Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberi sanksi teguran tertulis untuk program siaran "Kopi Viral" Trans TV. Acara talkshow berklasifikasi R atau Remaja ini ditemukan memuat perbincangan tentang persoalan dewasa seperti hubungan seks, ejakulasi, kualitas sperma, dan masa subur. Demikian dijelaskan KPI dalam surat teguran yang telah dilayangkan ke Trans TV pada 22 April 2021 lalu.

Berdasarkan keterangan dalam surat teguran, KPI mendapati perbincangan itu pada program siaran "Kopi Viral" tanggal 06 April 2021 pukul 10.13-10.43 WIB dalam segmen “Podcast Viral” yang menghadirkan narasumber a.n. dr. Boyke. Dalam acara, dr. Boyke menjelaskan persoalan seksual seperti yang disebutkan di atas.

Wakil Ketua KPI Pusat, Mulyo Hadi Purnomo mengatakan, pembahasan tentang topik dewasa seperti seksual dalam program siaran berklasifikasi remaja dinilai tidak pantas dan telah melanggar ketentuan tentang penggolongan program siaran berdasarkan usia dan kedewasaan serta perlindungan terhadap anak dalam isi siaran. 

"Hal inilah yang menjadi landasan kami memutuskan memberi sanksi teguran untuk acara Kopi Viral. Isi perbincangan demikian jelas tidak sejalan dan tidak pantas disajikan dalam acara berkategori penonton remaja atau usia ke bawahnya. Dalam konteks pendidikan seks pada jam siar remaja, muatan tersebut harus diarahkan pada kesehatan reproduksi. Jadi sama sekali tak ada penjelasan tentang hubungan suami istri ," jelas Mulyo Hadi.

Dia menegaskan, program acara dengan klasifikasi R dilarang menampilkan muatan yang mendorong remaja belajar tentang perilaku yang tidak pantas atau bahkan membenarkan perilaku yang tidak pantas sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Informasi masa subur bisa berbahaya bagi remaja dan seks bebas. "Kami sangat peduli terhadap perlindungan anak dan remaja dalam siaran karena kami menginginkan perkembangan psikologis anak dan remaja berjalan ke arah yang baik," katanya.

Menurut Mulyo, piihaknya tidak melarang lembaga penyiaran menayangkan atau menyiarkan pembahasan seksual dalam isi siaran selama mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam P3SPS KPI tahun 2012. 

"Lembaga penyiaran boleh menayangkan siaran berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai pendidikan seks. Tapi kami ingatkan bahwa siarannya wajib disajikan secara santun, berhati-hati, dan ilmiah melalui praktisi kesehatan atau psikolog," tegas Mulyo.

Dalam kesempatan itu, Mulyo mengingatkan Trans TV dan seluruh lembaga penyiaran agar lebih berhati-hati dan jeli memahami ketentuan tentang klasifikasi atau kategori setiap program acara. Menurutnya, pencantuman klasifikasi pada setiap program acara harus benar-benar tepat dan sesuai aturan. "Ini demi memberi rasa aman dan kenyamanan menonton. Tontonan selain hiburan harus pula menjadi tuntunan," tandasnya. ***

Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menjatuhkan sanksi teguran tertulis pada program siaran “Jodoh Wasiat Bapak Babak Kedua” yang disiarkan oleh ANTV. Program dengan klasifikasi R13+ ini menampilkan adegan seorang pria yang melakukan ritual mempersembahkan darah tumbal agar dirinya dapat hidup selamanya. Dalam program yang tayang pada 4 April 2021 pukul 21.03 WIB ini, menampilkan juga adegan seorang wanita yang melakukan ritual pasang susuk di bagian dagu untuk membuat aura agar semua laki-laki terpikat pada dirinya. Selain itu, ditemukan pula penampilan visualisasi hantu seorang wanita pada pukul 21.53 WB. 

