Tgl Surat

21 November 2019

No. Surat

/K/KPI/31.2/11/2019

Status

Teguran Tertulis

Stasiun TV

ANTV

Program Siaran

“Janji Suci”

Deskripsi Pelanggaran (Pertimbangan Putusan)

Pertimbangan Putusan :

1. Bahwa Program Siaran “Janji Suci” yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada tanggal 26 Oktober 2019 mulai pukul 21.05 WIB menampilkan adegan seorang wanita yang mencoba membunuh ibunya dengan membekap wajah menggunakan bantal hingga meninggal. Pada tanggal 31 Oktober 2019 mulai pukul 20.00 WIB terdapat adegan seorang pria mencekik wanita dan wanita tersebut membalas dengan menyetrum tubuh hingga pria tersebut tersungkur di lantai. Terdapat pula adegan perkelahian antara dua orang pria yang memukul menggunakan balok kayu. 

2. Bahwa berdasarkan  Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 14 Ayat (2), lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran;

3. Bahwa berdasarkan  Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 21 Ayat (1), lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan penggolongan program siaran berdasarkan usia dan tingkat kedewasaan khalayak di setiap acara;

4. Bahwa berdasarkan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran Pasal 15 Ayat (1), program siaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak-anak dan/atau remaja;

5. Bahwa berdasarkan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran Pasal 37 Ayat (4) huruf a, program siaran klasifikasi R dilarang menampilkan muatan yang mendorong remaja belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT TENTANG SANKSI ADMINISTRATIF TEGURAN TERTULIS PROGRAM SIARAN “JANJI SUCI” DI STASIUN ANTV.

KESATU :

Memberikan sanksi berupa Sanksi Administratif Teguran Tertulis pada Program Siaran “Janji Suci”.

KEDUA :

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Hari ini, tanggal 21 November, diperingati sebagai Hari Televisi Sedunia. Terlepas dari tanggal tersebut, pernahkah kita mengetahui siapa yang menciptakan benda yang dapat menyiarkan gambar serta suara tersebut. 

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele ("jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “Alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”

Pertanyaannya, siapakah orang yang pertama kali menemukan televisi. Jawabannya adalah John Logie.

John Logie, ditasbihkan sebagai penemu pertama citra visual bisa ditransmisikan (cikal bakal perangkat televisi), tak pernah mengira komponen yang diciptakan akan berkembang sedemikian rupa hingga dapat berkaitan dengan teknologi atau komponen lain.

Sama halnya dengan kita yang berpikir keras bagaimana bisa John Logie menciptakan sebuah perangkat hingga dapat mengirimkan gambar melalui perangkat ciptaannya yang mungkin pada zaman itu tidak bisa diterima dengan akal sehat.

Terkadang, keterbatasan dan ketiadaan membuat manusia berpikir bagaimana menciptakan hal yang mustahil itu menjadi nyata. Dan, John Logie melewati batasan yang tak banyak orang bisa melewatinya yakni kesabaran dan kemapanan ilmu pengetahuan.

John Logie Baird, nama lengkapnya, adalah seorang anak desa yang lahir di Skotlandia pada 13 Agustus 1888. Berbeda dengan penemu radio, Guglielmo Marconi, yang berasal dari keluarga berada. Baird kecil hidup dalam keterbatasan. Hingga menginjak usia 35 tahun pun, hidupnya masih tergolong di bawah rata-rata. Namun, prinsip hidupnya yang tak kenal kata menyerah membuatnya dirinya bisa melewati masa-masa sulit itu.

Pada tahun 1923, John Logie mulai berusaha mengotak-atik mesin untuk mentransmisi gambar, sekaligus suara, lewat radio. Tak lama berselang, ia berhasil mengirim citra kasar melewati transmiter tanpa-kabel ke pesawat penerima yang berjarak beberapa meter.

Pada Januari 1925, dia mendemonstrasikan televisi di depan umum di Royal Institute London. Ini adalah peragaan televisi paling awal. Pada tahun 1929, BBC melakukan siaran televisi perdana, menggunakan peralatan Baird. Namun ketika itu ia belum memanfaatkan penggunaan tabung sinar-Katode, yang menjadi dasar televisi modern. Sehingga sistem buatannya kalah bersaing dengan sistem baru pada tahun 1933.

Lagi-lagi, John Logie tak patah arang. Dia terus berusaha hingga berhasil menunjukan cara pemancaran gambar-bayangan bergerak di London pada tahun 1925, diikuti gambar bergerak monokrom pada tahun 1926. Cakram pemindai Baird dapat menghasilkan gambar beresolusi 30 baris (cukup untuk memperlihatkan wajah manusia) dari lensa dengan spiral ganda. Demonstrasi oleh Baird ini telah disetujui secara umum oleh dunia sebagai demonstrasi televisi pertama, sekalipun televisi mekanik tidak lagi digunakan.

