Jakarta – Metode dan instrumen riset sangatlah diperlukan saat melakukan penelitian. Terlebih jika yang melakukan penelitian adalah lembaga riset komersial. Hasil riset harus dapat dipertanggungjawabkan. Karena biasanya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan tertentu

“Karena alasan itu kami berkunjung ke Nielsen Indonesia. KPID Jateng ingin meminta penjelasan serta diskusi tentang medode dan instrumen dalam riset rating televisi dan radio. Tujuannya untuk memetakan secara tepat posisi masing-masing stakeholders dalam mewujudkan penyiaran yang berkualitas,” kata Dini Inayati.

Kunjungan kerja dilakukan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah Asep Cuwantoro, Setiawan Hendra Kelana, Sonakha Yuda Laksono dan Dini Inayati ke Nielsen Indonesia, Rabu (25/7/2018).

Dini Inayati, mengakui, penelitian Nielsen dapat dipertanggung jawabkan. “Terkait program siaran televisi, penelitian mereka tentang kuantitas, bukan kualitas. Jadi meneliti apa yang masyarakat saksikan paling sering dan paling banyak. Bukan seberapa baik dan berkualitaskah siaran tersebut,” ungkapnya.

Inilah yang terkadang menjadi persoalan. Setelah kajian dilakukan, diharapkan akan ada iklan yang tertarik untuk tayang pada program siaran berating tinggi. “Nah, banyak perusahaan yang memilih menayangkan iklan pada program dengan rating tinggi. Sayangnya, banyak yang tidak memilih program siaran dengan rating tinggi dan berkualitas, itu menjadi persoalan. Walau tetap ada perusahaan yang mempertimbangkan keduanya, rating dan kualitas untuk memasang iklan,” kata Dini.

KPID berharap, dikatakan Dini, untuk merubah kebiasaan pola konsumsi siaran televisi maupun radio menjadi lebih baik, juga dibutuhkan peran serta perusahaan pemasang iklan agar tidak hanya berpatokan pada rating tinggi saja. “Rating tetap perlu. Tapi juga harus mempertimbangkan memilih program dengan rating tinggi dan berkualitas baik. Juga bagi lembaga penyiaran, agar selalu memproduksi siaran dengan baik, sehat, berkualitas dan sekreatif mungkin. Karena apa yang disajikan lembaga penyiaran, itulah yang akan dikonsumsi oleh masyarakat,” pungkasnya. Red dari KPID Jateng

 

Para narasumber acara Focus Group Discussion (FGD) Panel Ahli Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi KPI 2018 Periode II.

 

Padang - Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Agung Suprio menyerahkan Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi 2018 Periode I secara simbolis kepada Dr. Alfan Miko, Wakil Koordinator Area Survei Indeks di Padang.

Bertempat di Padang, Sumatera Barat, Penyerahan Hasil Survei Periode I menjadi bagian acara Focus Group Discussion (FGD) Panel Ahli Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi KPI 2018, yang digelar KPI Pusat bekerjasama dengan Universitas Andalas. 

Sebelumnya, Agung Suprio menyampaikan bahwa survei yang dilakukan oleh KPI merupakan kerja raksasa yang membutuhkan kerja bersama, kerja keras seluruh pihak.

"Survei ini menjadi kerja raksasa bagi kita semua. Maka dari itu perlu kerja bersama dan kerja keras yang melibatkan seluruh pihak," ungkap Agung dalam sambutannya, Kamis (30/8/2018).

Agung Suprio menjelaskan kerja raksasa ini berkaitan dengan perbaikan kualitas siaran televisi. "Kita menginginkan siaran televisi berkualitas dengan survei yang dilakukan ini. Kuncinya kita kerja keras!" tegasnya.

Senada dengan hal tersebut, semangat KPI disambut baik oleh perwakilan Universitas Andalas. "Untuk mencapai tujuan KPI dalam meningkatkan kualitas siaran televisi, maka perlu para panel ahli dan surveyor tetap komitmen," ujarnya.

FGD Panel Ahli Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi KPI 2018 digelar dengan menghadirkan 10 Panel Ahli dengan beragam latar kepakaran di bidangnya. KPI juga bekerjasama dengan 12 Universitas di Indonesia. ***

 

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis.

 

Jakarta – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis, meminta insan penyiaran untuk terus menyiarkan informasi dan konten yang mengandung kebaikan dan positif. Mengajak masyarakat untuk baik itu melalui tayangan yang berkualitas tidak boleh berhenti sampai kapanpun.

“Setidaknya pribadi kita selalu menyiarkan kebaikan seperti orang adzan. Ada orang yang terpanggil untuk sholat dan ada yang sebaliknya. Begitupun juga dengan di penyiaran,” kata Yuliandre di depan peserta Sekolah P3SPS KPI Angkatan XXX, Selasa (28/8/2018).

