Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menjatuhkan sanksi teguran tertulis pada 4 (empat) stasiun televisi, yakni: RCTI, Global TV, MNC TV dan INEWS TV, (10/5). Sanksi tersebut diberikan atas pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) yang dilakukan dalam Siaran Iklan Partai Perindo. Komisioner KPI Pusat Koordinator bidang pengawasan isi siaran Hardly Stefano menjelaskan bahwa siaran iklan Partai Perindo tidak mengikuti ketentuan P3 & SPS yang menyatakan bahwa program siaran wajib untuk dimanfaatkan demi kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu. “KPI menilai, penayangan Iklan Partai Perindo merupakan pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik”, ujar Hardly.

Siaran Iklan Partai Perindo ini menurut Hardly, melanggar pasal 11 P3 KPI tahun 2012 serta pasal 11 ayat (1) SPS KPI tahun 2012. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam P3 & SPS maka KPI Pusat memberikan sanksi administratif Teguran Tertulis. Selain itu, merujuk pada pasal 36 ayat (4) Undang-Undang nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Untuk itu, KPI memerintahkan pada keempat stasiun televisi tersebut, untuk menghentikan siaran iklan Partai Perindo.

Hardley mengingatkan, jika di kemudian hari masih ditemukan siaran iklan serupa, maka KPI akan memberikan peningkatan sanksi sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 75 ayat (2) SPS KPI tahun 2012. “Jika masih terjadi pengulangan pelanggaran, KPI telah siap dengan langkah selanjutnya termasuk memberikan rekomendasi pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika, setelah melewati tahapan penjatuhan sanksi yang diatur dalam P3 & SPS”, ujar Hardly.

KPI mengingatkan kembali bahwa lembaga penyiaran wajib menaati dan menjadikan P3 & SPS KPI tahun 2012 sebagai acuan utama dalam menayangkan isi siaran, sebagaimana yang telah dinyatakan pada proses pengajuan izin penyelenggaraan penyiaran (IPP) maupun pengajuan perpanjangan IPP dalam Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) yang lalu.

Wakil Ketua KPI Pusat, S. Rahmat Arifin, menerima kunjungan Komisi A DPRD Provinsi DIY di Kantor KPI Pusat, Selasa, 9 Mei 2017.

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) menyatakan fungsi atau jabatan KPID di daerah tidak boleh mengalami kekosongan. Hal itu berkaitan dengan fungsi pengawasan siaran dan kepastian hukum penyiaran di daerah tersebut.

Demikian disampaikan Wakil Ketua KPI Pusat, Sujarwanto Rahmat Arifin, kepada Ketua Komisi A DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Eko Suwanto dan rombongan saat kunjungan kerja ke kantor KPI Pusat, Selasa (9/5/17).

Komisi A DPRD DIY datang ke KPI Pusat dalam rangka berkonsultasi terkait rencana rekruitmen Anggota KPID DIY yang baru menggantikan Anggota KPID DIY Periode 2014-2017 yang segera habis masa jabatannya.

Menurut Rahmat, DPRD sebaiknya merekomendasikan perpanjangan Anggota KPID yang akan habis masa jabatan kepada Gubenur bila pemilihan Anggota KPID baru belum terlaksana. Jika SK perpanjangan dari Gubernur sudah turun, maka KPID yang habis masa jabatannya bisa kembali bekerja.

“Jika Komisioner KPID tidak ada, hal ini akan mempengaruhi kepastian hukum di KPID dan akan mempersulit proses pengawasan penyiaran di daerah,” kata Rahmat.

Terkait mekanisme rekruitmen KPID, Rahmat menjelaskan, DPRD harus segera membentuk Tim Seleksi sebelum masa jabatan KPID berakhir. Tim pansel yang kerjanya independen terdiri atas perwakilan akademisi, tokoh masyarakat, budayawan, agama dan lainnya.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Provinsi DIY, Eko Suwanto mengatakan, pihaknya akan segera melakukan pembentukan Timsel KPID DIY pada akhir bulan Mei ini. Adapun pendaftaran calon Anggota KPID DIY akan dibuka pertengahan Juni mendatang. “Jika tidak ada aral, September depan Komisioner KPID DIY yang baru sudah ditetapkan,” katanya.

Selain membahas rekruimen, DPRD DIY menyampaikan sejumlah agenda yang sedang dibahas pihaknya seperti pembentukan Peraturan Daerah (Perda) Penyiaran Digital dan Peraturan Gubernur tentang UU Penyiaran. ***

Jakarta - Selain melakukan pengawasan terhadap isi siaran, tugas dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran. Untuk itu KPI menyelenggarakan Bimbingan Teknis "Sekolah P3SPS - Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)" untuk praktisi penyiaran, mahasiswa, dan masyarakat umum.
 
Sekolah P3SPS Angkatan XIX akan dilaksanakan pada 16 - 18 Mei 2017 di Kantor KPI Pusat, Gedung Bapeten lantai 6, Jalan Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat. KPI menerima berkas pendaftaran peserta paling lambat pada 10 Mei 2017, pukul 12.00 WIB. Formulir pendaftaran dapat diunduh dalam tautan ini (Unduh Formulir). Formulir yang sudah diisi dikirimkan ke alamat email Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya..
 
Selama kegiatan berlangsung KPI Pusat menyediakan seminar kit, konsumsi dan sertifikat. 
 
