- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 901
Bekasi – Upaya peningkatan kualitas isi siaran lembaga penyiaran khususnya TV terus dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Salah satu program utama kegiatan KPI yang konsen mendorong peningkatan kualitas isi siaran TV yakni Indeks Kualitas Program Siaran Televisi (IKPSTV) yang secara periodik digelar bersama 12 Peguruan Tinggi Negeri (PTN) di 12 kota di tanah air.Menj
Memasuki tahun ke 10 penyelenggaraan program ini, KPI tak berhenti memunculkan inovasi dan ide baru agar kualitas isi siaran lembaga penyiaran dari waktu ke waktu makin membaik, meningkat dan tentunya menjadi referensi bagi masyarakat dan para stakeholder.
PIC kegiatan IKPSTV sekaligus Anggota KPI Pusat Amin Shabana mengatakan, pihaknya akan mengembangkan program baru indeks dengan cakupan yang lebih luas. Program yang saat ini disebut IKPSTV akan berubah menjadi Indeks Penyiaran Indonesia (IPI). Rencananya, program indeks baru ini akan dimulai tahun depan.
“Indeks ini akan kita lakukan jauh lebih besar. Kalau misalnya tahun ini kita melibatkan 12 perguruan tinggi dari 12 provinsi, maka indeks penyiaran penyiaran ini akan melibatkan 33 provinsi, dimana di dalamnya juga ada perguruan tinggi dan KPID,” jelas Amin sebelum pembukaan kegiatan diskusi kelompok terpumpun atau FGD (fokus grup diskusi) IKPSTV Periode 1 tahun 2024 di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (1/6/2024).
Indeks penyiaran baru ini diharapkan dapat menjawab dan mewujudkan kualitas penyiaran yang sejalan dengan regulasi yang berlaku, keinginan publik juga industri penyiaran. “Ini wujud dari pengembangan bagaimana indeks ini bisa mengukur industri penyiaran di 33 provinsi tadi,” tambah Amin Shabana.
Dalam kesempatan itu, Amin menyampaikan apresiasi tinggi atas keterlibatan para ahli dari perguruan tinggi dalam program IKPSTV selama ini. Keseriusan dan profesionalitas dari para ahli di perguruan tinggi ini menjadi rekomendasi positif untuk meningkatkan kualitas isi siaran TV.
“Sekali lagi terima kasih. Kami berharap dukungan dari bapak ibu semua perguruan tinggi yang semua merupakan mitra dari KPI dalam mendukung kerja-kerja kami ke depan,” pintanya.
Saat membuka kegiatan FGD, Ketua KPI Pusat Ubaidillah, menyandingkan bobot kualitas siaran TV dengan dinamika penyiaran yang terjadi sekarang. Menurutnya, ada kritik terkait perbedaan kualitas antara media penyiaran dan media baru yang perlu direspon.
“Kritik ini tidak bulat kita terima karena penilaian terhadap kualitas penyiaran bisa dilatari dengan beragan faktor, mulai aktivitas mereka di ruang teknologi yang saat ini lebih intens. Sehingga saat ini mereka tidak punya prospektif obyektif untuk memilih kualitas lembaga penyiaran secara konferhensif, Tapi yang jelas pandangan mereka terhadap kualitas harus direspon secara obyektif,” katanya.
Ubaid menyatakan, pihaknya terus melakukan kerja-kerja koheren untuk meningkatkan kualitas layar kaca Indonesia. Melalui FGD ini, dirinya berharap ini akan menghasilkan rekomendasi yang bersifat organik dengan kebutuhan masyarakat.
“Dengan apa yang terjadi belakangan. FGD ini, baik dari proses perencanaan sampai dengan hasilnya, tidak berjalan sendiri, tidak merasa mapan sendiri, sehingga sudaah merasa telah melakukan hal yang terbaik,” harap Ubaidillah.
Ubaid juga mengucapakan terima kasih kepada seluruh konsultan pengendali, para informan dan seluruh komisioner yang terus mendidikasian diri memberikan pandangan dan pemikiran terbaik agar kualitas siaran tumbuh berkembang dengan baik. “Saya berharap ibu dan bapak dapat merekam apa yang diharapkan publik, lalu menjadikannya sebagai aktivitas kelembagaan yang dalam hal ini terimplementasi melalui IKPSTV,” tutupnya.
Sementara itu, Plt Direktur Politik dan Komunikasi Badan Perencanaan Pembagunan Nasional (Bappenas), Nuzula Anggeraini, menyoroti dua kategori program yakni sinetron dan infotainment yang penilaiannya bertolak belakang. Menurutnya, secara rating (Nielsen) dua kategori itu termasuk yang baik, namun secara kualitas masih di bawah standar yang diharapkan KPI.
“Apakah perlu kita melakukan survei minat dan survei khalayak serta peningkatan literasi dan juga edukasi siaran terhadap masyarakat untuk program sinetron dan infoteimen,” katanya yang disampaikan secara daring.
Terkait hal ini, Bappenas mendorong KPI terus meningkatkan pemahaman P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) kepada lembaga penyiaran. Upaya lain yang perlu juga dilakukan yakni peningkatan SDM penyiaran serta managemen lembaga penyiaran. “Ini merupakan hal lain yang dapat dilaksanakan untuk mendukung peningkatan kualitas penyiaran Indonesia,” kata Nuzula.
Secara khusus menyangkut peningkatan kualitas SDM, Bappenas berharap KPI dapat memberikan pelatihan kepada rumah-rumah produksi (production house) dan lembaga penyiaran. Pelatihan ini dengan tujuan setiap program yang dibuat selaras dengan standar KPI serta kultur budaya bangsa.
“Asosiasi periklanan diharapkan juga turut mendukung program-program siaran yang berkualitas, misalnya dengan memasang iklan pada program yang berkualitas tersebut dan tentunya juga disesuaikan dengan standar dari KPI. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan penyiaran yang sehat dan berkualitas,” papar Nuzula.
Narasumber FGD IKPSTV yang pernah menjabat Ketua KPI Pusat Periode 2016-2019, Yuliandre Darwis, mengatakan kepuasan publik terhadap tayangan merupakan mandat yang harus dipenuhi KPI. Karenanya, pengukuran kualitas siaran itu diperlukan untuk melihat sejauhmana mutu dari siaran tersebut.
Dalam kesempatan ini, Andre (panggilan akrabnya) berharap hasil FGD indeks ini dapat dieksplorasi sehingga muncul data analisa baru. Selain itu, lanjutnya, kolaborasi dalam kegiatan indeks juga diperlukan. “Harapannya akan memperkuat indeks, sehingga menghasilkan penguatan siaran,” ujarnya.
Pada kesempatan diskusi di kelas yang dibagi menjadi 8 kategori program, seluruh pengendali dan para informan diberi kesempatan menyampaikan pandangan, penilaian serta masukannya. Seluruh Komisioner KPI Pusat ikut terlibat dalam diskusi ini antara lain Ketua KPI Pusat Ubaidillah, Wakil Ketua KPI Pusat Mohamad Reza, Anggota KPIn Pusat Aliyah, Amin Shabana, Evri Rizqi Monarshi, I Made Sunarsa, Muhammad Hasrul Hasan, Mimah Susanti, dan Tulus Santoso. Adapun ke 8 kategori yang dimaksud yakni infotainment, sinetron, wisata dan budaya, berita, religi, variety show, talk show dan anak. ***/Foto: Agung R