kelompok yang dominan dalam pasar surat kabar di Australia dan The Daily Telegraph mengambil posisi menentang keras Rudd.
Tony Abbot langsung menanggapi tuduhan Rudd dengan mengatakan perdana menteri 'berkulit tipis'.
"Apakah saya pernah berbicara dengan Rupert Murdoch tentang NBN? Tidak, tidak pernah," tegasnya.
Sementara Murdoch lewat pesan Twitter mempertanyakan pendanaan NBN yang berjanji akan memberikian layanan internet supercepat ke setiap rumah di Australia.
Bagaimanapun News Corporation menegaskan bahwa kebijakan redaksinya sama sekali tidak berkaitan dengan kepentingan bisnis Foxtel. Red dari BBC