Warning: Illegal string offset 'c8f3786f43084d8b7e2240694662b562' in /home3/kpigoid/public_html/libraries/joomla/document/html.php on line 404

Warning: Illegal string offset 'a488632c1d223d0dd3bf1548ec849aa0' in /home3/kpigoid/public_html/libraries/joomla/document/html.php on line 404
Umum


 

Jakarta -- Presiden dan CEO Korean Broadcasting System (KBS) yang baru saja dilantik, Park Min, meminta maaf kepada publik pada hari Selasa (14/11/2023) atas pemberitaan yang bias oleh lembaga penyiaran yang kehilangan kepercayaan mereka karena merongrong keadilan.

Dalam konferensi pers sehari setelah pelantikannya, Park mengonfrontasi jurnalisme palsu yang dilakukan KBS di masa lalu, mengacu pada permintaan maaf yang dikeluarkan oleh program berita primetime "News 9" pada tahun 2020 setelah salah melaporkan dugaan kolusi antara jaksa penuntut saat itu, Han Dong-hoon, dan seorang wartawan saluran kabel.

Park juga membahas denda sebesar 30 juta won yang dijatuhkan kepada KBS oleh Komisi Standar Komunikasi Korea setelah sebuah laporan yang mengutip sebuah berita dari Newstapa menjelang pemilihan presiden tahun lalu yang dicurigai sebagai upaya untuk mempengaruhi pemilu saat itu.

Presiden KBS yang baru juga menegaskan bahwa beberapa pembawa acara di program televisi dan radio penyiaran tersebut tampaknya mengambil posisi yang bias politik, sementara panel yang muncul di acara tersebut juga bias.

Dalam kasus pemberitaan yang salah kedepannya, kepala penyiar berjanji untuk mengeluarkan permintaan maaf dan menyiarkan kembali pemberitaan koreksi di bagian atas jam berita dan meminta pertanggungjawaban dari mereka yang bertanggung jawab.

Setelah kesulitan keuangan KBS yang disebabkan oleh manajemen yang tidak kompeten dan lemah, Park berjanji bahwa dia dan para eksekutif akan secara sukarela memotong gaji mereka sebesar 30% dan memperluas masa pensiun sukarela. Red dari KBS world

 

 

Jakarta – Pekan lalu, India memperkenalkan rancangan undang-undang penyiaran baru. Payung UU penyiaran baru tersebut juga menjangkau raksasa streaming seperti Netflix, Disney, dan Amazon. Bahkan, undang-undang ini meminta pembentukan komite evaluasi konten individual.

Netflix dan Amazon telah menjadi sangat populer di India, yang diproyeksikan akan menjadi pasar senilai 7 miliar dolar AS (Rp109,8 triliun) untuk sektor ini pada tahun 2027, menurut Media Partners Asia. Bintang-bintang Bollywood terkemuka tampil dalam acara online, beberapa di antaranya mendapat kritik dari legislator dan masyarakat karena adegan yang dianggap vulgar atau menyinggung perasaan keagamaan.

Menteri Informasi dan Penyiaran, Anurag Thakur, mengatakan pembentukan Komite Evaluasi Konten (CEC) oleh setiap penyiar adalah salah satu "inovasi kunci" dalam undang-undang baru ini dan akan membantu dalam "regulasi diri yang kuat".

"Setiap penyiar atau operator jaringan penyiaran harus membentuk Komite Evaluasi Konten (CEC) dengan anggota dari berbagai kelompok sosial," menyatakan dokumen rancangan undang-undang, yang terbuka untuk konsultasi publik selama 30 hari.

Namun, proposal ini muncul pada saat peningkatan pengawasan terhadap perusahaan streaming di India terkait isu konten.

Pada Juli, Reuters melaporkan bahwa kementerian telah secara pribadi memberi tahu Netflix dan layanan streaming lainnya bahwa kontennya harus diperiksa secara independen untuk kecabulan dan kekerasan sebelum ditayangkan secara online.