Menurut Andre, panggilan akrabnya, media penyiaran harus menentukan program acara yang memang pantas disiarkan ke publik. Tentunya siaran yang berkualitas dan penuh nilai baik. “Saya berharap hal ini dapat dilakukan agar masyarakat memperoleh siaran yang baik, penuh manfaat dan mencerahkan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Andre menjelaskan proses pemberian rekomendasi kelayakan dari KPI untuk lembaga penyiaran mendapatkan izin penyiaran. Rekomendasi ini berkaitan dengan kelayakan konten lembaga penyiaran tersebut. 

“Jika layak kita akan berikan approve ke pemerintah dalam hal ini kementerian komunikasi dan informatika yang secara administarsi punya kuasa untuk itu. Karena itu KPI tidak pernah berurusan dengan artis atau produser, tapi kepada direktur utama. Semangat UU Penyiaran itu seperti pembentukan karakter bangsa ada dalam rekomendasi tersebut,” jelas Andre. ***

 

Pakpak Bharat – Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Sumatera Utara melaksanakan sosialisasi tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) di Kabupaten Pakpak Bharat, Selasa (14/08/2018).

Kegiatan yang difasilitasi Dinas Kominfo Pemkab Pakpak Bharat ini digelar di Gedung Bale Sada Arih, Kompleks Perkantoran Panorama Indah Sindeka, Salak Pakpak Bharat. Acara secara resmi dibuka oleh Bupati Pakpak Bharat Dr. Remigo Yolando Berutu, MBA MFin yang diwakili oleh Asisten Administrasi dan Pembangunan Setdakab Pakpak Bharat, Supardi Padang SP MM didampingi Pelaksana tugas (Plt) Kadis Kominfo Pakpak Bharat, Aryanto Tinambunan SP MSi.

Acara ini diikuti oleh lembaga penyiaran radio dan televisi, tokoh agama, tokoh adat budaya, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat dan insan pers yang ada di Kabupaen Pakpak Bharat dengan menghadirkan narasumber dari KPID Sumut

Bupati Remigo Yolando Berutu dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan oleh Asisten Administasi dan Pembangunan Pemkab Pakpak Bharat, Supardi Padang SP MM, mengatakan bahwa Sosialisasi P3SPS ini sangat penting bagi dan bermanfaat bagi masyarakat, karena menyangkut penyiaran publik.

Sebab penyiaran publik ini sangat sensitif terkait isi dan kontennya, sehingga semua lembaga penyiaran publik diharapkan tidak lagi menyiarkan atau menayangkan isi siaran yang tidak sesuai fakta yang bersifat opini, adegan kekerasan dan pornografi, muatan seks dalam lagu dan klip vidio, katanya. Red dari www.metro-online.co

 

Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Niken Widiastuti.

 

Jakarta – Terlalu banyak ujaran kebencian di media sosial membuat media mainstream seperti televisi dan radio kembali mendapatkan kepercayaan tinggi dari publik. Hasil penelitian dari salah satu lembaga survey di luar negeri menyatakan kepercayaan publik terhadap media televisi dan radio naik 5 poin, sedangkan media sosial turun 2 poin.

Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Niken Widiastuti mengatakan, perubahan kepercayaan ini mengindikasikan masyarakat telah mengalami perubahan cara pandang dalam mengakses media. Artinya, masyarakat sekarang makin cerdas.

“Sekarang masyarakat tidak gampang percaya terhadap informasi yang beredar di media sosial. Masyarakat Indonesia sekarang semakin cerdas,” kata Niken saat menjadi pemateri di Sekolah P3SPS KPI Angkatan XXX di Kantor KPI Pusat, Selasa (28/8/2018).

Menurut Dirjen IKP yang pernah menjadi penyiaran radio RRI, perubahan tersebut tak lepas dari upaya meliterasi masyarakat agar cerdas menyikapi dan memilih informasi di media khususnya media sosial.  

“Kita tidak boleh lelah melakukan literasi kepada publik dan ini harus melibatkan banyak elemen termasuk para jurnalis. Upaya lainnya adalah menciptakan konten positif untuk melawan konten negative dan hoax. Peran media penyiaran sangat besar dalam melawan hal negatif dan hoax tersebut,” katanya di depan peserta sekolah yang sebagian besar wakil dari lembaga penyiaran.

Dalam kesempatan itu, Niken menjelaskan bagaimana pola perkembangan media dan kemajuan teknologi informasi. Menurutnya, mediamorfosis adalah kata kunci untuk menunjuk fenomena media masa saat ini. Banyak sumber informasi berada dalam satu genggaman dan semua orang bisa memproduksi informasi dan menjadi media. 

Kondisi itu, membuat masyarakat banjir akan informasi yang kebenaran tidak bisa dipertanggungjawabkan semua. Dampaknya adalah terjadinya perubahan perilaku di masyarakat hingga sangat mudah mencaci maki.

Niken berharap, di tengah maraknya informasi negatif dan hoax di media sosial, media penyiaran dapat menjadi media yang mencerahkan masyarakat dan penjaga integrasi bangsa. ***

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.