Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengingatkan lembaga penyiaran mengenai pemberitaan dan penyiaran tentang ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria). KPI meminta agar setiap peberitaan dan penyiaran terkait ISIS tidak mendorong masyarakat untuk bersimpati atau mengikuti ajaran kelompok tersebut. Hal tersebut disampaikan Judhariksawan, Ketua KPI Pusat, di kantor KPI Pusat di Jakarta, sore ini (8/8).

Menurut Judha, KPI sudah mengeluarkan surat imbauan kepada seluruh lembaga penyiaran agar pemberitaan dan  penyiaran mengenai ISIS ini lebih merupakan penyebaran informasi bahwa gerakan ini adalah gerakan yang telah dilarang oleh pemerintah serta Majelis Ulama Indonesia (MUI). Imbauan ini diambil KPI sebagaimana tugas dan kewajiban komisi ini berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran (Undang-Undang Penyiaran) untuk menjamin masyarakat memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia.  Seain itu dalam pasal 8 Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) menyebutkan lembaga penyiaran wajib mempertimbangkan munculnya ketidaknyamanan khalayak atas program siaran.

Judha mengingatkan pula tentang tujuan penyiaran Indonesia yang berasaskan Pancasila adalah salah satunya untuk memperkukuh integrasi nasional. Karenanya penyiaran dan pemberitaann mengenai gerakan yang secara resmi dilarang oleh negara harus dilakukan dalam rangka membangun kewaspadaan masyarakat akan bahaya gerakan tersebut, dan bukan untuk menyebarkan propagandanya, ujar Judha.

KPI Pusat sendiri akan melakukan koordinasi dengan jajaran KPI Daerah se-Indonesia  untuk memastikan seluruh lembaga penyiaran baik televisi dan radio, mengikuti imbauan KPI terkait pemberitaan dan penyiaran ISIS ini.

 

Jakarta - Terkait dengan mulai maraknya faham radikal ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang mulai dianut oleh beberapa warga Infonesia. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang semua lembaga penyiaran untuk mempropagandakan ideologi yang kontroversial tersebut.

"Penyiaran Indonesia itu berasaskan Pancasila dan bertujuan memperkukuh integrasi nasional. Jadi semua isi siaran yang bertentangan dengan itu tidak boleh disiarkan, termasuk ajaran ISIS," kata Wakil Ketua KPI Pusat Idy Muzayyad, di Jakarta, Jumat, 8 Agustus 2014.

Langkah ini sejalan dengan keputusan Pemerintah melalui Menkopolhukam (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan) yang menetapkan ISIS sebagai organisasi terlarang. Dengan penetapan itu, Idy meminta kepada semua lembaga penyiaran radio dan televisi turut serta mencegah berkembangnya faham ISIS di Indonesia.

Idy menyayangkan pemberitaan berlebihan mengenai ISIS malah dikhawatirkan akan membesarkan kelompok tersebut di Indonesia. “Karena bisa akan bikin penasaran, rasa ingin tahu dan bahkan simpati dari masyarakat. Ini jangan sampai terjadi," ujar Idy.

Lebih lanjut Idy menjelaskan, sebagai sebuah fakta bahwa ISIS ada, radio dan TV bisa saja memberitakan ISIS, tapi dalam konteks membangun kewaspadaan, bukan malah secara tidak sadar mempropagandakan aliran tersebut. Idy menduga radio komunitas berlatarbelakang ideologi tertentu sangat potensial untuk turut menyebarkan ajaran ISIS.

"Sejauh ini belum ada temuan dan laporan, tapi kekhawatiran kami mengarah ke situ. Semoga saja tidak terjadi," papar Idy. Karenanya Idy meminta kepada KPID seluruh Indonesia untuk turut memantau dan mewaspadai hal ini. Bila di lapangan terdapat kecenderungan itu maka harus langsung diambil tindakan seperlunya.

Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menyelenggarakan acara Halal Bihalal Idul Fitri 1435 H/2014. Selain acara silaturahmi, acara itu juga ajang pemberian penghargaan program acara Ramadan tahun ini.  Dalam sambutannya, Ketua KPI Pusat Judhariksawan mengatakan selamat Idul Fitri 1435 H. Menurut Judha, Idul Fitri tidak hanya bermakna pengampunan dari Allah SWT, namun juga untuk saling memaafkan bagi sesama manusia.

Lebih lanjut Judha menjelaskan, selain acara Halal Bihalal, acara silaturahi itu juga sebagai hajatan KPI untuk pemberian pengharagaan kepada program acara Ramadan. Penghargaan program acara Ramadan tahun ini, KPI bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

“Tahun ini acara Ramadan di televisi cenderung lebih baik dari tahun sebelumnya. Baik dari segi isi, kemasan, variasi program acara. Tahun lalu acara Ramadan banyak didominasi program acara komedi, sekarang hanya tiga program acara. Program acara lainnya beragam seputar tentang ajaran dan nilai-nilai Islam,” kata Judha dalam sambutannya.

Tidak lupa, Judha mengapresiasi kepada lembaga penyiaran yang mendapatkan program acara Ramadan kategori baik dan terbaik tahun ini. Selain itu, Judha berharap, agar apresiasi itu dijadikan lembaga penyiaran untuk tetatp terus menjaga kualitas siarannya, meski sudah melewati Ramadan.

“Sering Ramadan dan Idul Fitri hanya anggap sebagai ajang taubat dan insyaf. Semoga dengan apresiasi ini seterusnya akan lebih baik. Saya kira saat ini adalah momentum untuk terus meningat kualitas siaran dari lembaga penyiaran,” ujar Judha.

