- Detail
- Ditulis oleh IRA
- Dilihat: 1155
Medan - Konferensi Penyiaran Indonesia merupakan ruang diskusi yang terbuka terhadap beragam isu aktual dunia penyiaran. Harapannya, diskursus yang dihasilkan dalam ruang akademis ini dapat memberi masukan pada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selaku regulator penyiaran, dalam melakukan pengawasan konten siaran. Dalam kesempatan ini KPI mengajak seluruh perguruan tinggi, untuk kembali menonton televisi dan mendengarkan radio yang sekarang kepemirsaannya cenderung turun lantaran disrupsi digital yang luar biasa. Anggota KPI Pusat bidang kelembagaan Amin Shabana mengatakan, keterlibatan perguruan tinggi dalam dinamika penyiaran diyakini akan menguatkan kembali industri penyiaran. Hal ini disampaikan Amin saat menyampaikan sambutan pada Konferensi Penyiaran Indonesia ke-4 yang diselenggarakan di Medan, (27/7).
Konferensi Penyiaran sendiri, merupakan perluasan kerja sama KPI dengan dua belas perguruan tinggi di dua belas kota besar di Indonesia, dalam penilaian Indeks Kualitas Program Siaran Televisi (IKPSTV), yang penyelenggaraannya sudah memasuki tahun ke-9. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya memajukan kualitas penyiaran, lewat jurnal penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Dalam konferensi yang bekerja sama dengan Universitas Sumatera Utara ini, berhasil terkumpul 75 jurnal yang tersebar dalam lima topik penelitian. Adapun kelima topik tersebut adalah: Konten Lokal Dalam Transformasi Digital, Jurnalisme Dalam Era Digital, Komunikasi Digital Media dan Transformasi Budaya, Literasi Media di Era Digital, dan Pemilu dan Penyiaran di Era Digital.
Ketua KPI Pusat Ubaidillah mengapresiasi konferensi ini yang banyak mengusung Isu konten media di era digital. “Ini menjadi angin segar dan juga pijakan bagi KPI dalam mengambil kebijakan ke depan,” ujarnya. Dia berharap, hasil konferensi ini dapat merangsang diskursus dan menarik perhatian pegiat media, baik itu media sosial dan juga media penyiaran, untuk berpihak pada nilai-nilai edukasi dan bermartabat, sesuai perkembangan zaman.
Menyinggung Pemilu 2024, Ketua KPI mengingatkan, lembaga penyiaran memiliki pean penting untuk membawa pesta demokrasi lima tahunan yang akan dijalani bangsa ini, ke arah yang lebih baik. Demi menghasilkan pemimpin bangsa yang berkualitas dan juga perwakilan-perwakilan rakyat yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya. “Sosialisasi pemilu yang dilakukan masing-masing kontestan harus dipandang sebagai usaha transparansi pada publik, agar masyarakat tidak membeli kucing dalam karung,” tambahnya.
KPI sendiri, ungkap Ubaidillah, berkepentingan agar siaran di layar kaca dalam pesta demokrasi 2024 ini berjalan lebih baik, adil, berimbang dan berkualitas. Sehingga sejarah juga akan mencatat kontribusi dunia penyiaran dalam mengantarkan pemimpin yang lebih baik untuk bangsa ini, pungkasnya.