- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 51314
Surabaya -- Mengubah kebiasaan masyarakat untuk menonton siaran berkualitas tidaklah mudah. Selain karena tidak banyak tayangan yang memang berkualitas secara tontonan, penonton TV kita belum seluruhnya dibekali edukasi tentang memilih dan memilah tayangan yang memang pantas dan berkualitas bagi mereka. Karenanya, upaya literasi berkelanjutan dan terarah harus terus dilakukan.
Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, mengatakan literasi merupakan langkah intervensi kepada masyarakat agar terbekali dengan pengetahuan tentang menonton yang baik. Literasi yang tepat dan berkelanjutan dapat mengubah cara berpikir dan pandangan masyarakat terhadap tayangan. Misalnya, jika mereka menonton sinetron maka yang akan ditonton sinetron yang baik, berkualitas dan penuh nilai.
“Kita harus melakukan intervensi kepada penonton agar beralih menonton tayangan berkualitas. Kita tidak melarang masyarakat nonton sinetron atau berita apapun tapi harus kita arahkan mereka nonton sinetron atau berita yang berkualitas,” kata Nuning kepada para peserta kegiatan pembekalan tenaga literasi media KPID Provinsi Jawa Timur, Kamis (23/9/2021) di Surabaya. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara KPI Pusat dengan sejumlah KPID dalam rangkaian program Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) yang sudah berjalan sejak 2019.
Menurut Nuning, para tenaga literasi yang sudah dibekali kemampuan meliterasi harus mampu dan berani menjadi juru bicara di tengah masyarakat tentang memanfaatkan media. Publik yang tidak memahami dan mengerti bagaimana memilih siaran yang baik harus dibimbing. Selain juga meluruskan soal regulasi dan kewenangan KPI.
“Adik-adik ini peserta merupakan agen potensial sebagai agen literasi KPI,” ujarnya kepada peserta peserta yang sebagian diantaranya adalah mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Jatim dan Jawa Tengah.
Pada kesempatan yang sama, Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano menambahkan, pola menonton siaran yang baik oleh masyarakat secara otomatis akan mengubah orientasi para produsen program maupun lembaga penyiaran. “Jika penontonnya sudah mulai menonton tayangan berkualitas, hal itu akan mengubah kualitas program kita. Sekarang ini arahnya sudah mulai ke sana,” tutur Komisioner bidang Kelembagaan KPI Pusat ini.
Selain itu, Hardly meminta agen literasi untuk mengabarkan atau memviralkan hal-hal yang baik kepada masyarakat. “Bicarakan kepada orang-orang tentang siaran yang baik. Ini sesuai dengan motto kami yakni mari bicara siaran baik. Jadi mulai sekarang sampaikan yang baik-baik saja,” tandasnya.
Selain bicara tentang literasi dan sosialisasi, KPI juga mendorong keterlibatan masyarakat dalam mengawasi isi siaran. Menurut Nuning, pengawasan partisipasi ini dapat membantu KPI mengawasi isi siaran lembaga penyiaran khususnya di daerah. “Perlu diketahui bahwa jumlah lembaga penyiaran di tanah air berjumlah ribuan, terdiri dari 3000 radio dan 700 televisi. Karena keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia maka peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk mengawasinya,” pintanya.
Dalam kegiatan bertajuk bimtek tersebut, ikut hadir Ketua KPID Jatim, Afif Amrullah, Komisioner KPID Jatim, Amalia Rosyadi Putri dan Immanuel Yosua Tjiptosoewarno. ***/Editor:MR