- Detail
- Ditulis oleh SIP
- Dilihat: 7737
Fez - Haute Autorité de la Communication Audiovisuelle (HACA), regulator penyiaran di Maroko menyelenggarakan pertemuan regulator komunikasi dan audio visual antar negara-negara di Afrika dan Amerika Latin (Premiere Rencontre Des Regulateurs AFRICANS and IBERO-AMERICAINS De L’Audiovisuel), di Fez 16-18 Maret 2017. Presiden HACA, Amina Lemrini Elouahabi menjelaskan bahwa pertemuan tersebut sebagai wadah berbagi pengalaman dan pengetahuan dari regulator antar negara. “Pertemuan ini juga menjadi kesempatan mengatasi isu pluralisme politik dan linguistik, budaya dan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan dalam melawan stereotype gender, serta kehadiran media komunitas demi menjamin kepentingan umum,” ujar Amina. Menurutnya, perubahan global yang dihadapi dunia saat ini membutuhkan peran aktif dari regulator penyiaran, untuk menyesuaikan aturan-aturan yang ada di setiap negara agar muatan penyiaran dapat memberikan manfaat besar bagi peradaban umat manusia.
Pada pertemuan tersebut HACA Maroko menyampaikan usulan tentang pentingnya co-regulasi dalam dunia penyiaran antar negara-negara Afika dan Amerika Latin. Salah satunya dengan membuat standar regulasi yang sama pada setiap negara. Hadir dalam pertemuan yang digagas untuk pertama kalinya itu, delegasi negara-negara Afrika yang tergabung dalam Réseau des Instances Africaines de Régulation de la Communication (RIARC) yakni Kamerun, Burkina Faso, Mali, Niger, Chad, Benin, Guinea, Guinea-Bissau, Tunisia, Tanzania, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, dan Maroko. Sedangkan delegasi dari negara Amerika Latin yang tergabung dalam dan "Plataforma de Reguladores del sektor Audiovisual de Iberoamerica" (PRAI) yang hadir adalah Meksiko, Ekuador, Kolombia dan Chile, yang juga dilengkapi dengan kehadiran delagasi dari Spanyol dan Portugal.
Presiden IBRAF (Organization of Islamic Cooperation Broadcasting Regulatory and Authority Forum) Yuliandre Darwis, turut hadir dalam pertemuan tersebut didampingi Sekretaris Jenderal IBRAF Hamit Ersoy yang merupakan anggota Radyo Ve Televiszyon Ust Kurulu (RTUK) Turki. Pada kesempatan tersebut Yuliandre yang juga Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), menyampaikan isu terkait urgensi media menghadirkan harmoni di tengah masyarakat dunia. “Majunya teknologi media jangan sampai membuat identitas masing-masing negara hilang,” ujar Yuliandre. Selain itu, dirinya juga mengingatkan pentingnya literasi bagi generasi muda untuk memahami bagaimana sebuah media bekerja sehingga dapat menggunakan dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya.***