Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memutuskan menjatuhkan sanksi teguran untuk Program Siaran “Pagi Pagi Ambyaaarrr” di Trans TV, Program Siaran “Selebrita Heits” di Trans 7, dan Program Siaran “Hunting” di Net. Ketiga program siaran ini kedapatan melanggar peraturan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) tahun 2012 terkait penghormatan privasi dalam siaran. 

Pelanggaran yang ditemukan di Program Siaran “Pagi-Pagi Ambyaar” tanggal 03 Agustus 2022 pukul 08.30 WIB. Program yang diberi klasifikasi R (Remaja) tersebut membahas konflik perceraian rumah tangga a.n. Dewi Perssik dengan a.n. Angga Wijaya (mantan suami Dewi Perssik). Dalam tayangan tersebut Dewi Perssik mengungkapkan kemarahannya dengan menyebutkan beberapa persoalan dan aib pribadi mantan suaminya di antaranya menilap uang miliknya selama menjadi suami dan dianggap kerap melakukan pencitraan di hadapan media. Bentuk pelanggaran yang sama juga terjadi di Program Siaran “Selebrita Heits” di Trans 7 tanggal 4 Agustus 2022 pukul 09.35 WIB.  

Adapun pelanggaran yang ditemukan KPI pada Program Siaran “Hunting” Net terjadi di tanggal 05 Agustus 2022 pukul 12.15 WIB. Acara yang berklasifikasi R13+ membahas konflik perceraian rumah tangga a.n. Jonathan Frizzy dengan mantan istrinya a.n. Dhena Devanka. Dalam tayang terdapat visual pertengkaran di antara keduanya, rekaman tayangan saat gedor pintu, chat melalui telepon seluler, dan status di media sosial yang saling membongkar aib.

Berdasarkan Peraturan KPI Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Pasal 13, lembaga penyiaran wajib menghormati hak privasi seseorang dalam memproduksi dan/atau menyiarkan suatu program siaran, baik siaran langsung maupun siaran tidak langsung.

“Kami menegaskan penyiaran tentang persoalan privasi sudah diatur jelas dalam P3SPS. Penyampaian isi tayangan seperti harus disampaikan dengan hati-hati, memperhatikan dan memahami bahwa tayangan tersebut jangan sampai mendorong berbagai pihak yang terlibat dalam konflik mengungkapkan secara terinci aib dan atau kerahasiaan masing-masing pihak yang berkonflik. Tidak merusak reputasi objek yang disiarkan dan tidak memperburuk keadaan objek yang disiarkan. Unsur ini yang tidak boleh disiarkan,” jelas Wakil Ketua KPI Pusat, Mulyo Hadi Purnomo, Rabu (24/8/2022).

Selain itu, dalam Pasal 14 Ayat (1) P3 disampaikan bahwa lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran. 

“Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran. Apakah tayangan tersebut sudah ramah dan pantas untuk mereka karena kita harus mengantisipasi dampak yang disebabkan dari tayangan tersebut. Pengungkapan privasi, aib, dan konflik perceraian tidak sepantasnya ditonton atau didengarkan anak. Jangan sampai hal seperti itu dianggap perilaku yang wajar," tambah Mulyo Hadi.

Berdasarkan klasifikasi program acara, ketiga program siaran ini dilabeli klasifikasi R (remaja) atau R+BO. Artinya, program dengan klasifikasi demikian mestinya mengandung muatan, gaya penceritaan dan tampilan yang sesuai dengan perkembangan psikologis kalangan remaja. 

“Apakah bentuk tayangan seperti itu pantas buat mereka, tentunya tidak. Inilah yang harus dipahami pihak lembaga penyiaran dalam memberi kategori atau klasifikasi penonton programnya. Jangan sampai salah sasaran sehingga memberi dampak yang tidak baik. Belum lagi jika ada anak dari hasil pernikahan mereka,” tutur Mulyo.

Mulyo mendorong setiap program siaran dengan klasifikasi seperti ini mestinya diisi dengan konten yang mengandung nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan, nilai-nilai sosial dan budaya, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik, serta penumbuhan rasa ingin tahu remaja tentang lingkungan sekitar. “Jangan sampai tayangan tersebut justru mendorong remaja belajar tentang perilaku yang tidak pantas atau membenarkan perilaku membuka privasi dan aib itu sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari mereka,” ujarnya.