Pada tanggal 05 April 2021 pukul 21.25 WIB, tim pemantauan KPI menemukan kembali visualisasi hantu seorang wanita berambut panjang dengan tubuh bolong di bagian punggung. Muatan serupa kembali muncul pada tanggal 05 April 2021 pukul 21.55 WIB dan tanggal 06 April 2021 pukul 21.17 WIB. Selain itu, pada tanggal 30 Maret 2021 pukul 21.18 WIB menampilkan adegan seorang pria yang datang ke dukun untuk menggandakan uang dengan syarat membawa ayam cemani dan pada pukul 21.25 WIB menampilkan adegan seorang pria yang menjambak rambut istrinya, menyeret ke kamar mandi, dan menyiram tubuhnya dengan air karena kehamilan istrinya dianggap hasil hubungan dengan orang lain

Wakil Ketua KPI Pusat Mulyo Hadi Purnomo menegaskan bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) KPI Pusat tahun 2012 telah merinci dengan jelas tentang penggolongan program siaran. Untuk program siaran dengan klasifikasi R+ sudah sangat jelas aturannya dalam SPS pasal 37. “Di antaranya ada larangan menampilkan muatan yang mendorong remaja percaya pada kekuatan paranormal, klenik, praktek spiritual magis, dan supranatural,” ujarnya. 

P3 & SPS KPI 2012 ini, terang Mulyo, dibuat dengan semangat memberikan perlindungan pada anak-anak dan remaja. Termasuk menjaga agar program siaran untuk remaja tidak menampilkan materi yang mengganggu perkembangan fisik dan psikis remaja, seperti muatan horror. 

Secara khusus Mulyo mengingatkan, dalam menayangkan program siaran dengan klasifikasi R, selayaknya lembaga penyiaran mengedepankan konten dengan muatan nilai pendidikan dan pengetahuan, sosial budaya, dan budi pekerti. P3 & SPS juga membuka ruang untuk adanya unsur hiburan dalam program siaran untuk remaja, tambahnya. Namun Mulyo berharap, adanya keseimbangan dengan dengan nilai lain, sehingga tayangan tersebut juga memberi manfaat bagi tumbuh kembang remaja dan membantu pemenuhan rasa ingin tahu remaja secara positif. 

Mulyo berharap, pembenahan terhadap program siaran Jodoh Wasiat Bapak Babak Kedua dapat dilakukan secara komprehensif. Program ini sudah mendapatkan teguran tertulis, ujarnya. Pembenahan harus segera dilakukan, agar tidak terjadi peningkatan sanksi, jika ditemui adanya pelanggaran kembali, pungkas Mulyo. 

Catatan Redaksi: 

(Judul artikel berita ini sebelumnya adalah Sarat Muatan Mistik, Jodoh Wasiat Bapak Babak Kedua Terima Sanksi Teguran Tertulis Kedua. Judul dan isi berita telah dikoreksi karena ada kesalahan dalam merujuk sanksi yang diberikan. Dengan demikian kesalahan telah diperbaiki. Mohon maaf atas kekeliruan tersebut dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan).

 

Denpasar - Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi 2021 kembali digelar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Riset yang melibatkan 12 Perguruan Tinggi yang ada di 12 Kota, dapat menjadi acuan bagi industri penyiaran dan masyarakat saat memilih sebuah tayangan itu layak atau tidak untuk ditonton. Metodelogi yang dipakai dalam riset atau survei ini lebih mengutamakan sudut pandang kualitas.

Dalam salah satu kota kegiatan workshop Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi tahun 2021 bersama Universitas Udayana ini dilaksanakan sebagai bentuk perjuangan KPI Pusat demi melahirkan tayangan yang sehat dan berkualitas.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis mengatakan, workshop ini untuk menyamakan persepsi sebelum pelaksanaan riset . Dari hasil riset ini, dirinya berharap tingginya rasa kepedulian masyarakat untuk bisa memilih tayangan yang dirasa perlu.

“Tujuan dari wokshop ini adalah memperkukuh integrasi nasional dan watak jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, ” kata Yuliandre saat membuka acara Workshop Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2021 di Westin Hotel, Denpasar, Bali (21/4/2021).

Lebih lanjut, Pria yang biasa disapa Andre ini, perkembangan industri media sekarang harus disikapi oleh pihaknya dengan sebuah tanggung jawab moral yang besar agar dapat mewujudkan marwah media yakni mengedukasi setiap elemen bangsa.

Ia menilai, riset yang bekerja sama dengan 12 perguruan tinggi di Indonesia dan banyak melibatkan ahli di dalamnya, perlu untuk dilakukan secara berkelanjutan. Sedangkan hasil dari riset diharapkan dapat menjadi rujukan lembaga penyiaran agar dapat selalu meningkatkan kualitas program tayangannya.

