- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 3872
Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis.
Jakarta – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat), Yuliandre Darwis, mengajak lembaga penyiaran untuk terlibat dan mendukung peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke 85 yang jatuh pada 1 April 2018 mendatang. Hal itu disampaikannya pada saat Sosialisasi Harsiarnas ke 85 dengan Lembaga Penyiaran di Kantor KPI Pusat, Kamis (15/3/2018).
Menurut Yuliandre, peringatan Harsiarnas merupakan momentum sejarah yang menjadi awal kebangkitan penyiaran nasional. Berdirinya radio SRV Solosche Radio Vereniging atau Perkumpulan Radio Solo pada 1 April 1933 dinilai sebagai cikal bakal berdirinya lembaga penyiaran pertama hasil karya anak bangsa.
“Peringatan Harsiarnas ini seharusnya menjadi milik kita semua, milik semua lembaga penyiaran di tanah air. Karena itu, peringatan ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Kita harus satu persepsi soal ini,” kata Yuliandre.
Yuliandre menjelaskan, saat ini keputusan penetapan 1 April menjadi Hari Penyiaran Nasional tinggal menunggu tandatangan Presiden Joko Widodo. Rencananya, dalam waktu dekat, Presiden akan menandatanganinya.
Sementara, Koordinator peringatan Harsiarnas 2018 sekaligus Komisioner KPI Pusat, Ubaidillah mengatakan, peringatan Harsiarnas ke 85 akan dipusatkan di Palu, Sulawesi Tengah. Sejumlah agenda kegiatan untuk menyemarakan peringatan Harsiarnas sudah disiapkan seperti Diskusi Buku Penyiaran, Kampanye Indonesia Bicara Baik (di rumah ibadah), Jalan Sehat Literasi Media, Festival Media, Sekolah P3 dan SPS KPI, Peresmian Prastasti Penyiaran hingga Acara Puncak Harsiarnas.
“Rencananya, puncak acara Harsiarnas akan disiarkan langsung Stasiun Televisi Republik Indonesia atau TVRI. Kami juga akan memberikan anugerah kepada penggiat penyiaran di tanah air,” kata Ubaid, panggilan akrabnya.
Dalam kesempatan itu, Ubaid berharap lembaga penyiaran ikut berpartisipasi untuk menyemarakkan peringatan Harsiarnas ke 85. Sosialisasi itu juga dihadiri Komisioner KPI Pusat, Agung Suprio, Mayong Suryo Laksono dan Dewi Setyarini. ***