In Memoriam  H. Mahmud Din Torano

Pahlawan Penyiaran Maluku Utara

Oleh : Alwi Sagaf Alhadar  -  Komisioner KPID Maluku Utara

     

Ahad sore itu tiba-tiba  hujan  mengguyur deras.  Saat yang sama saya tengah mengendarai mobil dari Bandar Udara Sultan Babullah menuju pusat kota Ternate. Setelah mengantar ponakan dan anaknya kembali ke Gorontalo. Sengaja saya memutar lagu November Rain agak keras, tembang lawas milik  kelompok  Guns N’ Roses. Bukan apa-apa.  Supaya selalu terjaga konsentrasi berkendara di tengah cuaca yang mulai memburuk. “And no one’s really sure who’s lettin’ go today. Walking  away”. Begitu bunyi sepenggal lirik lagu berirama slow rock ini.

     Belum juga sampai di rumah, tiba-tiba pula telepon genggam saya bergetar. Tanda ada panggilan masuk. Dari ujung telepon terdengar suara Pendeta Williams Ruddy Tindage, kolega saya di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Maluku Utara. Agak lain dari biasanya.  Kali ini suaranya bernada serius dan terbata-bata. Saya pun segera memarkir mobil di pinggir jalan. Wakil Ketua KPID Malut ini mengabarkan berita duka. Bapak Drs. H. Mahmud Din Torano, MM telah berpulang ke Rahmatullah. Inna Lillahi Wa Inna Ilayhi Raajiu’n.

      Kaget bercampur sedih. Tanpa terasa kedua  mata saya berkaca-kaca.   Ketua KPID Malut ini menghembuskan nafas terakhir  dengan  tenang di tengah keluarga besarnya di Makassar,  hari Ahad petang jelang maghrib, 4 November 2018. Setelah  beberapa waktu dirawat di Ternate dan kemudian  dirujuk  berobat ke ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan .

     Ibarat kata pepatah, tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak. Pria kelahiran Pulau Makean, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, pada 18 Agustus  1950 ini tetap enerjik  dalam berbagai aktivitasnya. Pada titik  ini,  saya bersama teman-teman  komisioner KPID punya pengalaman berharga dengan Almarhum.  Awal 2011, saat kami  fit and proper test di Gedung DPRD Maluku Utara. Di antara para calon komisioner, beliaulah yang paling senior dari sisi usia. Bisa pula dikatakan Pak Haji – begitu biasa kami menyapa beliau - sangat minim pengalaman terkait dunia broadcasting ini. Saat  itulah, awal mula saya bersua dengan sosok yang cergas dan bijak dalam setiap pengambilan keputusan.

      Almarhum adalah pensiunan ASN di Setda Provinsi Malut  tahun 2006. Biasanya setiap pensiunan akan mengalami suatu gejala post power syndrome. Namun gelagat itu tak nampak dalam diri sosok yang gemar olahraga badminton serta renang. Pantang menyerah  dan terus belajar adalah karakter dari pribadi  penyayang keluarga ini. Akhirnya, beliau, saya, dan lima rekan lainnya terpilih sebagai pengawal dunia penyiaran yang pertama di Maluku Utara, sejak UU Penyiaran diterbitkan tahun 2002 silam.

     Seiring waktu berjalan, Pak Haji – yang memiliki tiga putera dan dua puteri ini - menggawangi bidang kelembagaan KPID Malut  telah berhasil menata internal.  Kemudian bersama    komisioner lainnya   gencar  melakukan sosialisasi agar lembaga penyiaran mau berizin. Saat itu, kami selalu gaungkan tagline, malu bersiaran tanpa izin. Pada periode kedua, beliau dipilih menjadi ketua.  Watak kepemimpinannya semakin nampak jelas. Diimbangi dengan etos kerja yang tinggi serta tak mau mengulur waktu dalam problem solving. Hingga terkadang, kami yang lebih yunior, justru kewalahan mengimbangi sepak terjang  pria yang beristri seorang wanita asal Sulawesi Selatan ini.

     Prestasi ini ditopang dengan masa kerja beliau yang cukup panjang di Tanah Papua. Lebih dari  30 tahun berkutat di bidang pendidikan, mulai 1973. Kala itu, masih bernama Propinsi Irian Barat. Ditempatkan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, sebagai pegawai biasa, lantas menjabat  Kepala Tata Usaha ( KTU), hingga berakhir sebagai Kepala Dinas .

     Tahun 2003 - peraih gelar S1 pada STIE YAPIS Jayapura dan S2 pada STIE Wijayakarta Jakarta – pulang kampung ke Maluku Utara. Jebolan SDN 2 Ngofakiaha Makean, SMPN Ngofakiaha Makean, serta SMEA Ternate ini , oleh Gubernur Thaib Armaiyn ditempatkan sebagai KTU Dinas Pariwisata  Provinsi Malut.  Akhir 2003, Pak Haji dipercayakan mengelola Biro Organisasi Setda Provinsi Malut hingga 2005. Karirnya semakin kinclong, saat diamanatkan untuk menahkodai  Balitbangda Provinsi Malut, hingga masuki masa pensiun tahun 2006.

      Banyak prestasi cemerlang ditoreh oleh sosok yang berkepribadian serius tapi santai ini. Antara lain, gencar promosi Pulau Morotai sebagai bakal tujuan wisata mancanegara,  menggagas motif pakaian Batik khas Malut yang digunakan oleh ASN pada hari tertentu, dan masih banyak lagi. Hingga melegalkan status berbagai Lembaga Penyiaran di Malut.

     Kini, Pak Ketua telah mendahului kita kembali ke haribaanNya. Ada satu obsesinya yang belum kesampaian. Angan-angan berdirinya stasiun produksi TVRI Malut belum terwujud. Padahal usaha meyakinkan petinggi stasiun yang memiliki motto “Saluran Pemersatu Bangsa” ini telah berujung pada kunjungan tim teknis ke Ternate dan Sofifi. Menurut beliau, provinsi yang memiliki moto, Marimoi Ngone Futuru (Bersatu Kita Kuat) ini akan lebih maju, jika memiliki media audio visual sendiri.

     Selamat Jalan Pak Haji….. Jasamu akan selalu kami kenang. Amal jariyahmu akan senantiasa mengalir. Nasihatmu jadi cambuk buat kami untuk terus bergerak. Perjuanganmu akan kami lanjutkan. Doa kami senantiasa tercurah untukmu.



(Komisioner KPI Pusat bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem Penyiaran Berziarah di Makam Ketua KPID Maluku Utara, Almarhum H. Mahmud Din Torano)

 

 

 

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.