Pada tahun 1927, Baird juga menemukan sistem rekaman video pertama di dunia, yaitu "Phonovision", yaitu dengan memodulasi sinyal output kamera TV-nya ke dalam kisaran jangkauan audio, dia dapat merekam sinyal tersebut pada cakram audio 10 inci (25 cm) dengan menggunakan teknologi rekaman audio biasa.

Hanya sedikit rekaman "Phonovision" Baird yang masih ada dan rekaman-rekaman yang masih bertahan tersebut kemudian diterjemahkan dan diproses menjadi gambar yang dapat dilihat pada 1990-an menggunakan teknologi pemrosesan-sinyal digital.

John Logie Baird tutup usia di Bexhill-on-Sea, East Sussex, Inggris, 14 Juni 1946 pada usia 57 tahun. Meskipun tidak mengalami masa-masa modernisasi teknologi penyiaran. Pria kelahiran Skotlandia ini menjadi pioneer dari berkembangannya televise. Dan, televisi sekarang tidak lagi disebut salah satu kotak ajaib karena bentuknya sudah makin minimalis dan menipis. Pertanyaan lain muncul, seperti apa nanti bentuk televisi dan cara kita menikmatinya. ***

Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, saat menyampaikan materi literasinya di depan siswa dan guru di Labuan Bajo, Kamis (14/11/2019).

Labuan Bajo -- Komisi Penyiaran Indonesia berupaya membentuk kesadaran masyarakat agar memilih dan menonton siaran berkualitas melalui kegiatan literasi media di sejumlah daerah. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan berkualitas, maka ratingnya pun akan meningkat. Sehingga program siaran berkualitas akan semakin banyak diproduksi. Hal itu disampaikan Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano dalam kegiatan literasi media di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (14/11/2019). 

Menurut Hardly,  pilihan stasiun televisi dalam memproduksi sebuah program siaran, sebagian besar ditentukan oleh pertimbangan berapa banyak penonton yang diukur berdasarkan angka rating.

KPI akan senantiasa menggunakan regulasi untuk mengawasi konten siaran yang ditayangkan oleh televisi. "Akan tetapi literasi juga penting untuk mendorong masyarakat untuk dapat menseleksi dan hanya menonton siaran yang berkualitas" tegas Hardly.

Selain itu, masyarakat harus mulai membincangkan dan menviralkan program siaran yang baik. Sedangkan program siaran yang buruk, cukup dilaporkan kepada KPI. Karena memviralkan program siaran yang buruk hanya akan membuat program tersebut semakin populer. “Sebaiknya sekarang adalah membicarakan tayangan yang berkualitas agar semakin populer, dan semakin banyak ditayangkan,” tandas Hardly.

Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, menganjurkan penonton televisi menggunakan cara atau tips dari pihaknya untuk memilih sebuah siaran yang pantas, aman, baik dan berkualitas. Tips ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya salah pilih tayangan yang justru akan berdampak tak baik bagi mereka. 

Menurut Nuning, tips ini akan mempermudah masyarakat memilih dan memilah tayangan televisi, khususnya program siaran yang berkualitas. Publik bisa menentukan pilihannya dengan memperhatikan simbol klasifikasi tayangan. Kemudian pilih tayangan yang informatif, inspiratif dan edukatif. 

Berikutnya, penonton harus meluangkan waktu untuk mengidentifikasi program yang akan dipilih. “Identifikasi itu bisa berupa pengecekan presenternya apakah berkualitas atau juga siapakah pemain filmnya. Setelah itu, yang harus kita lakukan terutama para orangtua adalah mendampingi anak yang belum masuk usia dewasa saat menonton. Pendampingan ini penting agar ada proses pembelajaran dan transfer pengetahuan dari orangtua ke anak saat mereka tidak mengerti apa yang mereka tonton,” jelasnya di depan peserta literasi yang sebagian besar siswa sekolah, guru dan ibu-ibu PKK.

Dia mendorong ibu-ibu penggerak PKK, khususnya yang ada di Kabupaten Manggarai Barat bersama KPI ikut mengawasi siaran lembaga penyiaran. Jika ada siaran yang dinilai melanggar, tidak pantas dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat atau hal buruk lainnya, segera melaporkan ke KPI atau KPID setempat. 

“Kita menunggu peran aktif ibu-ibu dan juga para siswa untuk kritis terhadap tayangan. Jika hal ini sudah jadi kebiasaan, dampaknya akan baik terhadap perkembangan konten di tanah air. Masyarakat yang cerdas akan mengubah perilaku pembuat konten karena mereka menyesuaikan dengan keinginan besar masyarakat,” jelasnya.

