- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 1804
Jakarta – Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Christina Aryani, meminta masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengawasi isi siaran di media penyiaran (TV dan radio). Pasalnya, tidak semua TV dan radio yang jumlahnya sangat banyak tersebut dapat terpantau Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
“Ada berapa banyak jumlah radio. Berapa banyak jumlah TV. Ada banyak sekali. Biarpun mereka mengawasi nonstop bergantian nonton 24 jam, tapi namanya kemampuan yang terbatas pasti ada yang luput. Oleh karena itu, pastisipasi masyarakat sangat amat penting. Jadi bapak dan ibu punya kendali. Bisa membantu KPI untuk bersama-sama mengawasi isi siaran,” katanya di depan para peserta acara “Partisipasi Masyarakat dalam Mengawasi Isi Siaran” yang diselenggarakan KPI Pusat di Jakarta Selatan, Selasa (12/12/2023).
Pentingnya partisipasi publik ini, lanjut Christina, sama halnya dengan menjaga kualitas isi siaran. Menurutnya, totonan itu harus aman, baik, bermanfaat dan tentunya sesuai klasifikasi. Pasalnya, apa yang di tonton secara tidak sadar akan masuk dalam pikiran. Apalagi jika hal ini menyangkut anak-anak di bawah umur. “Apa yang masuk itu bisa membekas di mereka,” tuturnya.
Untuk meminimalisir dampak negatif dari tontonan, Christina meminta para orangtua untuk aktif memberi pendampingan terhadap anak-anaknya. Pendampingan untuk memastikan tontonan mereka sesuai peruntukan, baik dan mendidik.
“Kuncinya ada pada kita, harus tiap kali mendampingi. Kita harus peka membaca bagaimana glagat si anak ini. Jangan sampai kenapa-kenapa atau kecolongan. Tontonan yang berisikan kekerasan itu membuat mereka akan mengembangkan imajinasinya dan kemudian berpikir bahwa mereka dapat melakukan hal serupa,” jelas Christina Aryani.
Christina juga mengingatkan seluruh orangtua untuk berhati-hati pada tayangan kartun di bioskop. Jangan mudah menganggap tayangan tersebut aman untuk anak. Pasalnya, dikhawatirkan di dalamnya terdapat pesan-pesan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan etika yang ada seperti LGBT. “Jadi kita harus cek dan review dulu film tersebut agar kita tidak kecolongan,” tuturnya.
Sementara itu, penanggungjawab kegiatan partisipasi sekaligus Anggota KPI Pusat Aliyah meminta keterlibatan masyarakat untuk meningkatkan kualitas isi siaran. Masukan dan pendapat mashyarakat akan menjadi pertimbangan KPI menentukan kebijakan peningkatan kualitas siaran.
“Kami hadir di sini untuk juga mengenalkan KPI dan tugasnya apa. Semoga acara ini bermanfaat karena bagaimana pun KPI berkolaborasi pada masyarakat, juga dengan lembaga penyiaran dan juga dengan stakeholder-stakeholder termasuk akademisi yang ikut mengawasi penyiaran di lembaga penyiaran TV dan radio. Mungkin sekarang generasi zilenial sudah tidak banyak menonton TV tetapi menggunakan sosial media, tetapi lembaga penyiaran menjamin memberikan muatan tayangan yang lebih asyik,” kata Aliyah.
Saat membuka acara partisipasi ini, Wakil Ketua KPI Pusat Mohamad Reza, menyampaikan jika pihaknya sangat membutuhkan masukan dari masyarakat. Dia juga menekankan perihal memilih menonton siaran yang berkualitas.
“Jika ada kesalahan silahkan dikritisi. Tapi jika ada yang baik juga diapresiasi. Ini juga penting untuk kemudian untuk didiskusikan, dibincangkan, bahkan disampaikan kepada tetangga dan orang lain. Agar apa, agar kebaikan itu bisa terus menyebar kemana-mana,” kata Mohamad Reza menutup sambutannya. ***