Bandung -- Gubernur Jawa Barat, Ridwal Kamil mengatakan, transformasi penyiaran nasional ke digital harus disikapi secara cepat dan tepat. Pasalnya, migrasi sistem ini akan menyebabkan perubahan besar terhadap tatanan penyiaran di tanah air termasuk manusianya. 

“Digitalisasi penyiaran merupakan keharusan. Dinamika digitalisasi ini akan merubah orang (secara sosial dan cara memanfaatkan media) dan ini tidak  bisa dihindari,” kata Ridwal Kamil, dalam sambutannya di Gala Dinner menyambut Peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) Ke-89 di Gedung Sate, Kamis (31/3/2022) malam.

Selain itu, lanjut Emil, perubahan sistem siaran ini harus direspon secara positif lewat inisiatif dan kreatifitas terutama dalam membuat konten. Soalnya, migrasi ini akan memunculkan banyak TV digital yang artinya harus diimbangi dengan tingginya produksi konten siaran. “Di era digital itu yang penting konten. Jadi jangan kaget kalau nanti akan banyak siaran TV yang sekaligus membuka lapangan kerja,” ujarnya.

Menurut Emil, perubahan yang akan mengubah tatanan penyiaran nasional harus dibarengi antisipasi regulasi yang ketat dan tegas. Memang kehadiran konten menjadi faktor utama dalam digitalisasi, tapi harus tetap mengedepankan isi yang bermanfaat, berkualitas dan baik bagi masyarakat.

“Tetap hati-hati dalam menyiarkan. Siarkan yang menginspiratif, manfaat, edukatif dan baik bagi masyarakat. Media penyiaran itu berbeda dengan media sosial karena harus ada verifikasi baru ditayangkan. Adapun media sosial ditayangkan dulu baru verifikasi atau klarifikasi. Karena itu, kita butuh konten yang inspiratif agar kita bisa mewujudkan target menjadi 4 besar negara maju di dunia,” tegasnya di depan peserta Harsiarnas 2022 yang datang dari berbagai daerah.

Dalam kesempatan itu, Emil meminta kepada masyarakat untuk siap menghadapi peralihan sistem penyiaran ini. Dia juga meminta kepada pemerintah agar memperhatikan daerah-daerah yang belum dapat terjangkau sinyal komunikasi dan siaran. Menurutnya, di wilayah Jabar masih terdapat sejumlah titik yang belum terlayani penyiaran dan komunikasi. “Kami minta ini jadi perhatian dan perlu kerja bersama,” tuturnya.

Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, di tempat yang sama, menjelaskan alasan pihaknya memilih Bandung sebagai tuan rumah peringatan Harsiarnas ke 89. Menurutnya, kota Bandung memiliki sejarah penyiaran terkait menggemakan proklamasi kemerdekaan negeri ini ke seantero negeri dan dunia. 

“Ini pusatnya industri kreatif juga memiliki jumlah TV paling banyak dan radio juga. Akan tetapi kenapa Bandung yang terpilih, karena ada nilai sejarah khususnya penyiaran. Jadi pada waktu, Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan di Pegangsaan, agar menggema ke seluruh dunia, siarannya juga disampaikan melalui radio di sini yang sekarang jadi RRI Bandung,” jelasnya.

Di akhir sambutannya, Agung berharap, terpilih kota Bandung sebagai tuan rumah Harsiarnas makin menumbuhkan kreatifitas masyarakatnya. “Semoga hal ini makin menjadikan Jabar sebagai provinsi yang kreatif,” tandasnya. ***/Foto: AR/Editor: MR

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.