Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano.

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), mulai menyosialisasikan kesepakatan yang ditandatangani beberapa waktu lalu tentang pengawasan iklan dan publikasi bidang kesehatan pada lembaga penyiaran, Senin (5/2/2018), di kantor KPI Pusat, Jakarta Pusat. Sosialisasi ini diharapkan memberi pemahaman lembaga penyiaran untuk lebih berhati-hati ketika menyampaikan informasi kesehatan melalui iklan dan program siaran lainnya.

Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano, mengatakan pihaknya punya semangat yang sama dengan Kemenkes dan BPOM soal penyampaian informasi tentang produk atau siaran kesehatan di media penyiaran. “Pesan yang disampaikan tidak boleh menyesatkan publik, tidak boleh superlatif, tidak mengesankan produk itu bisa menyembuhkan segala hal, terlalu berlebihan, serta tidak lengkap infomasinya,” katanya di depan perwakilan lembaga penyiaran yang hadir dalam acara sosialisasi itu.

Terkait hal itu, perlu ada pengawasan serta penindakan yang melibatkan lembaga terkait. Menurut Hardly, P3 dan SPS KPI tidak cukup detail mengatur persoalan kesehatan. Karenanya, harus ada semacam rekomendasi dari lembaga terkait seperti Kemenkes dan BPOM untuk KPI.

“Tadi sudah ada titik terangnya dengan BPOM. Komitmennya dengan KPI sudah sejalan. Selama ini yang sering kita bicarakan bahwa kalau ada potensi pelanggaran dalam iklan sebuah produk makanan, obat-obatan untuk komestik, maka BPOM akan memberikan sanksi berupa peringatan kepada produsen dan meminta produsen dalam waktu tiga puluh hari untuk menghentikan tayangan iklannya dan KPI akan bekerja setelah tiga puluh hari BPOM selesai. Kalau masih ada yang menayangkan iklan sebagaimana yang dimaksud BPOM, maka KPI akan menyisir dan akan memberikan peringatan kepada lembaga penyiaran,” jelas Hardly.

Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik & Produk Komplemen BPOM RI, Indriaty Tubagus, salah satu narasumber sosialisasi menyatakan, BPOM memiliki mekanisme aturan periklanan yang mengedepankan prinsip obyektivitas, tidak menyesatkan dan kelengkapan informasi. “Seharusnya iklan yang terkait produk kesehatan maupun makanan sebelum beredar harus izin ke BPOM. Prosedur pre market istilahnya,” tambahnya.

Menyangkut hal itu, Hardly Stefano, menyatakan perlu tindak lanjut karena dinilai ada ruang kosong terkait salah satunya adalah mekanisme pre market pengawasan iklan sebelum tayang yang dibuat BPOM. 

“Ternyata pre market BPOM ini tidak pernah atau belum menjadi bahan untuk keluarnya surat tanda lulus sensor dari LSF. Maka kami mendorong kalau ada pertemuan lanjutan agar melebarkan lagi peserta yang dilibatkan yakni dengan mengundang LSF untuk memastikan pre market yang dibuat BPOM dengan melakukan analisa pra tayang dari iklan itu menjadi bahan pertimbangan bagi LSF. Artinya selain hal-hal teknis sebagaimana diatur dalam regulasi penyensoran, LSF sebaiknya mempertimbangkan rekomendasi dari BPOM. Jadi kita tidak hanya menyelesaikan permasalahan di hulu tapi juga di hilir. Itu harapan dari KPI,” rinci Hardly.

Hardly juga menyoroti persoalan dengan kemenkes yang meminta dihentikannya siaran produk-produk yang sifatnya produk umum yang dapat izin dari kementerian perdagangan tetapi memiliki klaim-klaim kesehatan. Permasalahan ini tidak serta merta dapat diselesaikan secara sepihak karena jika hanya merujuk pada regulasi penyiaran, maka belum ditemukan potensi pelanggaran. Perlu rujukan dari regulasi terkait lainnya baik dalam bidang perdagangan maupun kesehatan. 

