Ketua KPID NTB Sukri Aruman dan simpatisan Anti Hoax di NTB.

 

Mataram - Ditengah era teknologi Infomasi dan Komunikasi yang begitu pesat sehingga kebebasan bersosial media di dunia maya yang begitu mudah dan cepat, menyebabkan penyebaran informasi  yang tidak bertanggungjawab (Hoax) baik yang berupa berita maupun video sudah tidak terbendung lagi.

Keprihatinan ini menggugah sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)  Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Mataram untuk Menyapa dan menyerukan pada masyarakat dengan berkampanye untuk tidak menyebarkan hoax di kegiatan Inspiratif Expo Diskominfotik NTB dijalanan Udaya Minggu Pagi (26/11)

Sebanyak 75 orang mahasiswa  Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Mataram ini mengajak setiap masyarakat untuk ikut menedeklarasikan masyarakat NTB Anti Hoax dengan Cerdas Bermedia.

Kampanye jalanan “Anti Hoax” yang  diserukan ini juga mengajakserta masyarakat dan sejumlah masyarakat di acara car free day untuk membubuhi tanda tangan sebagai tanda melawan hoax.

Muzayen Koordinator Masiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Mataram lewat media UIN TV dan Sinfoni FM 107.8 MHZ, sering mengajak rekan-rekan mahasiswa di kampusnya untuk jangan pernah menyebarkan hoax.

“Hari ini kami ajak masyarakat Kota Mataram dan NTB pada umumnya untuk katakana tidak pada berita yang tidak bermutu dan tidak benar,” ajak Muzayen.

Ajakan Muzayen di Amini Romiatil dan rekan-rekan  mahasiswa lainnya yang mengalungi beberapa papan yang terbuat dari karton dengan berbagai tulisan yang bernada kampanye ini.

Tulisan yang bernilai seruan dan edukasi mahasiswa UIN Mataram ini menarik ada “Nusa Tenggara Barat Cerdas Bermedia”, “Hoaks Bikin Otak Jadi Soak”,  “Tidak Semua Yang Kamu Baca DI Internet Itu Benar”, Mengawasi Media atau Kita diKuasai Media”.

Mereka juga membagikan selebaran edukasi dan PIN menggugah masyarakat untuk matikan TV saat jam belajar, Tolak tayangan TV yang tidak bermutu, damping anak-anak menonton TV .

Koordinator Koordinator Masiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Mataram, Muzayen sekali lagi mengajak semua masyarakat untuk cerdas memilih media dalam wewapadai Hoax. Red dari KPID NTB

Pertemuan KPI dan KY di Kantor KPI Pusat, Jumat (24/11/2017).

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Komisi Yudisial (KY) menjajaki kemungkinan kerjasama dalam upaya pengembangan dan kualitas konten isi siaran. Keinginan itu mengemuka saat kedua lembaga tersebut melakukan pertemuan di Kantor KPI Pusat, Jumat (24/11/2017).

Komisioner Komisi Yudisial, Sumartoyo mengatakan,  KY mengajak KPI untuk bersinergi memberi sosialisasi ke media agara memberi perhatian dan porsi khusus terkait pemahaman dan etika yang baik melalu judicial education (JE).

“Kami sudah bekerjasama dengan kementerian agama dan sekarang kami ingin dengan KPI untuk memberi pengarahan tersebut kepada media penyiaran,” kata Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Advokasi, Hukum dan Pengembangan KY ini pada Ketua KPI Pusat, Yuliadre Darwis dan Komisioner KPI Pusat, Mayong Suryo Laksono dan Dewi Setyarini yang menerima kedatangan rombongan KY.

Ketua KPI Pusat, Yuliadre Darwis mengatakan, pihaknya sepakat dengan apa yang diinginkan KY. Menurutnya, kerjasama ini sangat baik dengan maksud menciptakan penyiaran yang lebih baik, kondusif dan positif.

“Televisi dan radio memiliki perannya dalam memberikan pesan untuk menciptakan dampak postif terhadap masyarakat,” kata Andre yang diamini Mayong dan Dewi.

