- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 5371
Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan penghargaan seumur hidup (lifetime achievement) kepada mendiang Sambas Mangundikarta dalam ajang Anugerah KPI 2022. Penghargaan ini diberikan atas dedikasi Almarhum dalam dunia penyiaran di tanah air. Penghargaan diserahkan Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, kepada wakil keluarga, Inge Sambas, dalam acara puncak Anugerah KPI 2022, Sabtu (15/10/2022) di Kompas TV.
Usai menerima penghargaan untuk Ayahnya, Inge Sambas, menyampaikan rasa terimakasih dan apresiasinya untuk KPI atas penghargaan yang diberikan kepada almarhum.
“23 tahun ayah sudah meninggal dan 23 tahun belum pernah ada yang memberikan lifetime achievement. Terimakasih dan saya berikan apresiasi tertinggi untuk KPI. Izinkan juga saya memberikan apresiasi kepada teman-teman almarhum ayah saya,” katanya penuh haru.
Dia juga menyampaikan terimakasih atas semua upaya yang dilakukan untuk mengenalkan seluruh lagu ciptaan Ayahnya sehingga terkenal hingga ke luar negeri. “Negeri ini mengapresiasi lagu ayah saya. Mudah-mudahan kita di tahun mendatang, menjadi orang-orang hebat. Indonesia hebat, Indonesia dahsyat,” tukasnya.
Nama Sambas Mangundikarta, mungkin sudah tidak asing bagi pendengar Radio Republik Indonesia (RRI) di tahun 1950 sampai awal 1960, bahkan hingga era 80-an di TVRI. Ia biasa membawakan acara olahraga, dan meliput langsung di lapangan. Suaranya yang bernada bariton, dan penuh karakter kerap membuat pendengar di seantero Indonesia terhipnotis.
Sambas memang dikenal sebagai penyiar radio ulung. Ia mampu menghadirkan suasana di lapangan, hanya melalui suara. Biasanya, Sambas mewartakan pertandingan sepak bola hingga bulu tangkis dengan santai dan detail.
Di masa 1970-an, Sambas mulai terlibat di belakang layar. Namun saat tahun 1983, ia kembali ditarik sebagai wartawan di lapangan oleh TVRI dengan membawakan program ‘Dari Desa ke Desa’.
Di sini ia masih menjiwai sebagai seorang pewarta, terlihat Sambas begitu komunikatif dengan narasumbernya saat meliput soal peternak di Brebes, Jawa Tengah. Saat itu dirinya mengabarkan tentang keberhasilan program Kawin Suntik dan Kawin Alam oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah.
Sambas yang lahir di Bandung, Jawa Barat 21 September 1926, meninggal dunia di Jakarta pada 30 Maret 1999 karena penyakit pernapasan. Sebelum meninggal, ia sempat membawakan program Piala Eropa di tahun 1996. Suaranya yang khas, dan mampu membawa pendengar dan penonton menjadikannya sosok yang langka yang selalu ditunggu.
Wakil Ketua KPI Pusat, Mulyo Hadi Purnomo, mengatakan penghargaan seumur hidup untuk almarhum Sambas diberikan atas dedikasi selama hidupnya dalam dunia penyiaran. “Almarhum memiliki komitmen yang luar biasa dan konsisten serta menjadi teladan di masanya. Beliau juga memiliki suara yang khas dan saya teringat jika di awal bersiaran, beliau selalu mengajak pemirsa untuk berdoa terlebih dahulu untuk keberhasilan tim olahraga Indonesia yang akan bertanding,” tandasnya. ***