“Saya secara pribadi pun merasa perlu jika kita bisa menilai suatu kualitas program siaran televisi untuk masyarakat,” tutur Andre.

Perlu diketahu pula, Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi ini merupakan program prioritas nasional bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan harapan ketergantungan lembaga penyiaran kepada rating tidak begitu tinggi.

Pada kesempatan itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana, Prof. Rai Maya Temaja dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Udayana mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan riset indeks kualitas program siaran televisi masih dapat dilaksanakan. Ditambah Universitas Udayana masih mendapatkan tempat untuk bisa berkontribusi memberikan pandangan serta penilaian terhadap kuliatas penyiaran televisi di Indonesia.

“Hal-hal seperti yang kita kerjakan bersama dengan KPI sejak tahun 2015 merupakan bagian arah kebijakan dari penelitian yang ada di Universitas Udayana,” katanya. **/Man

 

Denpasar - Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis menyatakan, kondisi pandemi sekarang berdampak kurang baik pada beberapa sektor kehidupan, salah satunya hiburan dan pariwisata. Kenyataan yang dihadapi para pengusaha di bidang ini, mereka harus berpikir ulang tentang usaha dan menyiapkan strategi yang cermat guna menyisiasati kehidupannya.

Merujuk data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tercatat hingga akhir 2020, total kerugian sektor pariwisata Indonesia akibat pandemi Covid-19 yang dibarengi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kurang lebih mencapai 10 trilyun Rupiah. 

"Di tahap awal pandemi tahun 2020, terlihat penurunan drastis jumlah wisatawan. Meskipun sekarang secara perlahan sektor pariwisata sudah mulai dibuka kembali, butuh waktu dan proses agar kenaikan wisatawan bisa seperti sedia kala," ungkap Yuliandre saat menjadi pemateri dalam kegiatan Desiminasi Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2020 dengan tema "Peran Penyiaran Untuk Kebangkitan Pariwisata Bali" di Westin Hotel, Bali, Kamis (22/4/2021). 

Terkait hal itu, lanjut Yuliandre, salah satu upaya yang dapat dipakai membantu kenaikan ekonomi pariwisata adalah dengan memanfaatkan media penyiaran. Peranan media sebagai wadah untuk melakukan aktifitas promosi obyek wisata dirasa sangat tepat sasaran. Beberapa program yang ada di lembaga penyiaran harus terus dikembangkan dengan tujuan mempromosikan wisata budaya di Indonesia. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KPI Pusat, salah satu kategori program yang dinilai dalam Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV adalah kategori program siaran wisata budaya. Dari beberapa riset tersebut, kualitas program televisi untuk kategori ini mengalami kenaikan. Pada riset 2020 lalu, kategori program wisata budaya mendapat angka indeks sebesar 3,44. Ini membuktikan secara umum semua TV telah mencapai angka indeks yang telah ditentukan KPI yakni di atas angka 3.00.

Yuliandre mencontohkan Stasiun TV dengan indeks tertinggi adalah TVRI dengan indeks sebesar 3.77, diikuti oleh Metro TV dengan indeks sebesar 3.66. "Pemanfaatan lain untuk meningkatkan pariwisata adalah dengan siaran iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di media penyiaran khususnya TV," tutur Yuliandre.

Dalam kesempatan itu, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali, Pande Agus Permana Widura, mengatakan kondisi pandemi membuat menurunkan angka pendapatan pengusaha di Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2020 menjadi yang terendah. Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi kumulatif Bali berada pada level minus 9,31 persen.

Pandemi yang memukul sektor pariwisata ini menjadi bahan evaluasi guna menggenjot sektor alternatif atau lainnya. Salah satu yang harus digarap lebih serius adalah pertanian. Untuk menggairahkan sektor pertanian, Pemerintah Provinsi Bali mendorong pemanfaatan teknologi. Sementara itu, tiga pelaku usaha yang paling terdampak wabah ini antara lain, pelaku usaha sektor akomodasi dan makanan-minuman yang turun hingga 87 persen. Pelaku usaha sektor transportasi dan pergudangan turun sebesar 85 persen serta pelaku usaha sektor jasa turun sebesar 85 persen.

