Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan 12 Perguruan Tinggi di 12 Kota kembali melakukan kegiatan Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV Tahap II tahun 2021. Mengawali kegiatan riset tahap II ini, KPI melakukan FGD di lima kota antara lain Jakarta, Medan, Padang, Banjarmasin dan Semarang. Jakarta menjadi kota pertama yang melakukan kegiatan riset pada tahap II ini. Kegiatan riset untuk wilayah Jakarta, KPI bekerjasama dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta.
Setelah Jakarta, selang satu hari, KPI melakukan riset di Kota Padang. Dalam rsiet tersebut, mengemuka pentingnya penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat memilah dan memilih siaran yang sesuai dan baik bagi mereka menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas isi siaran TV di tanah air. Karenanya, perlu ada upaya literasi yang berkesinambungan dan terarah agar didapatkan kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan media secara baik dan menyeluruh.
Hal yang dibahas dalam peningkatan literasi publik melalui TV dan mengevaluasi program yang secara kualitas rendah. “Salah satunya disebabkan karena kurangnya literasi kepada publik. Karenanya masih banyak publik yang menikmati siaran yang kualitasnya di bawah rata-rata,” kata Azwar, Dekan FISIP Universitas Andalas dalam pembuka kegiatan diskusi kelompok terpumpun atau FGD riset untuk wilayah Kota Padang, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu.
Komisioner KPi Pusat, Yuliandre Darwis, yang hadir melalui Virtual Zoom menyampaikan pentingnya penyadaran publik memiliki pengaruh atas bentuk isi siaran di lembaga penyiaran. Karenanya, salah satu materi siaran yang berkualitas dan perlu diketahui masyarakat adalah hasil dari program riset indeks yang dilakukan KPI.
“Ini merupakan program prioritas untuk membangun sumber daya manusia kita. Oleh karena itu, hasil dari riset ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dan mencerdaskan publik untuk memilih dan memilah siaran TV. Kita berharap publik dapat melek dengan data yang dihasilkan oleh riset ini,” jelas Yuliandre.
Dalam kesempatan itu, KPI Pusat mengapresiasi kerjasama yang dilakukan dengan FISIP Universitas Andalas dalam kegiatan riset ini. Kerjasama yang telah berjalan enam tahun sejak ditandatangani pada 2016 lalu diharapkan dapat terus berlanjut dan menghasilkan masukan yang positif bagi pengembangan penyiaran di tanah air.
“Apresiasi sangat tinggi untuk kalangan akademisi dari Universitas Andalas yang telah berkontribusi banyak untuk riset ini. Kami juga memberi penghargaan bagi seluruh informan yang aktif dalam FGD ini. Hasil dari riset ini sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia dari sisi penyiaran. Pasalnya, kita sadar betul TV masih menjadi media informasi yang digunakan banyak masyarakat kita, hampir 80 persen,” kata Andre.
“Kita mendorong kampus membuat kajian yang nantinya menjadi sumber masukan yang baik dan juga pengetahuan. Dengan Riset ini diharapkan dapat memberikan rumusan yang baik dan juga kontribusi yang baik terhadap perkembangan siaran televisi di Indonesia,” tandasnya.
Riset di Banjarmasin
Dalam kegiatan riset di Banjarmasin, KPI bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat, merupakan riset ke 7 yang telah dilakukan ke dua lembaga tersebut. Riset yang dilandasi niat mengawal program siaran TV jadi semakin berbobot kualitasnya dan tidak tergantung oleh rating share.
Koordinator Bidang Isi Siaran sekaligus Komisioner KPI Pusat, Mimah Susanti, mengatakan rating harus selaras dengan kualitas. Walaupun saat ini banyak sekali acara televisi yang mengedepankan gimmick demi meningkatkan popularitas, KPI tetap harus mengkontrol situasi baik masukan dari akademik atau masukan dari para netizen, warganet dan penonton acara televisi karena perlunya timbal balik (feedback) antara program acara dengan kualitas.
Dia menyatakan bahwa semua elemen, baik KPI, akademisi, dewan pers serta masyarakat, dapat lebih kritis pada acara televisi terutama program infotainment yang menjadi program jurnalistik. Menurutnya, produk jurnalistik program acara ini patut dipertanyakan.
Mimah Susanti juga berharap kerjasama dengan perguruan tinggi tetap terjalin dengan tujuan meningkatkan kualitas konten yang berbasis data. “Program televisi yang harus menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan karena memiliki pengaruh yang besar bagi bangsa Indonesia. Terus dilaksanakannya riset indeks ini diharapkan dapat menyadarkan untuk meningkatkan kualitas karena merupakan bagian yang penting bagi bangsa dan negara Indonesia,” tandasnya.
Riset di Medan
Sementara itu, Komisioner KPI Pusat, Irsal Ambia, saat membuka riset di Kota Medan menyatakan riset ini telah berkontribusi dalam upaya perbaikan konten siaran yang ada di TV. Salah satu perubahan itu, para pengiklan sudah mulai melihat bahwa hasil riset sudah menjadi referensi untuk memasang iklan di lembaga penyiaran.
“Walaupun belum secara maksimal sudah dijadikan sebagai acuan utama. Hal ini menjadi daya semangat kita untuk tetap memperbaiki kualitas riset. Riset ini bisa dijadikan sumber referensi berbagai pihak terutama dalam pengiklan untuk menampilkan Produknya masuk dalam program-program terbaik yang ada di TV. Riset ini bisa lebih mengambarkan kualitas program siaran kita,” kata Irsal, waktu itu.
Dalam kesempatan itu, Irsal menyampaikan akan adanya perubahan penyiaran nasional dari analog ke digital. Perubahan ini akan memunculkan banyak program yang ada di TV. Karenanya, kata dia, inimenjadi tantangan dan tentunya juga harapan kita banyaknya konten seiring dengan tumbuhnya Televisi di berbagai daerah.
“Maka, tentunya akan banyak program yang ditawarkan. Alih teknologi dari analog ke digital bisa memberikan tambahan tayangan yang bervariasi, sehingga ada kompetisi yang sehat di kalangan industri televisi. Dengan demikian, maka akan bisa memberikan informasi yang beragam di masyarakat,” tandasnya. ***/Tim Riset KPI