Komisioner KPI Pusat, Ubaidillah.

 

Jakarta - Mahasiswa Universitas Semarang (USM) mengeluhkan sedikitnya porsi konten lokal di daerah mereka. Keluhan tersebut disampaikan saat menyambangi Kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Selasa (07/08/2018). Kunjungan tersebut diterima oleh Komisioner KPI Pusat bidang Kelembagaan, Ubadillah Sadewa.

Ikhsan, salah satu Mahasiswa USM yang menyampaikan keluhan itu bahkan bertanya alasan tayangan lokal di Semarang belum sepopuler  MNC Jateng, Net Jateng dan sebagainya. 

Menanggapi hal itu, Ubaidillah menjelaskan bahwa konten tayangan lokal merupakan wewenang lembaga penyiaran lokal. Namun, KPI memiliki regulasi yang mengatur porsi konten lokal yang tertuang dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). “Seluruh lembaga penyiaran wajib menampilkan 10% konten lokal dari keseluruhan waktu siaran,” ujar Ubaidillah.

Ubaidillah juga menyampaikan ke mahasiswa bahwa KPI bekerja mengawasi tayangan dengan P3SPS sebagai acuan. “Karena pengawasan pasca tayang, tentu saja sensor bukan menjadi wewenang kami. Sensor dilakukan internal oleh lembaga  penyiaran,” imbuhnya.

Pertemuan ini juga membahas perihal quick count di Pilkada maupun Pilpres. Pada sesi ini, Ubaidillah menekankan bahwa KPU merupakan lembaga yang berwenang mengatur lembaga survey atau quick count, sedangkan KPI megatur tata cara penyampaian quick count di televisi. 

“Beberapa waktu yang lalu, KPI mengeluarkan surat edaran yang mengatur setiap lembaga penyiaran dapat menampilkan hasil quick count pada pukul 13.00 waktu setempat. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya penggiringan opini saat pemilihan,” pungkasnya.

Diakhir kunjungan, Ubaidillah menyampaikan pesan pada para mahasiswa untuk bersama – sama menciptakan tayangan yang sehat serta melaporkan jika menemukan adanya tayangan yang dinilai tidak pantas. “Tertibkan layar pertelevisian, tayangan sehat kita sehat,” tutup Ubaidillah. *

 

 

Jakarta – Hasil survey indeks kualitas program siaran televisi Periode I tahun 2018, kajian dari Tim Penelitian dan Pengembangan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, mulai dipaparkan secara langsung ke lembaga penyiaran. Stasiun Trans TV mendapat kesempatan pertama dalam kegiatan penyampaian hasil survey indeks kualitas tersebut.

Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, ikut dalam penyampaian hasil survey KPI ke Trans TV mengatakan, terobosan nasional yang dibuat KPI melalui survey indeks banyak menghasilkan poin yang bagus dan perlu disampaikan kepada lembaga penyiaran. 

Menurutnya, langkah yang dilakukan KPI merupakan semangat bahwa industri sudah berubah dan konten kreatif itu sudah bermunculan. “Ini tidak bisa kita siarkan jika kita tidak bersama-sama melakukannya distribusi yang baik tersebut. Tayangan yang positif cukup banyak dan Trans TV memiliki nilai atau value yang banyak dalam hal nation karakter,” kata Andre, panggilan akrabnya, di Kantor Trans TV, Senin (7/8/2018).

Komisioner KPI Pusat, Ubaidillah menambahkan, hasil survey ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga penyiaran terkait arah tayangan yang diinginkan publik. 

Menurut dia, lembaga penyiaran dapat berinteraksi langsung dengan tim Litbang KPI Pusat untuk misalnya mengetahui arah narasi tayangan di lembaga penyiaran. “Nanti tim ini akan menginisiasi dan mengawal semua proses survey. Temuan yang ada di Litbang pun dapat dibagi ke lembaga penyiaran,” kata Ubaid. 

Selain ke lembaga penyiaran, KPI akan berkeliling ke lembaga pengiklan untuk menyampaikan hasil survey ini. Hal ini juga untuk menjawab keluhan dari lembaga penyiaran mengenai program bagus tapi iklannya sedikit. 

“Di sini kami akan berupaya mendorong para pengiklan untuk beriklan pada program yang baik dan berkualitas tersebut. Ini menjadi tanggungjawab KPI. Lembaga penyiaran tidak hanya harus sehat program tapi juga sehat bisnis industrinya,” jelas Ubaid.

Sementara itu, Direktur Operasional Trans TV, Latif Harnoko menuturkan, hasil survey KPI menjadi masukan yang bagus bagi pihaknya. Menurutnya, lembaga penyiaran membutuhkan masukan positif untuk pengembangan arah program acara. “KPI harus mendukung industri,” katanya. *** 

 

Jakarta - Masyarakat Betawi dicitrakan media saat ini seakan tidak berpendidikan, asal bicara, pelit, terbelakang dan pembuat kegaduhan. Hal itu dapat dilihat dari beberapa program televisi, terutama sinetron.

"Padahal kenyataannya banyak orang Betawi yang cerdas, berprinsip dan berpikiran maju seperti tokoh pers nasional kelahiran Betawi, Pak Mahbub Djunaidi ini.  Hanya saja sedikit sekali diangkat menjadi ide program siaran. Jikapun ada kadang dinilai oleh masyarakat Betawi tidak sesuai penggambarannya," kata Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)  DKI Jakarta saat melakukan Literasi Media kepada Masyarakat Betawi di Pasar Seni, Ancol, Jakarta Utara, belum lama ini. 

Literasi Media yang bertajuk Edukasi Penonton Cerdas; Peningkatan Pemahaman Literasi Media Masyarakat Betawi diselenggarakan oleh KPI DKI Jakarta bekerja sama dengan Komunitas Betawi Kita. Acara tersebut dirangkai dengan acara mengenang Hari Lahir Tokoh Pers Nasional, Mahbub Djunaidi yang jatuh pada tanggal 27 Juli. 

Selain Rizky, pembicara lain yang hadir komisioner Bidang Isi Siaran KPI DKI Jakarta, Arif Faturrahman; founder dan Ketua Betawi Kita, Roni Adi; chief editor Betawikita.id, Fadjriah Nurdiarsih; serta H. Fadhlan Djunaidi (adik Kandung Mahbub Djunaidi).

Roni Adi mengatakan, banyak cerita yang dihadirkan oleh lembaga penyiaran kadang terjebak hanya menceritakan masa lalu. Penggambaran orang Betawi juga tidak sesuai. 

"Ada beberapa tayangan yang disenangi masyakarakat, tapi kadang ada beberapa sisi yang menurut kita tidak pas menggambarkan karakter kebetawiannya. Padahal banyak sekali cerita Betawi yang dapat diangkat dan digemari masyarakat seperti Film Benyamin Suaeb dan Sinetron Si Doel Anak Betawi," tutur Roni. 

Sementara itu, Fadjriah Nurdiarsih, pegiat media siber sekaligus Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi mengingatkan karena media sebagai sebuah industri juga merupakan entitas bisnis, maka seringkali penayangan suatu acara di media televisi dan media siber lebih banyak didasarkan kepentingan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin ketimbang melaksanakan fungsi utama pers yakni informasi, edukasi, koreksi, rekreasi dan mediasi. 

Untuk itu Fadjriah menyarankan agar komunitas Betawi dapat membuat jurnalisme warga melalui media siber dan media televisi berbasis siber agar bisa mengambil alih fungsi utama pers tersebut. 

Rizky melanjutkan, di tengah arus informasi yang semakin terbuka dan program siaran  yang banyak dianggap tidak berkualitas diperlukan ide dan masukan. Ide gagasan tersebut disampaikan kepada lembaga penyiaran agar memproduksi tayangan yang lebih berkualitas, mencerdaskan dan dibutuhkan masyarakat.

"Masyarakat Betawi harus dapat menyumbang ide serta masukan kepada Lembaga Penyiaran atau production house agar dapat memproduksi tayangan maupun program  yang mencitrakan masyarakat Betawi lebih positif," terang Rizky yang juga membidangi Pengawasan Isi Siaran di KPI DKI Jakarta.

Selain itu Rizky berpesan kepada masyarakat Batawi agar dapat menjadi penonton cerdas. Penonton yang dapat memilah dan memilih tayangan yang berkualitas dan mencerdaskan.  

"Penonton selektif memilih tayangan sehingga produk siaran  tidak berkualitas lama kelamaan ditinggalkan beralih ke program tayangan yang berkulitas dan mencerdaskan. Cerdas penontonnya, berkualitas siarannya,” ujarnya. Red dari nusantararmol

 

Afrika Barat – Menurut sebuah penelitian, kampanye kesehatan di Radio Burkina Faso, Afrika Barat, telah menyelamatkan ribuan nyawa anak-anak. Kampanye tersebut mendorong para orang tua agar melakukan perawatan yang tepat bagi anak-anak yang sakit. Kampanye melalui radio merupakan satu cara yang paling hemat biaya dan efekitf dalam menyelamatkan nyawa anak-anak.

Berdasarkan catatan penelitian menunjukkan bahwa daerah-daerah yang menerima siaran radio tersebut ada peningkatan signifikan untuk jumlah anak-anak yang dibawa ke fasilitas kesehatan. “Secara khusus, peningkatan itu adalah untuk kondisi yang menjadi fokus kampanye yaitu malaria, diare, pneumonia," kata Simon Cousens, seorang Profesor epidemiologi dan statistik medis di London School of Hygiene and Tropical Medicine

Kampanye di Radio Burkina Faso memberikan informasi kepada orang tua tentang apa yang harus dilakukan jika anak-anak mereka mengalami gejala diare, malaria, atau pneumonia. Kampanye ini disiarkan di tujuh stasiun radio dengan radius sinyal sekitar 50 kilometer (31 mil) antara tahun 2012 dan 2015. Tujuh stasiun radio lainnya berfungsi sebagai zona kontrol, di mana mereka tidak melakukan kampanye.

Hasil dari kampanye tersebut menyebabkan jumlah pasien yang mendatangi pusat kesehatan untuk mencegah dan mengobati malaria, diare dan pneumonia untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun meningkat secara dramatis hingga 73%. Dengan menggunakan pemodelan matematika, para peneliti memperkirakan bahwa 3.000 jiwa telah diselamatkan sebagai hasil dari kampanye tersebut. Red dari bbc.co.uk 

 

Kolaka - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah menyelenggarakan kegiatan Literasi Media di Kabupaten Kolaka, Sabtu (28/7/2018). Dibalik temanya “Pelajar Cerdas Memilih Siaran yang Berkualitas”, KPID berharap masyarakat maupun pelajar khususnya sadar untuk memilih program dan siaran berkualitas di media massa.

Literasi media dari KPID diikuti sejumlah pelajar dan penggiat media di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Ketua KPID Sultra, Fendy Abdullah Hairin, menerangkan literasi media digelar untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dalam menyaring program acara di media massa dengan mempertimbangkan dampak buruknya.

“Ini kegiatan serentak juga dilaksanakan secara nasional oleh KPI Pusat. Kita berharap, masyarakat terutama generasi muda bijak menggunakan media dan memilih mana siaran yang berkualitas dan bisa meminimalisir dampak negatif dari siaran media yang dikonsumsinya,” ucap Fendy Abdullah.

Menurut Dia, saat ini tak dipungkiri banyak konten siaran di media tidak memiliki edukasi dan cenderung melanggar norma-norma serta kepribadian bangsa. Misalnya, program infotainmen yang isinya menceritakan aib orang dan kehidupan rumah tangga orang.

“Banyak siaran-siaran yang memang harus mendapat teguran atau sumprit, banyak yang tidak sesuai dengan nilai dan norma kepribadian dan karakter bangsa kita,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut, panitia penyelenggara mendatangkan pemateri, di antaranya Asdar selaku produser salah satu stasiun televisi di Kota Kendari sekaligus Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Provinsi Sultra serta Eko Mardiatmo Djunus selaku selaku Pimpinan Redaksi salah satu koran di Kabupaten Kolaka. Red dari sultrakini.com

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.