Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, saat mengikuti konfrensi pers kegiatan IOWave 18 di Kantor BMKG, Jakarta, Rabu (05/09/2018).
Jakarta – Televisi memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat termasuk informasi soal kebencanaan. Hal ini mestinya diikuti respon lembaga penyiaran, radio dan televisi, untuk menayangkan setiap informasi peringatan dini bencana, baik gempa maupun tsunami, dengan cepat dan tepat.
Salah satu agenda rutin untuk mengingatkan peran media dalam penyampaian informasi seoal bencana adalah Indian Ocean Wavew Exercise 2018 (IOWave 18). Kegiatan ini diselenggarakan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) bekerja sama dengan stakeholder terkait termasuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan lembaga penyiaran, merupakan tindakan (simulasi) untuk mengurangi dampak bencana atau mitigasi bencana yang dilakukan dalam bentuk gladi ruang. Kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap 2 tahun sekali.
Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis mengatakan, kegiatan IOWave dan simulasi penanganan dan respon informasi peringatan dini oleh media penyiaran sangat bermanfaat dan penting. Kegiatan ini sebagai edukasi bagi media penyiaran dan publik ketika menghadapi adanya peringatan dini akan bencana dan dampak setelahnya.
“Kejadian bencana yang baru-baru ini terjadi di Lombok dapat menjadi contoh bagaimana media memberi kontribusi informasi bagi publik. Karenanya, KPI sangat mendorong semua lembaga penyiaran menyampaikan setiap informasi tentang gempa bumi dan tsunami secara cepat dan tepat,” ujar andre di sela-sela konfrensi pers kegiatan IOWave 18 di Kantor BMKG, Jakarta, Rabu (05/09/2018).
Selain itu, media penyiaran menjadi sumber informasi yang akurat dan terverifikasi disaat masyarakat membutuhkan informasi yang benar dan terpercaya. “Potensi berita hoax di siaran televisi jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan informasi yang ada di media sosial,” kata Andre, panggilan akrab Ketua KPI Pusat.
Dalam kesempatan itu, Andre berharap siaran TV tidak hanya memberikan informasi yang benar, namun harus menginfokan bagaimana cara penyelamatan diri saat terjadi bencana dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM). “Oleh karena itu diperlukan kontribusi berbagai pihak untuk memberikan infromasi serta mengedukasi masyarakat,” pungkasnya.
Pernyataan tersebut didukung Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono. Menurutnya, SOP (standar operasional dan prosedur) BMKG dalam penyebarluasan peringatan dini untuk media tahun 2012 menyatakan apabila berita tersebut merupakan informasi gempa bumi, media dapat menindaklanjuti dengan menayangkan di running text.
“Namun jika informasi peringatan dini tsunami, maka media wajib menindaklanjuti dengan menayangkan stop press sesuai dengan landasan hukum yang berlaku,” imbuhnya.
Jumpa pers ini juga di hadiri Dr. Hartuti P. Rahayu dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Perwakilan Kemaritman Ari Rahman, serta Dr. Eka Sakya ketua Incident Command System (ICS).
Simulasi peringatan dini tsunami di Metro TV
Selain di BMKG Pusat dan sejumlah daerah di Indonesia, simulasi peringatan dini bencana dan tsunami juga berlangsung di Metro TV. Metro TV menjadi satu-satunya media penyiaran yang ikut terlibat dalam kegiatan IOWave 18 dan melakukan gladi ruang secara langsung.
Pada simulasi tersebut, tim redaksi pemberitaan Metro TV melakukan tindakan ketika peringatan dini gempa dan tsunami dari BMKG sampai ke meja redaksi mereka. Tindakan tersebut direspon dengan cepat dan tidak kurang dari 1 hingga 2 menit setelah peringatan dini tersebut disampaikan, Metro TV sudah menyampaikan informasi tersebut ke masyarakat dalam bentuk program Breaking News. Keseriusan dan kecepatan tim redaksi Metro TV saat merespon informasi peringatan dini dari BMKG ini patut dicontoh lembaga penyiaran lain.
Argianto, salah satu Observer yang ikut dalam simulasi di Metro TV mengatakan, penanganan Metro TV dalam merespon peringatan dini gempa dan tsunami dari BMKG sangat bagus dan cepat. Informasi peringatan dini tsunami dan tindakan yang harus dilakukan masyarakat setelah adanya peringatan tersebut disampaikan secara jelas dan tepat.
“Penanganan peringatan dini ini harusnya menjadi contoh bagi lembaga penyiaran lainnya. Karena ini juga menjadi edukasi bagi publik terutama di daerah yang terdampak saat terjadi bencana dan bagaimana melakukan evakuasi,” kata Argianto.
Dalam kesempatan itu, Argianto meminta KPI melakukan dorongan ke semua lembaga penyiaran untuk aktif dalam simulasi saat ada peringatan dini gempa dan tsunami dari BMKG. “Saat ini hanya Metro TV saja yang merespon kegiatan ini. Padahal ini sangat penting karena semakin banyak media penyiaran yang terlibat akan semakin banyak pula masyarakat yang terselamatkan,” tandasnya.
Saat simulasi, redaksi Metro TV juga mengingatkan pentingnya kehati-hatian dan verifikasi informasi yang berasal dari media sosial. Metro TV selalu mengedepankan sumber-sumber yang dapat dipercaya seperti BMKG, kontributor daerah, BPBD dan aparat terkait di daerah bencana. Teknik pengambilan dan penayangan gambar pun penuh pertimbangan dan jika menimbulkan efek negative mereka ambil kebijakan edit atau bluring. ***