Dalam kesempatan itu, Mayong Suryo Laksono menyampaikan, jika ada KY menemukan potensi pelanggaran yang merusak martabat hakim dalam isi siaran, KY dapat menyampaikan pengaduan kepada KPI untuk kemudian diteruskan kepada lembaga penyiaran. “Formatnya semacam surat aduan,” katanya.

Pertemuan tersebut juga mengungkapkan rencana KY yang akan membuat ILM dengan harapan masyarakat paham dan memiliki pandangan positif terhadap lembaga peradilan dan hakim. ***

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) melayangkan surat peringatan untuk program siaran “Tak Kasat Mata” di ANTV. Program ini menayangkan adegan mengeksploitas dada seorang wanita yang menjadi suster di sebuah rumah sakit pada 5 November 2017 pukul 23.42 WIB. Hal itu disampaikan KPI Pusat dalam surat peringatan ke ANTV, Senin (13/11/2017).

Selain itu, pemantauan KPI Pusat menemukan adegan serupa pada tanggal 01 dan 02 November 2017. Menurut Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, adegan itu tidak memperhatikan ketentuan tentang pelarangan adegan seksual sebagaimana diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012.

Nuning menilai hal tersebut berpotensi melanggar Pasal 18 huruf h SPS KPI Tahun 2012 tentang pelarangan adegan seksual yang mengeksploitasi bagian tubuh tertentu. “Berdasarkan hal itu, KPI Pusat memutuskan memberikan peringatan untuk program siaran “Tak Kasat Mata”,” tegasnya.

Peringatan ini, lanjut Nuning, merupakan bagian dari pengawasan KPI Pusat terhadap pelaksanaan peraturan serta P3 dan SPS oleh lembaga penyiaran, sebagaimana diamanatkan dalam UU Penyiaran.

“Kami minta ANTV menjadikan P3 dan SPS KPI sebagai acuan dalam menyiarkan sebuah program siaran,” kata Nuning. ***

Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis.

 

Jakarta – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI Pusat), Yuliandre Darwis, meminta kalangan akademis khususnya mahasiswa terlibat dalam mewujudkan media yang sehat. Media sehat akan terlihat dari informasi yang disampaikannya yakni berisikan hal-hal yang membangun dan positif. Hal itu disampaikannya saat menerima kedatangan mahasiwa Universitas Gunadarma di Kantor KPI Pusat, Jumat (24/11/2017).

“Kritisi terhadap media dan terus memberikan literasi media kepada masyarakat untuk pandai-pandai memilih dan memanfaatkan media dapat dilakukan kalian. Posisi kalian sangat penting dalam pengembangan dan pembentukan media yang sehat,” kata Andre, panggilan akrabnya.

Saat ini, perkembangan media sangat cepat dan hal itu terkadang sulit diantisipasi baik secara regulasi maupun pribadi. Informasi yang dengan sangat mudah didapatkan publik yang terkadang tanpa lagi mengivestigasi asal muasal dan kebenaran berita tersebut.

“Masyarakat harus disadarkan dengan memberi literasi kepada mereka untuk lebih berhati-hati dan bijak menerima setiap informasi yang masuk,” jelas Andre.

Berdasarkan data dan penelitian, orang Indonesia saat ini lebih banyak main smartphone hingga 180 menit dan menonton televisi sebanyak 131 menit. “Konsumsi internet sudah sangat tinggi dan ini juga harus ada penyadaran atau literasi,” kata Andre.

Menurut Yuliandre, media harus seimbang dengan menjaga bobot tanggungjawab yang dipanggul sejajar dengan kebebasan berpendapat. Media memiliki fungsi yang mulia yakni sebagai pendidik, pemberi hiburan yang sehat, perekat dan kontrol sosial, ekonomi dan budaya.

“Dalam kaitan ini, KPI memiliki kewajiban menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi mahasiswa,” katanya. ***

Andy F. Noya menjadi narasumber di Sekolah P3SPS KPI Angkatan XXIV

 

Jakarta“Tidak perlu menunggu untuk bisa menjadi cahaya bagi orang-orang disekelilingmu. Lakukan kebaikan, sekecil apapun, sekarang juga.”

Sepenggal kalimat penuh makna dan menohok tersebut dituliskan Andy Flores Noya, praktisi penyiaran sekaligus jurnalis senior, dihalaman pertama buku biografinya yang berjudul “Andy Noya Kisah Hidupku”. Kalimat pendek yang tidak lebih dari 17 kata itu kembali diulang Andy saat dirinya menjadi narasumber Sekolah P3SPS KPI Angkatan XXIV yang berlangsung di ruangan rapat minimalis Kantor KPI Pusat, Selasa (21/11/2017).

“Apa yang bisa anda lakukan untuk mengisi hidup anda. Anda ingin dikenal seperti apa?” kata Andy ke para peserta sekolah dengan suara lantang khasnya, persis seperti yang kita dengar di TV saat nonton acara “Kick Andy” di Metro TV, tidak sumbang tak juga fals.

Menurut Andy, setiap orang harus bermanfaat untuk orang lain dan itu tidak perlu menunggu esok. Setiap orang memiliki kelebihan. Kelebihan itu harus berguna bagi hidup orang lain. Jika kelebihan itu hanya dibatasi untuk dirinya, hal itu menjadi sia-sia.

Andy yang dilahirkan di Surabaya, 57 tahun silam, berbagi cerita ketika bekerja di media. Dia pernah bekerja sebagai wartawan di surat kabar, majalah, radio dan televisi. Pengalaman tersebut menempa dirinya dan menjadikan dirinya lebih sensitif melihat sisi-sisi kemanusiaan yang menurutnya perlu diperjuangkan dan disampaikan.

“Dulu, bed news is good news. Kalo ada berita bagus, dianggap tidak penting. Sekarang, berita baik dan positif itu sangat penting. Ini untuk menginspirasi orang untuk berbuat baik dan berpikir positif dalam menjalankan kehidupan,” kata Andy.

Andy yang semasa kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (STP), sekarang IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Politik) Jakarta,  pernah berjualan kartu ucapan untuk menutup biaya hidup sehari-hari. Tidak hanya berjualan kartu ucapan, Andy pun gesit menulis artikel atau cerpen serta membuat kartun untuk surat kabar atau majalan.

Andy juga menceritakan saat menjadi pemimpin redaksi di Metro TV dan seringkali beradu argument dengan pemiliknya mempersoalkan idealisme dan prinsip. Menurutnya, hal-hal yang sangat prinsip dan juga penegakan aturan harus di kedepankan. Meskipun terkadang, keputusan yang diambil harus menyakitkan dirinya dan orang lain.



Dalam bukunya itu diceritakan, saat di Metro TV, Andy menerima laporan bahwa reporternya menerima amplop saat liputan. Setelah melakukan investigasi dan menyidangkan kasus tersebut, dia mendapat pengakuan sang reporter bahwa amplop tersebut diterimanya karena merasa kasihan kepada sopir mobil operasional Metro TV yang anaknya sedang sakit.

Sikap Andy ketika itu, reporter, sopir dan camera person semuanya diberhentikan. Sepintas orang melihat Andy kejam karena niat reporter tersebut untuk membantu sopir yang kesusahan. Tapi yang dilakukannya adalah untuk menegakan prinsip. Meskipun pada akhirnya Andy setengah mati menghubungi temannya di stasiun televisi lain dan memohon agar menampung tiga orang yang diberhentikannya.

Pencapaian hidup bagi Andy adalah ketika orang lain datang meminta tolong kepadanya dan dia bisa menolong, itulah pencapaian hidup bagi diri Andy F. Noya. Hal itu menimbulkan kenikmatan dan membuat kita nyandu. “Nyandu untuk menolong orang,” katanya.

Demikianlah ringkasan pengalaman yang Andy sampaikan ketika mengisi kegiatan Sekolah P3SPS KPI Angkatan XXIV. Di dalam bukunya setebal 418 halaman tersebut, kita bisa membaca ratusan keping sketsa hidup yang pernah dilaluinya. “Jangan pernah menunda untuk berbuat baik,” pungkasnya. ***

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.