- Detail
- Ditulis oleh IRA
- Dilihat: 7000
Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengapresiasi usaha yang diberikan lembaga penyiaran baik televisi dan radio dalam menghadirkan konten kreatif selama bulan Ramadhan. Dalam berbagai program siaran, baik itu ceramah, dokumenter, atau pun sinetron, sangat terlihat usaha ataupun effort LP dalam menghadirkan konten siaran berkualitas yang menitikberatkan pada ukhuwah Islamiyah dan nilai kebangsaan.
Dalam konferensi pers Anugerah Syiar Ramadhan 2023 di gedung Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) (26/5), Aliyah mengungkap, KPI menerima 303 program siaran untuk dinilai kualitasnya dalam memperebutkan 15 kategori penerima penghargaaan. ASR ini sendiri merupakan kerja sama antara KPI dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga Kementerian Agama Republik Indonesia, dalam melakukan evaluasi sekaligus apresiasi atas program siaran yang hadir di bulan Ramadhan.
Ketua KPI Pusat Ubaidillah yang turut hadir dalam konferensi pers mengatakan, KPI sudah mengirimkan surat edaran sebelum masuk bulan Ramadhan, sebagai koridor yang harus dijaga LP dalam memproduksi konten-konten Ramadhan. Dikatakan Ubaidillah, banyak tayangan di televisi dan radio yang turut mengumbang suasana khusyuk di bulan puasa. Bahkan secara khusus dirinya melihat program siaran ajang bakat pada bulan ramadhan juga memberi ruang bagi kemunculan talenta-talenta muda di daerah, sehingga kita bisa mengetahui wajah Indonesia. “Tidak hanya Jawa sentris, tapi juga hadir da’i dan da’iyah dari berbagai daerah di Indonesia lewat siaran Ramadhan di televisi dan radio,” ucapnya.
Turut hadir dalam konferensi pers, Asrori S Karni selaku Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, serta Ahmad Jayadi selaku Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama. Pada kesempatan tersebut Asrori menjelaskan, kerja sama KPI dan MUI atas siaran ramadhan ini diawali dengan melakukan pemantauan langsung pada setiap konten siaran di televisi selama bulan Ramadhan. Setelah Ramadhan berlalu, tambah Asrori, MUI yang disupport oleh Kementerian Agama memberikan apresiasi terhadap program siaran di televisi dan radio yang berkualitas dan sejalan semangat kekhusyukan Ramadhan. Hal ini dimaksudkan agar ada keseimbangan antara evaluasi pemantauan siaran dengan penganugerahan konten siaran Ramadhan yang berkualitas.
Asrori mengungkap, dari sejumlah nominasi yang dinilai, ada daya kreatif yang luar biasa dari LP dalam mengisi program Ramadha dengan berbagai model. Dari yang bersifat taushiyah dan kuliah keagamaan, sampai program kreatif tentang kehidupan keagamaan yang inspiratif mulai dari skala lokal hingga global.
Sedangkan catatan khusus MUI atas evaluasi siaran ramadhan setidaknya mencakup dua hal, yakni kepatutan syar’i dan kepatuhan teknis dari aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk ranah penyiaran. Diantaranya tentang kesalahan penulisan bahasa arab atau pun pelafalan quran. Namun ungkat Asrori, yang lebih substantif atas indikasi pelanggaran siaran adalah tampilan kekerasan verbal baik berupa ledekan atau pun sindiran yang merendahkan orag lain. Meski konteksnya becanda, ujar Asrori, tapi tidak relevan dengan semangat Ramahan yang mengedukasi publik dan saling menghargai. Catatan MUI menunjukkan, masalah sering muncul lewat program yang disiarkan secara langsung, live. Selain itu, indikasi pelanggaran yang dilakukan pun merupakan pengulangan kesalahan yang sama dari tahun-ke tahun, termasuk oleh aktor yang sama. Untuk itu, tambah Asrori, pihaknya sudah meminta agar lembaga penyiarna memberikan atensi khusus pada aktor yang selalu melakukan kesalahan berulang.
Spirit ASR ini adalah menghadirkan titik temu antara catatan kritis MUI dan juga apresiasi bagi lembaga penyiaran. Konten-konten baik yang diproduksi lembaga penyiaran yang kemudian dapat diakses ulang lewat kekaring sosial media, tentu akan menjadi amal jariyah dalam bentuk program siaran. Manfaatnya tentu tidak hanya pada saat jam tayang, tapi juga di waktu mendatang. “Misalnya, program yang mengangkat kehidupan masyarakat kelas menengah kecil yang bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah, sehingga memberi inspirasi dan menyadarkan kita semua yang terkadang kurang banyak bersyukur,” terangnya.
Sementara dari Kemeterian Agama sendiri, ASR yang diinisiasi KPI menjadi cara paling efektif untuk memastikan siaran keagamaan yang dihadirkan LP menjadi instrumen penguat moderasi beragama. Ahmad Jayadi mengatakan, tantangan kita saat ini adalah Indonesia sebagai entitas negara bangsa yang sangat beragam. Maka cara terbaik merawat keberagaman ini adalah dengan menggunakan instrumen moderasi beragama dari sisi amaliyah keagamaan. “Serta pada saat yang bersamaan, even ini menjadi penguat akan wawasan kebangsaan,” tambah Jayadi.
Pada penutup konferensi pers, Ubaidillah mengatakan, KPI akan memberi perlakuan khusus pada LP yang melakukan pengulangan pelanggaran. “Harapannya, siaran Ramadjan dapat memberi inspirasi televisi dan radio tentang model siaran secara umum, pasca Ramadhan. “Apalagi kita sekarang sudah masuk pada tahapan pemilu, saya kita LP harus memastikan siaran nya benar-benar membawa kesejukan di masyarakat,” Tentunya dengan mengusung nilai-nilai kebangsaan dan nilai agama yang toleran dan memberi penghormatan pada Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan.