- Detail
- Ditulis oleh Super User
- Dilihat: 9039
Jakarta - Dunia digital bisa mengubah karakter seseorang. Bagi individu yang kurang cakap memanfaatkan, teknologi ini cenderung akan membuatnya lupa identitas dirinya di kehidupan nyata. Oleh karena itu, masyarakat harus bersikap bijak menggunakan platform ini secara positif, kreatif dan cerdas.
Anggota Komisi I DPR RI, Krisantus Kurniawan mengatakan, keberlimpahan informasi yang mudah didapat masyarakat harus diimbangi dengan edukasi yang optimal. Contohnya ketika menggunakan media sosial harus memperhatikan akibat setelahnya ketika berselancar di dunia maya.
“Masyarakat harus menjadi filterisasi utama dalam menangkal budaya asing. Hindari berita bohong, jangan menyebar budaya kebencian, bijak menggunakan media sosial. Internet harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan hidup kita dan kemajuan bangsa dan negara yang kita dicintai,” tutur Krisantus saat menjadi pemateri dalam diskusi berbasis daring yang diseleggarakan oleh Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan tema “Pemanfaatan TIK Sebagai Sarana Mengembangkan Literasi Digital dan Kecakapan Digital” di Jakarta, (11/2/2022).
Sementara itu, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis mengingatkan, sejatinya manusia tak hanya membutuhkan kemudahan. Perlu dingat bahwa setiap manusia membutuhkan nilai abadi yang menjaga pribadi setiap penggunanya agar tetap bernilai dengan pola media baru.
“Hal ini sejalan dengan kolaborasi KPI dan DPR yang melaksanakan literasi di sejumlah kota di Indonesia. Efek negatif dunia digital perlu diintervensi secara positif dari berbagai pihak, baik pemerintah, instansi pendidikan, dan berbagai stakeholder,” tegas pria yang akrab di sapa Uda Andre ini.
Yuliandre mengungkapkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan ComScore VMX 2021, kanal Youtube mengalami peningkatan penonton sebanyak 30 persen pada tahun 2021. Dari survei tersebut, ditemukan bahwa lebih dari 100 juta penontonnya berusia di atas 18 tahun yang berasal dari Indonesia.
“Dapat disimpulkan bahwa peningkatan ini semakin meyakinkan kebutuhan akan layanan internet semakin tinggi,” kata Andre.
Sebagai pakar Komunikasi, Yuliandre memandang internet bukan hanya sekedar mengkoneksikan setiap individu tapi juga memantau setiap pergerakan pengaksesnya. “Bagaimana sosial media menguasai data penggunanya, membuat kecanduan, merusak kesehatan mental anak-anak, sampai membuat masyarakat terjerumus pada jurang polarisasi,” pungkasnya. Maman/Editor: RG dan MR