Meskipun semua film di bioskop India direview dan disertifikasi oleh dewan yang ditunjuk oleh pemerintah, konten yang di-streaming tidak.

Dalam rancangan undang-undang yang diusulkan, pemerintah federal "dapat menentukan ukuran, kuorum, dan detail operasional" dari CEC, dan hanya acara yang "telah disertifikasi" oleh komite tersebut yang akan disiarkan, demikian bunyi rancangan undang-undang tersebut.

"Apa yang terjadi sekarang adalah kesempatan bersejarah untuk liberalisasi yang terbuang, dan mekanisme paternalistik sensor dan kontrol pemerintah telah diusulkan," kata Apar Gupta, seorang ahli kebijakan teknologi berbasis di New Delhi, tentang proposal peninjauan konten tersebut.

Undang-undang ini juga akan memberikan kekuatan kepada pemerintah untuk mengatur setiap pencipta online atau platform berita media, tambah Gupta. Red dari berbagai sumber

 

Jakarta -- Apple TV tengah memulai diskusi dengan Federasi Sepakbola Prancis (LFP) terkait keinginan mereka untuk menyiarkan tayangan Ligue 1 untuk lima musim mendatang. Kerjasama bakal dimulai pada musim depan.

Menurut laporan RMC Sport, perusahaan asal Amerika Serikat awalnya tak tertarik untuk mengakuisisi tayangan sepakbola tier atas Pranci situ. Namun mereka berubah pikiran dan mulai menghubungi piha LFP terkait kemungkinan penyiaran yang dilakukan musim depab. Berbagai telepon pun sudah dibuat guna menyanyakan hal tersebut.

Meski begitu, sampai saat ini belum ada penawwaran resmi yang dibuat untuk hak siar internasional yang menyertakan Timnas Prancis di dalamnya. Ketertarikan Apple pada Ligue 1 merupakan kabar bagik bagi LFP yang ingin menargetkan mendapatkan 800 juta Euro untuk hak siar mereka.

Dalam perjalanannya, LFP belum mendapatkan penawaran dari pihak manapun pada pertengahan Oktober lalu. Kini, laporan serupa mengklaim jika penjajakan dengan berbagai pihak tengah dibuat baik dari dalam maupun luar negeri.

Canal+ yang sellau membuka penawaran untuk hak siar masih belum membuka penawaran lantaran tengah kisruh dengan LFP baru-baru ini. Sekedar catatan, tender hak siar terhadap media internasional bakal ditutup pada November ini. ***

 

Jakarta -- Regulator media Turki, Jumat (10/11/2023) lalu, memerintahkan Deutsche Welle atau DW untuk mendapatkan izin siaran untuk situs web mereka yang berbahasa Turki.

Dewan Tertinggi Radio dan Televisi (RTUK) memutuskan langkah itu dengan suara mayoritas. Dikatakan bahwa lembaga penyiaran publik Jerman itu harus mematuhi peraturan perizinan Turki yang diberlakukan pada 2019.

RTUK sebelumnya telah memblokir konten DW dalam 32 bahasa di bawah domain dw.com, bersama VOA Turki. Kedua lembaga penyiaran internasional tersebut menolak perintah untuk mendapatkan izin dengan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mematuhi peraturan tersebut karena masalah sensor.

Sejak larangan awal pada 2022, DW Layanan Turki telah menggunakan dwturkce.com dan inspireminds.de untuk menyampaikan berita kepada khalayak di Turki.

Tuncay Keser, anggota RTUK yang ditunjuk menjadi dewan oleh oposisi Partai Rakyat Republik, mengumumkan bahwa regulator akan memberi waktu tiga hari kepada DW untuk mengajukan izin siaran. Bila tidak dipatuhi, RTUK akan meminta pengadilan untuk memblokir akses di dalam negeri terhadap nama domain DW, kata Keser. RTUK mengumumkan pemberitahuan tiga hari untuk DW di situs webnya pada Jumat.