Sementara itu Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi MUI S. Sinansari Ecip dalam sambutannya mengatakan menyambut baik kerjasama KPI dalam pemantauan program acara Ramadan tahun ini. Menurut Ecip, sejak tahun 2002 MUI telah mencermati program acara Ramadan dan mengajak berbagai pihak dalam upaya perbaikan.


“Dengan kerjasama dengan KPI, kenapa tidak kita tidak sekalian memberikan apresiasi untuk program acara yang baik. Dan mulai tahun ini kami memulai apreasiasi ini kepada lembaga penyiaran,” papar Ecip.

Dari segi penilaiannya, Ecip mengatakan, rata-rata program acara televisi tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Ecip berharap program acara yang mendapatkan apreasiasi bisa memacu diri untuk lebih baik untuk tahun-tahun berikutnya.

Dalam acara Halal Bihalal dan apresiasi program acara Ramadan KPI mengundang sejumlah pimpinan lembaga negara, lembaga penyiaran, tokoh masyarakat. Tampak dalam acara, Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Sidiq, perwakilan dari Polri, perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan tamu undangn lainnya.

Jakarta - Program Hafidz Indonesia yang ditayangkan RCTI mendapatkan penghargaan sebagai program ramadhan terbaik kateogori da’wah dan pencarian bakat da’wah, dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal tersebut disampaikan Sujarwanto Rahmat Arifin, Komisioner KPI Pusat koordinator bidang pengawasan isi siaran dalam acara Silaturahim Syawal KPI Pusat di Gedung Bapeten, Jakarta (7/8).

Saat menerima penghargaan, Achmad Rozikin dari RCTI menyampaikan bahwa pihaknya mendapatkan apresiasi dari banyak pihak atas tayangan yang adu bakat dalam hafalan Al Qur’an tersebut. Pada tahun lalu, audisi Hafidz Indonesia dinilai belum merata hingga pelosok Indonesia. Maka tahun ini, pihaknya melakukan audisi dengan jangkauan lebih luas. Sehingga, peserta dari pedalaman Indonesia, seperti Musa yang  berasal dari Bangka dapat ikut serta.

Dukungan pada program ini juga diperoleh dari Kedutaan Kerajaan Saudi Arabia. Para finalis Hafidz Indonesia mendapatkan paket umroh sedangkan tiga besarnya mendapatkan paket ibadah haji tahun 2014.  Ahmad bersyukur Hafidz Indonesia mendapatkan apresiasi dari KPI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lebih dari itu, dia juga bersyukur bahwa program ini dapat memberikan inspirasi kebaikan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

KPI dan MUI juga memberikan penghargaan terbaik pada program Para Pencari Tuhan yang tayang di SCTV sebagai program acara ramadhan terbaik kategori sinetron/ kartun/ FTV/ film lepas. Sedangkan untuk kategori dokumenter dan feature, penghargaan program acara ramadhan terbaik jatuh kepada Muslim Travelers yang tayang di Net TV.

Dalam sambutannya, Hadiyanto Suroso dari SCTV mengakui bahwa menggarap skenario sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) tidaklah mudah. Dirinya berharap ada banyak penulis-penulis berbakat yang dapat bergabung dalam tim PPT. Karena harus diakui, kekhasan penulisan skenario PPT menuntut pemikiran kreatif yang sangat baik, agar jangan sampai ada kesalahan penyampaian nilai-nilai, dalam sinetron ini. Seperti tujuan awal di hadirnya PPT ini, tambah Hardiyanto, sebagai tontonan hiburan yang bagus tapi juga punya nilai tuntunan syariah yang baik di tengah masyarakat.

Bagi KPI sendiri, menurut Rahmat, anugerah ini merupakan apresiasi pada stasiun televisi yang telah berusaha keras menyajikan program berkualitas baik ke tengah pemirsa sepanjang bulan Ramadhan. “Ini menunjukkan bahwa program yang bagus, islami, khusyuk dan tetap menghibur, jika dikemas dengan baik akan mendapat apresiasi tidak saja oleh masyarakat tapi juga menguntungkan secara bisnis,” pungkas Rahmat. 

Jakarta - Dalam acara halal bihalal dan KPI Pusat, Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Sidiq mengapreasi KPI atas pemberian apresiasi program acara saat berlangsungnya Ramadan. Menurutnya, dalam menjalankan program itu, KPI menunjukkan integritasnya dengan bekerjasama dengan lembaga terkait, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI).

“Semoga kerjasama seperti ini bisa terus dilanjutkan dalam untuk program Ramadan berikutnya,” kata Mahfudz pada, Kamis, 7 Agustus 2014 di Auditorium Gedung Bapeten Lantai 8, Jalan. Gajah Mada No. 8 Jakarta.

Menurut Mahfudz, Komisi I DPR yang juga sebagai mitra kerja KPI, juga memfasilitasi seluruh unsur penyiaran agar bisa terus menciptakan suasana penyiaran yang lebih baik. Dengan adanya kerjasama untuk pemantauan siaran Ramadan, menurut Mahfudz, adalah upaya memproduksi kebaikan bagi pemirsa.

Penghargaan dan apresiasi program Ramadan kepada 13 program acara, bagi Mahfudz, akan menjadi tontonan yang baik masyarakat. “Semoga lembaga penyiaran menjadi motor produksi kebiakan untuk masyarakat, karena program acara yang baik akan diikuti oleh masyarakat,” ujar Mahfudz.

Di akhir sambutannya, mengucapkan selamat kepada lembaga penyiaran yang mendapatkan penghargaan dari KPI dan MUI. Selain itu mengucapkan selamat sukses atas kerjasama KPI dan MUI dalam membuat kerjasama tersebut dan berjalan hingga usai Ramadan.

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.