Terkait pemberian sanksi itu, Mulyo meminta kepada ketiga stasiun televisi agar menjadikan teguran ini sebagai bahan evaluasi internal dan perbaikan ke depan sehingga pelanggaran serupa tidak terulang. “Kami berharap hal-hal seperti ini tidak terjadi sehingga tayangan kita makin baik, aman dan ramah untuk siapa pun termasuk anak kita,” tandasnya. ***

 

 

Banyuwangi -- Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Hardly Stefano, melakukan kunjungan kerja ke Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (18/8/2022). Dalam lawatannya, disampaikan pentingnya penguatan literasi media ke masyarakat dengan menggandeng kalangan akademisi. Dia berharap kerja sama ini dapat menguatkan nalar masyarakat untuk cerdas bermedia.

Hardly menyampaikan, sebagai regulator penyiaran, pihaknya memiliki kewajiban untuk menegakkan fungsi penyiaran yang sehat serta berkualitas dan ini dimulai dari lingkungan kampus. Menurtunya, para agen intelektual yang ada di kampus merupakan kepanjangtanganan KPI untuk sosialisasi dan literasi ke masyarakat. 

“Sebagai representasi publik, KPI merasa terpanggil untuk menunaikan tugasnya dimulai dari kampus,” kata Hardly. 

Lebih lanjut, Hardly mengatakan, melalui kerja sama Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) yang menjadi program prioritas KPI, masyarakat wajib mendapatkan pengetahuan lebih misalnya tentang apa itu digitalisasi. 

Terkait digitalisasi ini, Hardly menyampaikan ragam manfaat yang dapat dihasilkan dari peralihan siaran analog ke digital yang salah satunya akan ramainya konten kreator di Indonesia. Dan, sebagai generasi muda, dia berharap ke depan mahasiswa Indonesia memiliki kompetensi membuat sebuah konten siaran yang berkualitas serta mengedukasi masyarakat. 

“Oleh karenanya, KPI ingin masyarakat dapat memahami bagian dari unsur digital, bukan sebagai penikmat saja, tapi bagaimana ikut meramaikan era ini dengan melahirkan karya yang apik,” imbuh Hardly.

Dalam kesempatan itu, Rektor Untag 1945 Banyuwangi, Dr. Andang Subahatiyanto, menyatakan apresiasinya kepada KPI yang siap bekerja sama dengan pihaknya untuk menggelar kegiatan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa. Senada dengan pernyataan Hardly, pihaknya merasakan ada sebuah kebutuhan literasi kepada mahasiswa sebagai distributor informasi yang menyejukan. 

“Karena mahasiswa ini kan bersentuhan langsung ke masyarakat, saya menyambut baik jika ke depan program unggulan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa yang digagas KPI ini bisa ikut serta dalam kegiatan di kampus kami,” tutur Andang. Maman/Editor: RG dan MR

 

 

Jakarta -- Tepat pada 17 Agustus 1945, Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi dengan lantang di hadapan rakyat yang hadir menyaksikan di jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta. Teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut disusun oleh Soekarno, Ahmad Soebardjo, dan Mohammad Hatta yang kemudian diketik oleh Sayuti Melik.

Kabar mengenai dibacakannya proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut disebarkan melalui banyak cara, termasuk siaran radio. Radio Hoso Kyoku yang kini dikenal sebagai Radio Republik Indonesia, turut andil dalam penyebaran proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Berita mengenai telah dibacakannya teks proklamasi oleh Soekarno bisa sampai ke Bandung karena adanya pesan melalui telegram ke kantor berita Domei Bandung. Telegram adalah salinan pesan yang dikirimkan melalui telegraf, alat untuk menerima dan mengirimkan sinyal elektromagnetik yang isi pesannya berupa kode morse.

Menurut Ahmad Mansur dalam buku Api Sejarah 2, proses penyiaran proklamasi 17 Agustus 1945 tidak semudah saat ini. Karena radio milik rakyat Indonesia beserta gelombang luar negerinya disegel oleh tentara Jepang.

Sakti Alamsjah, Sam Amir dan Darja melakukan penyiaran secara berulang sehingga dunia mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Berkat keberhasilan tersebut, sekutu mengetahui bahwa Hindia Belanda telah lepas dari masa penjajahan Belanda dan telah berubah menjadi Republik Indonesia.

Jepang marah ketika menyadari bahwa berita tentang dibacakannya teks proklamasi telah sampai ke luar negeri terutama negara sekutu. Sehingga Jepang terus berupaya menghancurkan segala hal yang menyangkut dengan Kemerdekaan Indonesia.

Namun hal tersebut tidak menghentikan para pemuda Indonesia untuk terus menyebarkan berita dan bergembira atas kemerdekaan Indonesia. Menurut beberapa sumber, gedung yang pernah studio Radio Hoso Kyoku itu kini telah berubah menjadi kawasan industri di Bandung dan sempat berpindah-pindah kepemilikan.

Walaupun begitu, kita masih dapat melihat simbol sejarah berupa stilasi atau tugu berbentuk pilar pemancar sinyal radio 25-35 meter. Menjadi bukti bahwa Hoso Kyoku pernah berdiri tegak dan gencar melakukan penyiaran proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Kabarnya, lahan yang dulunya merupakan halaman dari gedung Radio Hoso Kyoku telah menjadi pelataran Gereja Kristen Immanuel Gloria. Lokasinya berada di dekat lapangan Tegalega, jalan Moh. Toha, kota Bandung. Pembaca bisa mendatangi lokasi tersebut untuk bisa melihat langsung sisa-sisa peninggalan bangunan studio Radio Hoso Kyoku.

Aksesnya juga mudah, bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, jarak tempuhnya sekitar 6.9 kilometer dari gerbang tol Pasteur dengan waktu tempuh sekitar 20 menit melalui jalan Lengkong Besar. Red dari berbagai sumber

 

Jakarta - Gedung Pelni merupakan saksi bisu bagaimana detik-detik berita Proklamasi tersiar sampai Surabaya. Pada zaman Jepang, gedung yang berada di Jalan Pahlawan itu merupakan kantor berita Domei.

Domei Tsushinsha atau Domei adalah kantor berita milik Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia ke-2. Kantor berita Domei di bawah kendali Kementerian Komunikasi dan Perang Jepang yang tersebar dan berjejaring di luar negeri.

Meski di bawah kendali Jepang, namun kantor berita Domei punya peranan penting dalam menyiarkan berita Proklamasi. Meski demikian, penyiaran itu harus kucing-kucingan dengan Hodokan (lembaga sensor pemerintah pendudukan Jepang).

Pada Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan Soekarno-Hatta. Usai dibacakan, Hatta memerintahkan agar berita ini disiarkan ke penjuru negeri.

Perintah ini selanjutnya dilaksanakan Adam Malik dengan menghubungi kantor berita Domei di Jakarta. Ia meminta para markonis untuk menyiarkan berita Proklamasi tanpa harus meminta izin Hodokan.

Berita Proklamasi dari kantor berita Domei Jakarta ini disiarkan dengan sandi morse akhirnya sampai di kantor berita Domei di Surabaya. Sandi morse tersebut tiba pada shift kedua yang saat itu dijaga oleh dua orang markonis Jacob dan Soewardi.

Ady Setyawan dalam bukunya "Surabaya di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu?" menjelaskan teks morse proklamasi diterima oleh dua markonis yakni Jacob dan sumadi atau Soewardi. Versi lain menyebutka Jacob dan Soewardi menerima teks morse itu tepat pada pukul 11.44 WIB.

Keduanya saat itu tengah bertugas pada shift kedua yakni antara pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB. Berikut pesan morse yang diterima Jacob dan Soewardi:

bra djam 12.00 aug tg.17

domei 007 djakarta = (proklamasi)

kami bangsa indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan indonesia titik

hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dll diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja titik

djakarta hari toejoeh belas boelan delapan 2605 titik

atas nama bangsa indonesia soekarno strip hatta

rd at 1205

Masih menurut Ady, usai menerima teks morse proklamasi tersebut, Jacob selanjutnya meneruskan teks ke bagian redaksi yang digawangi Bintarti dan Soetomo alias Bung Tomo.

"Morse yang diterima Jacob selaku markonis langsung diteruskan ke bagian redaksi Bintarti dan Soetomo, berita diteruskan juga secara berantai dari mulut ke mulut," tulis Ady seperti dikutip detikJatim.

Kabar Proklamasi ini akhirnya terdengar juga oleh surat kabar Soeara Asia. Kebetulan gedung Soeara Asia bersebelahan dengan gedung kantor berita Domei.

Mendengar kabar ini, surat kabar Soeara Asia berniat menayangkannya. Namun buru-buru niat itu urung dilakukan karena pihak Jepang memberi klarifikasi dan membantah berita Proklamasi tersebut.

"Soeara Asia adalah surat kabar di Jawa Timur dengan penyebarannya hingga Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Awalnya mereka berniat segera menaikkannya menjadi berita. Namun karena segera datang berita bantahan mereka menjadi ragu dan berinisiatif untuk mencari kebenaran berita tersebut langsung ke Jakarta," papar Ady.

Pada sore hari itu, Soeara Asia segera melakukan konfirmasi ke Jakarta terkait kebenaran berita Proklamasi. Setelah yakin berita tersebut benar. Maka Soeara Asia segera menayangkannya dan menjadi headline.

Soeara Asia sendiri baru bisa menayangkan berita Proklamasi itu pada tanggal 18 Agustus 1945. Sedangkan berita yang ditayangkan tanpa memuat isi teks Proklamasi. Red dari berbagai sumber/detik

 

 

Jakarta – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mendorong seluruh insan penyiaran untuk produktif dan meningkatkan porsi tayangan yang berkualitas dan mendidik sehingga dapat mewujudkan tayangan yang ramah anak.

"Konten media yang ramah anak perlu terus didorong untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. Mari kita selamatkan generasi penerus bangsa dengan tidak membiarkan mereka terpapar tayangan negatif yang akan mempengaruhi kecerdasan, perilaku dan kepribadiannya," ucapnya dalam acara Anugerah Penyiaran Ramah Anak (APRA) yang diselenggarakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sabtu (13/8/2022).

Media penyiaran, lanjut Menteri PPPA, memiliki peran penting dalam menyebarluaskan informasi bagi masyarakat, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, media penyiaran sangat diharapkan dapat menyebarluaskan informasi dan materi edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat, mulai dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, maupun kesehatan. Tak dapat dipungkiri, berbagai acara dan program penyiaran tersebut berdampak dan berkontribusi membentuk karakter anak.

Ia menambahkan, pemenuhan hak anak untuk mendapatkan informasi yang layak telah dijamin dalam Undang-undang Perlindungan Anak Pasal 56 ayat (1) yang memberikan mandat kepada Pemerintah untuk mengupayakan dan membantu anak menerima informasi lisan dan tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak. Meski begitu, dalam mewujudkannya pemerintah membutuhkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat khususnya media massa untuk menebar informasi positif bagi anak.

Oleh karena itu, Menteri PPPA mengapresiasi kerja keras dan upaya insan media massa yang telah menghasilkan karya-karya yang berkualitas untuk anak-anak Indonesia dan mewujudkan pemenuhan hak anak untuk mendapatkan informasi yang layak melalui tayangan yang ramah anak.

Hal tersebut sejalan dengan amanat Undang-undang Penyiaran yang menyatakan bahwa isi siaran harus dapat memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus yaitu anak dan remaja. Salah satu caranya yakni melalui produksi tayangan yang layak anak dan memberikan batasan jelas tentang informasi yang dapat diakses anak.

Dalam  kesempatan yang sama, Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, berharap diselenggarakannya APRA dapat memotivasi media untuk konsisten memproduksi konten yang layak ditonton anak-anak.

"Tujuan KPI mengadakan APRA setahun sekali adalah sebagai upaya memotivasi TV dan radio untuk memberikan konten yang ramah pada anak. Bagi TV dan radio yang memenangkan anugerah diharapkan bisa bertahan dan menjadi standar untuk lembaga penyiaran lainnya untuk membuat konten yang ramah anak," ungkap Agung.

Ia menambahkan, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 yang diadakan Badan Pusat Statistik (BPS) 27 persen penduduk terdiri dari Generasi Z dan 10 persen terdiri dari Post Gen Z yang berusia anak dan remaja. Oleh karenanya, produksi konten TV dan radio yang positif perlu didukung. ***/Foto: AR

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.