“Tetapi ketika ada keberatan, kami akan mengadakan forum khusus untuk klarifikasi dengan menghadirkan kemenkes, supaya kita bisa menentukan persoalan secara proposional dan memutuskan tindakan. Akan tetapi, jika menyangkut pengobatan tradisonal dan klinik tradiosionalnya, kita akan mengikuti semua rekomendasi. ketika Kemenkes bilang itu klinik yang tidak boleh tayang di lembaga penyiaran kita akan menertibkan,” tegas Hardly.

Sementara itu, Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini, meminta perhatian soal perlindungan anak dan remaja terkait dengan siaran kesehatan. “Anak-anak dan remaja menjadi fokus perlindungan kami dari siaran atau tayangan kesehatan yang informasi menyesatkan serta tidak dapat dipertanggungjawab,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Oscar Primadi, mengatakan tujuan utama kerjasama ini untuk membebaskan masyarakat dari tayangan kesehatan yang tidak benar. “Masyarakat harus dilindungi dan menghindarkan mereka dari bahaya dan dampak informasi yang tidak benar serta kerugian material akibatnya. Kami juga akan berbicara dengan Ikatan Dokter Indonesia atau IDI dalam kaitan ini.Kami bertekad menyelesaikan hal ini, tidak hanya di hilir tapi juga di hulunya,” jelasnya. ***

Bontang - “P3SPS  adalah hal yang penting karena mencakup acuan dan standar dalam penyiaran, oleh karena itu diharapkan dengan pelatihan ini dapat meningkatkan kualitas isi siaran yang sesuai etika dan aturan yang berlaku di Indonesia. Karena saat ini masih banyak program acara baik dalam media televisi maupun radio yang melanggar Undang-undang KPI Nomor 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran,” ungkap Ketua KPID Kaltim, Suwarno pada pelatihan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), (5/2).

Pelatihan tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah Kota Bontang dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Timur. Bertempat di Ruang Rapat Walikota, Bontang Lestari, kegiatan ini dihadiri oleh Sekretaris Dinas Kominfo dan Statistik, Ririn Sari Dewi, S.IP.,M.Si selaku perwakilan Walikota Bontang, Ketua Komisi Informasi Kaltim, perwakilan Humas Bontang, perwakilan Humas Kutim, beberapa Direktur penyiaran Kota Bontang dan Kutim, tamu undangan dan peserta pelatihan P3SPS.

Dalam sambutan Walikota Bontang yang dibacakan oleh Sekretaris Dinas Kominfo dan Statistik, Ririn Sari Dewi Pemerintah Kota Bontang mengapresiasi pelatihan yang digelar oleh KPID tersebut. Pasalnya pelatihan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan penyiaran di Kota Bontang.

Diantaranya dari sisi sosial politik yaitu dengan terbukanya kebebasan berpendapat dan berekspresi sebagai modal dasar tumbuhnya budaya demokrasi yang baik serta dari sisi ekonomi, yakni terbukanya lapangan usaha yang melahirkan insan-insan pers dan pelaku penyiaran yang profesional di bidangnya masing-masing.

Kegiatan yang digelar selama dua hari tersebut diikuti dengan antusias oleh kurang lebih 40 peserta dengan 7 narasumber yang berasal dari komisioner Kaltim. Hal ini terlihat dari respon positif dan keaktifan peserta dalam sesi tanya jawab yang disediakan panitia.

Tentunya, melalui kegiatan ini seluruh panitia, narasumber maupun peserta berharap agar kedepannya ilmu yang telah diberikan melalui materi-materi pelatihan dapat menjadi acuan bahkan pedoman seluruh lembaga penyiaran yang ada di Bontang maupun Kutim agar dapat menjadi SDM profesional yang mampu menyajikan isi siaran yang berkualitas sesuai aturan P3SPS. (PPID Kota Bontang)

Komisioner KPI Pusat bidang Kelembagaan, Ubaidillah, bersama Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Mohammad Hidayat Lamakarate dan jajaran pemerintah provinsi, usai rapat persiapan peringatan Hari Penyiaran Nasional ke-85.