“Kita juga perlu untuk melakukan inovasi dengan produk jasa yang bisa cepat beradaptasi. Kondisi seperti ini diharapkan dapat menyeimbangkan sektor ekonomi. Kini Bali harus mengembangkan industri alternatif untuk pemulihan ekonomi dan nilai produk Bali,” tandas Pande.

Disela-sela acara tersebut, KPI dan Universitas Udayana menandatangani kelanjutan kerjasama pelaksanaan Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV untuk tahun 2021. Penandatanganan MoU perpanjangan itu diwakili Komisioner KPI Pusat, Yuliandre Darwis dan Rektor Universitas Udayana. **/Man

 

 Ambon - Peningkatan kualitas siaran televisi berdasar pada Riset Indeks Kualitas Siaran Televisi yang digelar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama tahun 2020 menunjukkan adanya upaya dari lembaga penyiaran, untuk senantiasa meningkatkan kualitas konten yang disampaikan di hadapan publik. Dalam riset yang dilakukan dua kali di tahun 2020, secara agregat nilai indeks yang didapat mengalami peningkatan yakni 3,14 dan 3,21. Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan Hardly Stefano Pariela menyampaikan hal tersebut saat membuka acara Workshop di Universitas Pattimura dalam rangka Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi periode 1 tahun 2021, (20/4). 

Capaian hasil riset indeks di tahun 2020 ini, menurut Hardly merupakan hal yang menggembirakan. Persaingan industri televisi yang semakin ketat, tentu menuntut kreativitas tinggi dalam rangka merebut perhatian pemirsa. Namun di saat bersamaan, lembaga penyiaran tetap memiliki kewajiban untuk menjaga agar konten siarannya selaras dengan arah dan tujuan terselenggaranya penyiaran, sebagaimana amanat undang-undang. “Jadi, dengan capaian indeks melampaui angka tiga, tentu layak untuk diberikan apresiasi,” ujarnya. 

Sebelum workshop yang mengikutsertakan kalangan akademisi, digelar pula penandatanganan perpanjangan nota kesepahaman antara KPI dengan Universitas Pattimura. Secara khusus Hardly berharap kerja sama ini dapat dikembangkan lebih luas, termasuk kerja sama literasi media dan sosialisasi penyiaran digital. 

Dalam undang-undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, terdapat amanat untuk melakukan perpindahan sistem penyiaran dari sistem analog ke digital paling lambat pada November 2022. Hardly berharap melalui penyiaran digital, seluruh wilayah di maluku dapat menerima siaran televisi Free To Air (FTA) terrestrial secara gratis. Karena selama ini dengan karakteristik wilayah kepulauan, infrastruktur penyiaran televisi analog belum bisa menjangkau seluruh wilayah. Selama ini, sebagian besar masyarakat Maluku harus menggunakan televisi berlangganan atau antena parabola untuk mendapatkan siaran televisi FTA yang seharusnya gratis. KPID dan pemerintah provinsi Maluku diharapkan memiliki kepedulian terkait agenda digitalisasi penyiaran ini. Selain itu diperlukan sosialisasi  secara massif kepada seluruh masyarakat maluku agat mengetahui dan dapat berpartisipasi dalam agenda digitalisasi penyiaran. “Masyarakat harus diberikan pemahaman jika perangkat televisi yang dimiliki tidak mendukung siaran digital, maka pada November 2022 tidak dapat lagi menonton siaran televisi,”ujarnya. 

 

 

 

 

Penyiaran digital, ujar Hardly, selain memberi tantangan juga menghadirkan peluang besar yang harus memberi kemanfaatan bagi kesejahteraan masyarakat.  Dirinya berharap, seminar dan sosialisasi tentang siaran digital dapat menjadi salah satu ruang lingkup kerja sama antara KPI dan Unipatti. 

“Masyarakat harus terus disosialisasikan tentang penyiaran digital,” ucapnya. Tanpa sosialisasi memadai dan tanpa partisipasi seluruh pemangku kepentingan penyiaran, mungkin saja agenda digitalisasi ini berjalan tepat waktu. “Namun kemanfaatannya bagi masyarakat tidak didapat secara optimal. Bahkan berpotensi merugikan masyarakat di beberapa wilayah tertentu,” pungkasnya. Hadir dalam workshop tersebut Rektor Unipatti Prof. Dr Sapteno, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpatti Prof Dr Tonny Pariela, dan Ketua KPID Maluku Mutiara Dara Utama.

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.