Jakarta -- Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis, mengatakan membangun komunikasi lintas generasi, khususnya untuk Generasi Z, membutuhkan pengertian dan ketepatan komunikasi.
Generasi Z biasa disebut generasi digital native, memiliki kedekatan dengan teknologi dan menurut hasil riset Hoffman generasi ini dapat menghabiskan waktu hampir 9 jam per hari menggunakan telepon pintar. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, disampaikan 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah pemuda berumur 16-30 tahun sehingga total pemuda di Indonesia kurang lebih 64,19 juta jiwa atau sekitar 24,1%.
“Fakta ini telah kita rasakan dengan maksud generasi milenial menang karena kolaborasi. Sebuah pemahaman bagaimana membangun komunikasi secara global melalui teknologi,” ungkap Yuliandre saat menjadi pemateri dalam diskusi berbasis daring yang diselenggarakan oleh Genzi dengan tema “Membangun Komunikasi Lintas Generasi, Lintas Agama dalam Menghadapi Tantangan Global” di Jakarta, Minggu (20/9/2020).
Presiden OIC Broadcasting Regulatory Authorities Forum (IBRAF) periode 2017-2018 ini mengatakan, Indonesia telah memasuki fase golden time. Generasi muda yang produktif diharapkan mampu memanfaatkan usia produktifnya dengan melakukan kegiatan yang memiliki nilai jual agar Indonesia mampu dan bersiap menuju masa keemasanya di tahun 2045.
Andre melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dari total 64 juta jiwa pemuda Indonesia, kurang lebih 60 persennya adalah pemuda yang berumur 16-24 tahun atau masuk ke Generasi Z yang mampu dengan mudah membangun komunikasi generasi Z.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, dengan pola komunikasi baru di Indonesia, dimana saat ini penetrasi media sosial dengan angka 80 persen menjadi bagian yang menarik. Hal ini juga bisa menjadi salah satu cara membangun komunikasi pada generasi Z yakni melalui media sosial sehingga fakta hari ini segelintir orang bisa menjadi pilihan untuk beraktualisasi di ruang komunikasi berbasis digital.
“Influencer dan Buzzer menjadi cara komunikasi di sosial media. Mereka memiliki pengaruh yang sangat besar untuk memberikan kepercayaan dan mengubah perilaku masyarakat melalui sosial media, khususnya generasi Z yang menghabiskan waktu yang banyak di sosial media,” ungkapnya.
Sebagai regulator penyiaran di Indonesia, lanjut Andre, tugas dan fungsi KPI menjadi salah satu yang vital. Apalagi melihat fenomena bermacam media yang digunakan untuk berkomunikasi lintas generasi. “Mengawasi 3000 lembaga penyiaran di seluruh Indonesia tidaklah pekerjaan yang mudah,” katanya.
Sementara itu, pendiri Genzi, Razak Mozin, menyatakan rasa syukur terlahir sebagai bangsa Indonesia yang berbeda namun satu dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Generasi Z saat ini harus peka dengan tanggungjawabnya di masa akan datang.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa, Razak berharap, lahirnya sikap kemandirian dalam hidup yang maju sehingga tidak lahir dari sikap yang biasa saja. Generasi Z wajib memiliki kemampuan sebagai generasi emas.
“Saya menghimbau kepada generasi Z jangan pernah lelah dan berhenti untuk bekerja keras. Apa yang kita lakukan, khususnya generasi Z di seluruh Indonesia harus bergandengan tangan melahirkan generasi yang kuat dan berprestasi,” katanya. *