Palu - Puncak peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-85 pada tahun 2018 akan dipusatkan di kota Palu, Sulawesi Tengah. Dengan mengusung tema Menjaga Keutuhan NKRI Melalui Dunia Penyiaran Yang Sehat dan Berkualitas, peringatan Harsiarnas akan dirangkai dengan pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) se-Indonesia. Komisioner KPI Pusat bidang kelembagaan, Ubaidillah mengatakan, dari tema tersebut KPI berharap melalui kota Palu, Sulawesi Tengah inilah pesan damai dapat diserukan untuk Indonesia. Hal tersebut disampaikan Ubaidillah dalam rapat persiapan peringatan Harsiarnas ke-85 tahun 2018, di kantor Gubernur Sulteng, bersama jajaran pemerintah provinsi yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulteng Mohammad Hidayat Lamakarate.

Menurut Ubaidillah, ada banyak rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam memeriahkan Harsiarnas ini. Diantaranya Kampanye Indonesia Bicara Baik, yang diharapkan mengikutsertakan berbagai elemen masyarakat di kota Palu, termasuk kalangan aktivis masjid dan gereja, serta jalan santai dan literasi media yang melibatkan siswa sekolah di Palu.

“KPI juga sudah menyiapkan program Sekolah P3SPS untuk praktisi penyiaran di kota Palu dan sekitarnya”, ujar Ubaidillah. Sekolah P3SPS selama ini menjadi program andalan KPI Pusat dalam memberikan standarisasi memahami regulasi penyiaran bagi kalangan pelaku industri penyiaran. Dengan diselenggarakannya Sekolah P3SPS di Palu, KPI berharap, dapat menjangkau lebih banyak peserta, terutama dari pengelola televisi lokal di Sulawesi Tengah dan sekitarnya.

KPI mengagendakan pada peringatan Harsiarnas kali ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hadir. “Kami berharap Presiden dapat sekaligus mencanangkan secara resmi tanggal 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional serta menandatangani prasasti tugu penyiaran”, ujar Ubaidillah. Hingga saat ini, KPI masih menanti ditandatanganinya Keputusan Presiden (Kepres) tentang penetapan 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional.

Dalam rapat yang turut dihadiri jajaran KPI Daerah Sulawesi Tengah, Hary Aziz selaku Ketua KPID menyampaikan tengah mempersiapkan kegiatan Kampanye Indonesia Bicara Baik. “Kegiatan ini akan melibatkan berbagai elemen pegiat media dan LSM di Palu,” ujarnya. Selain itu, kampanye ini akan dilakukan bekerjasama dengan masjid-masjid dan gereja-gereja yang ada di kota Palu, agar dalam khotbahnya dapat disisipkan pesan-pesan kepada seluruh umat untuk hanya menyebarkan informasi-informasi yang baik dan membangun, bukan informasi yang sifatnya hoax. Selain itu, tambah Hary, KPID juga tengah menjajaki kerjasama dengan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) untuk menggelar festival media. Sehingga Hari Penyiaran Nasional ini juga menjadi sebuah momen penting bagi insan media, untuk melakukan perbaikan kualitas demi terwujudnya dunia penyiaran yang sehat dan memberikan penguatan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 

Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran KPI Pusat Mayong Suryo Laksono ketika berbicara di depan peserta Regional Regulators Forum di Singapura, 5 Februari 2018

Singapura - Tampil sebagai salah satu pembicara pada Regional Regulators Forum yang diselengarakan oleh International Institute of Communications (IIC), bekerja sama dengan Infocomm Media Development Authority (IMDA), di Singapura, 5 Februari, Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Mayong Suryo Laksono menjelaskan posisi khusus KPI sebagai regulator. Khusus karena menyangkut wilayah negara yang luas dengan jumlah penduduk 265 juta, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat sementara regulasi berjalan tersendat-sendat.

“Anda semua sudah melangkah dengan digitalisasi beberapa tahun lalu dan sudah menikmati digital deviden, tapi kami sedang bekerja keras agar migrasi digital itu segera terlaksana,” kata Mayong dalam sesi ke-3 dengan tema “Building institutional capacity and human capital: How can a regulator build capacity that is fit for purpose in a rapidly-moving environment?”

Sesi Tanya Jawab. Dari kiri: Moderator Angelilne Poh, Umar Garba Danbatta (Nigeria), Dan Sjoblom (Swedia)

 

Tampil bersama dengannya dalam satu panel adalah Dan Sjoblom, Direktur Jenderal Autoritas Pos dan Telekom Swedia,  Umar Garba Danbatta, Wakil Ketua Dewan Eksekutif dan CEO Komisi Komunikasi Nigeria, dipandu oleh Angeline Poh, Asisten Ketua Infocomm Media Development Authority, Singapura.