Erkan Arikan, Kepala Layanan Bahasa Turki DW, mengatakan lembaga penyiarannya akan terus menyampaikan berita kepada khalayak di Turki. “Dengan sumber daya yang kami miliki, kami akan terus menyampaikan perkembangan di dunia, Eropa, Jerman dan Turki dari berbagai perspektif dan dengan informasi latar belakang kepada pembaca dan pemirsa kami di berbagai platform, seperti biasa,” kata Arikan yang dikutip DW Turki.

Stasiun penyiaran itu memiliki kasus yang tertunda di Mahkamah Konstitusi Turki yang menyatakan bahwa larangan yang diberlakukan pada 2022 “melanggar hak atas kebebasan berpendapat, pers, peradilan yang adil, dan penyelesaian yang efektif.” Red dari berbagai sumber

 

 

Jakarta --  Lembaga penyiaran publik Kanada, CBC Radio, secara tiba-tiba mengakhiri siaran sinyal waktu resmi mereka, Senin (9/10/2023). Pengumuman tersebut mengejutkan warga Kanada. 

"Cara berita itu menghilang begitu saja benar-benar mengejutkan banyak orang," kata pembawa acara podcast Canadian History Ehx, Craig Baird, dilansir dari The Guardian. 

Penghentian secara tiba-tiba itu membuatnya seolah melewatkan seri terakhir dari sebuah acara yang telah ditonton selama bertahun-tahun. Siaran sinyal waktu National Research Council disiarkan sekali dalam sehari untuk menandai dimulainya waktu, yakni pada pukul 13.00 Ontario atau pukul 10 pagi di British Columbia. Penanda itu disiarkan melalui CBC Radio One. Warga Kanada akan menggunakan tanda itu untuk menyetel jam tangan mereka.

Sudah ada sejak 1939 

Dilansir dari Radio World, selama lebih dari 80 tahun, para pendengar layanan utama CBC Radio dalam bahasa Inggris dan Prancis di Kanada telah mendengar versi pesan ini pada pukul 13.00 waktu Timur. 

"Awal dari tanda hubung panjang menunjukkan tepat pukul 1 waktu standar timur (atau siang hari)," bunyi pernyataan itu. 

Pernyataan tersebut akan disiarkan dengan diikuti bunyi bip dan nada panjang yang dipisahkan oleh beberapa detik. 

Siaran tersebut pertama kali dilakukan sekitar 80 tahun lalu, tepatnya pada 5 November 1939. Pada saat sinyal waktu itu pertama kali disiarkan, Kanada bukanlah tempat yang sama seperti saat ini. Saat itu, tak ada internet yang dapat diakses orang untuk mengetahui waktu yang tepat. 

Dengan kata lain, siaran sinyal waktu menjadi sangat penting untuk menandai operasional kereta api, kapal, dan siapa pun yang perlu menjaga agar jam mereka tetap akurat. 

Disebut sudah tidak akurat Juru bicara CBC News Emma Iannetta menyampaikan alasan mengapa siaran sinyal waktu itu diberhentikan. 

"Dengan semua metode distribusi yang berbeda yang kami gunakan saat ini, kami tidak dapat lagi memastikan bahwa pengumuman waktu dapat akurat," kata dia, masih dari sumber yang sama. 

Menurutnya, hal itu bermula dari sinyal Radio CBC yang kini dapat didengar secara online melalui udara di HD Radio, serta AM dan FM. Pemasangan pemacar radio digital pada 2018 itu menyebabkan adanya penundaan siaran sinyal waktu ke masing-masing saluran hingga 9 detik. 

Meskipun demikian, warga Kanada yang memiliki akses ke penerima radio gelombang pendek masih dapat mendengarkan waktu yang tepat kapan saja melalui stasiun waktu NRC CHU. Red dari berbagai sumber

 

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.