Ketentuan lain:

  1. Pendaftar yang diterima untuk mengikuti Sekolah P3SPS secara mutlak ditentukan KPI Pusat. Calon peserta yang diterima, langsung dihubungi panitia.
  2. Sekolah P3SPS digelar setiap bulan sekali dengan jumlah peserta maksimal 30 orang. KPI Pusat akan mengumumkan jadwal pendaftaran untuk mengikuti Sekolah P3SPS setiap bulannya.

Informasi lebih lanjut hubungi Fida (0812 5205 8616)

 

 

Kutai Timur - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengusulkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) untuk segera membuat payung hukum penyiaran di Kutim.

Disampaikan saat audensi bersama Pemkab Kutim di kantor Bupati Kutim, Bukit Pelangi , Rabu 3 April 2017, KPID Kaltim menjelaskan payung hukum tersebut berupa Peraturan Daerah (Perda) tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL).

“Payung hukum berupa Perda LPPL, karena itu merupakan syarat dalam melakukan penyiaran," ungkap Ketua KPID Kaltim, Suarno.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik (Diskominfotik) Kutim, M. Erlyan Noor, yang turut hadir dalam pertemuan itu menyambut baik usulan provinsi. Untuk itu, ia meminta Pemkab Kutim khususnya kepada  Bupati dan Wakil Bupati agar melakukan audiensi ke DPRD Kutim dalam merumuskan Perda LPPL.

Harapan tersebut disampaikan Erlyan mengingat divakumkan sementara Unit Pelaksana Teknis (UPT) TV Kutim di bawah naungan Diskominfotik Kutim. Pasalnya, belum ada perda penyiaran sebagai payung hukum dan syarat dalam sebuah penyiaran.

"Kita berharap bupati dan wabup bisa menggelar audiensi ke anggota DPRD Kutim untuk segera merumuskan perda penyiaran ini," ungkap Erlyan.

Lebih jauh, ia mengaku khawatir karena UPT TV Kutim yang terhenti sementara ini menyebabkan aset yang ada di sana rusak karena tidak digunakan maupun tidak mendapat perawatan.

"Asetnya banyak, semuanya mahal-mahal. Jika lama tidak digunakan takutnya bisa rusak apalagi tidak ada yang merawat," ucapnya.

Erlyan menambahkan, dengan adanya perda yang menjadi salahsatu syarat penyiaran resmi, TV Kutim dapat kembali beroperasi terlebih telah ditunjang alat yang lengkap dan dapat kembali memaksimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.

"Jika status resmi, tentu kita akan jalankan kembali karena dari alat dan SDM kita sudah siap semua," katanya.

Di kesempatan yang sama, Wakil Bupati Kasmidi Bulang menyambut baik langkah dalam membuat ijin resmi penyiaran di Kutim mengingat pembentukan perda juga merupakan penegakan sebuah peraturan.

"Ini merupakan penegakan aturan, tentunya kita akan dukung. Jika Ijinnya sudah resmi bisa memudahkan kita untuk membangun jaringan sampai tingkat desa, harapan kita itu," imbuh Kasmidi.

Dengan adanya informasi sampai ke desa, kata dia, diharapkan masyarakat desa juga mendapat informasi yang sama dengan di ibukota kabupaten atau menghindari perbedaan tangkapan informasi.

"Harapannya, informasi  apapun itu langsung terdengar sampai ke desa karena menyampaikan informasi harus seragam dan sama. Jangan sampai informasi di kabupaten beda dengan yang ada di desa," sebutnya. Red dari kliksanggatta

Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano.

 

Jakarta – Hari Kebebasan Pers Sedunia atau World Press Freedom Day 2017 merupakan monumen dari sebuah kepercayaan masyarakat dunia kepada pers untuk menjalankan profesinya dengan leluasa alias bebas. Namun, kebebasan pers haruslah diikuti dengan tanggungjawab dan pengertian.

Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano mengatakan, kebebasan pers merupakan kebebasan yang mesti diikuti dengan adanya rasa tanggungjawab. Bentuk tanggungjawab itu menjadi pengontrol sekaligus pendorong perubahan sosial yang konstruktif.

“Dalam menjalankan profesi pers yang bebas, rasa tanggungjawab harus terus ikutkan. Adanya rasa tanggungjawab ini akan menciptakan kontrol dan pendorong perubahan sosial yang baik dan membangun,” kata Hardly menanggapi Hari Kebebasan Pers Sedunia atau World Press Freedom Day 2017, Kamis, (4/5/17).

Menurut Hardly, kebebasan pers merupakan medium bagi masyarakat untuk mengakses informasi, membuka cakrawala berpikir, dan keberanian untuk berbicara menyampaikan pendapat.

Namun dalam era teknologi informasi saat ini, lanjut Komisioner yang juga Koordinator bidang Isi Siaran KPI Pusat, kebebasan pers juga harus dimaknai sebagai instrumen untuk membebaskan masyarakat dari berita bohong (hoax) dan palsu (fake).

“Saat ini, berita bohong sangat merajalela terutama di media sosial. Keberadaan pers dengan jaminan kebebasan persnya mestinya menjadi alat untuk meluruskan hal yang tidak benar itu supaya masyarakat terbebas dari kabar dan berita palsu atau Hoax,” tegasnya. ***

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.