Forum yang dihadiri sekitar 50 wakil dari banyak negara seperti Afrika Selatan, Lithuania, Meksiko, Taiwan, Mongolia, Myanmar, Nigeria, Hongkong, Curaqao, Afghanistan, Malaysia, Australia, Inggris, dan Singapura itu, juga menampilkan Dr Taufik Hasan, Komisioner  Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) yang berbicara pada sesi pertama dengan tema, “Enabling Data Flow for Economic Growth”.

Setelah empat sesi, acara diakhiri dengan workshop mengenai aspek bisnis Over the Top Television (OTT) dan digital start-ups dengan menampilkan pembicara dan fasilitator dari Netflix, Facebook, dan YouTube.

Ketua KPID NTB, Sukri Aruman.

Mataram – Delapan penanggungjawab radio dan TV lokal di Lombok telah dipanggil dan dimintai keterangannya oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTB sehubungan hasil pemantauan dan aduan masyarakat yang melaporkan lembaga penyiaran tersebut menyiarkan iklan obat dan pengobatan  tradisional bermuatan testimoni pasien, endorser petugas kesehatan dan jam siar yang tidak tepat. "Semua sudah kita panggil dan mereka memberikan klarifikasi,"kata Sukri Aruman, Ketua KPID NTB di Mataram, Jumat lalu (2/2/2018).

Adapun lembaga penyiaran yang diadukan dan diklarifikasi antara lain Radio Global FM Mataram, Radio GSP FM, Radio Gemini FM Mataram, Radio Sutra FM Mataram, Radio Mandalika FM Lombok Tengah, Radio Tara FM Lombok Tengah, Radio Yadinu FM Lombok Timur dan Lombok TV Mataram.

Menurut Sukri, berdasarkan hasil klarifikasi, diantara lembaga penyiaran tersebut mengaku menyiarkan iklan obat yang berisi testimoni atau kesaksian pengguna obat yang tidak dibenarkan sesuai Etika Pariwara Indonesia (EPI). "Kita juga sudah meminta rekaman iklan yang disiarkan tersebut untuk kajian lebih lanjut,"tegasnya.

Dikatakan, pihaknya sudah melayangkan edaran kepada lembaga penyiaran untuk berhati-hati menyiarkan atau menayangkan iklan obat dan makanan termasuk Pusat Pengobatan dan Layanan Kesehatan lainnya."Kita ingin memastikan radio dan TV lokal agar menyampaikan informasi yang benar  dan dapat dipertanggungjawabkan," tegas Sukri.

Dalam kesempatan itu, lembaga penyiaran meminta KPID NTB agar lebih arif menyikapi seretnya pendapatan  media lokal akibatnya minim iklan komersial."Kami  sangat mengerti hal itu dan tentunya akan berkoordinasi dengan Balai POM dan Dinas Kesehatan untuk memberikan pemahaman yang cukup termasuk kepada pemasang iklan yang selama ini ngotot produk iklannya disiarkan,"tutur Sukri.

Lebih lanjut Sukri mengungkapkan, beberapa produk iklan tersebut disiarkan dalam bentuk spot radio dan TV, insert program, blocking time dan adlibs siaran.

Dugaan pelanggaran lain yang ditemukan adalah iklan pengobatan untuk vitalitas pria dan wanita yang disiarkan pada jam yang tidak tepat. "Materi iklannya terlalu vulgar dan disiarkan pada jam dimana anak dan remaja masih menonton," ungkap Sukri dan mengaku sangat mengapresiasi kerjasama yang baik dengan lembaga penyiaran.

KPID NTB sudah minta lembaga penyiaran memperbaiki iklan bermasalah tersebut dan hanya menyiarkan iklan yang sudah sesuai aturan. KPID NTB berjanji akan memberitahukan secara tertulis hasil klarifikasi dengan lembaga penyiaran yang telah dipanggil. "Secara lisan sudah kita sampaikan. Jadi tidak ada alasan untuk masih menayangkan iklan bermasalah kecuali sudah direvisi ya," imbuhnya lagi. Red dari KPID NTB

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.