Nuning juga mengingatkan bahwa tidak semua tayangan kartun di televisi aman untuk ditonton anak. Jika yang terdapat dalam tayangan kartun itu mengandung kekerasan, hal itu akan berdampak buruk terhadap perilaku anak. Dalam kesempatan itu, dia berpesan ke seluruh anak muda dan milenial yang hadir di acara tersebut untuk jadi duta penyiaran yang sehat, memberikan saran kepada KPI dengan mengadu di website KPI. **

 

Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terus berupaya mendorong lembaga penyiaran swasta menghadirkan konten berkualitas, termasuk ketika siaran analog beralih ke digital. 

Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, mengatakan bahwa  ketika peralihan  terjadi, diharapkan konten siaran akan makin berkualitas karena persaingan untuk meraup iklan makin sengit antartelevisi maupun antarplatform.  

“Televisi harus menghadirkan konten yang diminati pemirsa dan disalurkan juga ke media baru atau konvergensi.  Dalam konteks ini, riset selera kepemirsaan menjadi penting,” kata Agung kepada Bisnis.com, Senin (18/11/2019). 

Agung menjelaskan dalam memastikan konten berkualitas saat beralih ke digital, secara spesifik, KPI memberikan sanksi atas tayangan yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (PPP dan SPS), melakukan pembinaan kepada Lembaga Penyiaran terhadap konten-konten yang diberikan sanksi agar sesuai PPP dan SPS.  

Tidak hanya itu, KPI juga melakukan literasi media untuk menciptakan ekosistem Penyiaran yang berkualitas.  

Ke depan, tutur Agung, KPI seharusnya diberikan kewenangan untuk melakukan audit rating supaya mengetahui kejujuran Lembaga rating dalam melakukan rating. Dia berharap agar RUU Penyiaran mengakomodasi audit rating ini.  

“Selain itu, kolaborasi antarlembaga juga harus dilakukan, misalnya, kolaborasi dengan mendikbud untuk memasukkan literasi media ke dalam kurikulum pendidikan sehingga literasi bisa terstruktur dan sistematis,” kata Agung. 

Dalam mendorong peralihan siaran digital ke analog atau ASO, pemerintah dalam tahap menggelar siaran analog dan digital secara bersamaan atau simulcast, sebagai masa transisi perpindahan. 

Metro TV dan Trans Media menjadi operator yang secara tegas menyatakan mendukung langkah tersebut dan ikut menggelar siaran simulcast di 12 provinsi. Red dari bisnis.com

 

Siswa SMA dan SMK di wilayah Labuan Bajo mengikuti kegiatan literasi media KPI Pusat, Kamis (14/11/2019). Dalam kesempatan itu, para siswa diajarkan bagaimana memanfaatkan media secara baik dan benar. 

Labuan Bajo -- Setiap guru diharapkan menjadi agen literasi bagi anak didiknya di sekolah. Para pengajar harus mampu memupuk rasa kritis terhadap siaran media sekaligus mendorong kebiasaan membaca di kalangan siswa. 

Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat, Maria Geong, mengatakan pembekalan sikap kritis pada siswa terhadap tayangan akan mendorong peningkatkan kualitas totonan. Ini akan memicu berkembangannya mutu dari konten siaran sehingga media penyiaran akan sehat. 

“Jika media penyiaran sehat, hal ini akan membentuk masyarakat yang cerdas dan memiliki pola hidup yang baik. Guru dan siswa harus punya ketahanan terhadap nilai-nilai tayangan yang dikonsumsi,” kata Maria, di sela-sela sambutan acara Literasi Media KPI Pusat, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kami (14/11/2019).

Maria menilai dampak siaran yang buruk akan mempengaruhi pola pikir manusia ketika beranjak dewasa. Bahkan, mereka akan kehilangan sikap kritisnya dan menjadi tidak cerdas. Kejadian seperti terjadi di banyak negara di dunia. Karena itu, memfilter konten harus betul-betul dilakukan agar terhindar dari hal yang buruk.

Namun begitu, Wabup meminta jika ada tayangan yang berkualitas maka perlu diberi justifikasi. Hal ini agar tayangan yang baik dan berkualitas tersebut terus berkembang dan ini akan membangun kualitas dan peradaban bangsa. “Pemerintah NTT, baik Gubernur dan Bupati, akan terus mendorong terciptanya tayangan yang berkualitas,” tandas Maria yang memiliki gelar Dokter Hewan.

Di tempat yang sama, Anggota DPR RI, Andreas Hugo Pereira, mengatakan media penyiaran memiliki pengaruh dan dampak positif bagi publik. Masyarakat bisa memperoleh informasi secara cepat sehingga informasi tersebut dapat diterima secara serentak. Selain itu, media penyiaran seperti televisi dapat merangsang interaksi masyarakat. 

“Saya berharap dampak dari kegiatan literasi media ini nantinya, masyarakat dapat memilih tayangan secara cerdas sehingga mereka mendapatkan siaran yang berkualitas,” kata Andreas. **

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.