- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 2660
Jakarta – Tantangan media penyiaran khususnya radio menghadapi era digital dan media baru sangatlah besar. Dinamika dari berkembangannya teknologi ini adalah sebuah keniscayaan dan tidak bisa dihindari. Karenanya, agar radio tetap relevan dengan situasi sekarang, radio harus adaptif.
Pandangan tersebut disampaikan Ketua KPI Pusat, Ubaidillah, dalam sambutannya sebelum membuka Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) XVI di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Perubahan itu, lanjut Ubaidillah, tidak hanya menjadi tantangan tapi juga membuka peluang bagi radio untuk berkembang. Apalagi keberadaan radio di banyak daerah di tanah air masih menjadi primadona bagi masyarakat.
“Di daerah-daerah masih banyak yang mendengarkan radio, akan tetapi dengan alat yang sudah berbeda. Ini tantangan sekaligus peluang. PRSSNI perlu merespon ini dengan adaptif agar radio tetap relevan,” tegasnya di depan ratusan peserta yang hadir dalam Munas tersebut.
Berdasarkan data di KPI, jumlah radio di Indonesia yang telah mendapatkan izin tetap nyaris menyentuh 2000 lembaga penyiaran. Menurut Ubaidilllah, jumlah radio yang tidak sedikit itu berpengaruh pada penetrasinya yang luas menjangkau masyarakat.
“Ini menjadi peluang yang sangat besar, untuk menjadikan radio sebagai medium informasi yang mempersatukan, menggugah rasa kecintaan kita kepada Indonesia, sekaligus mempererat tali persaudaraan antar sesama,” ujar Ubaidillah.
KPI meyakini radio dan TV tetap menjadi media yang bertanggung jawab, selalu mengacu pada asas faktualitas dan kebenaran. Sehingga keduanya dapat dijadikan sebagai media penjernih atau verifikator dari informasi yang nirfakta dan hoaks.
“Ke depan, kita akan menghadapi momentum politik yakni Pemilu. Pemilu secara serentak ini membutuhkan informasi yang valid, informasi yang tidak membingungkan bagi publik, serta memberikan nilai edukasi. Untuk itu, harapan kami ada pada televisi dan radio, dan utamanya, wabil khusus kepada PRSSNI dan seluruh anggotanya,” pinta Ketua KPI Pusat yang dalam kesempatan acara ikut didampingi Anggota KPI Pusat, I Made Sunarsa.
Ubaidillah juga meminta PRSSNI terus bersemangat menyediakan konten siaran yang berkualitas, kreatif dan sesuai kepentingan publik. “Semoga ini menjadi pijakan untuk terus menumbuh-kembangkan industri penyiaran radio di Indonesia,” katanya dalam Munas bertemakan "Radio Stays Relevant".
Sementara itu, Sekretaris Umum PRSSNI, Muhammad Rafiq, menyampaikan harapan Ketua Umum PRSSNI Erick Thohir agar Munas kali ini dapat merumuskan sebuah kebijakan yang bisa membawa arah pembaharuan bagi industri radio di Indonesia. Pasalnya, saat ini industri penyiaran baik radio maupun televisi dalam kondisi yang tidak baik, karena adanya distrupsi dan ledakan digital yang semakin masif.
Berdasarkan data Nielsen Audio Measurement 2022, jumlah durasi penonton televisi semakin berkurang yakni sudah di bawah 2, bahkan sudah 30 menit.
Sementara itu, menurut data pengurus pusat PRRSNI bidang pembangunan usaha di 2019 iklan di radio mencapai Rp1,7 triliun. Namun angka ini mengalami penurunan hingga 40 hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Oleh karena pak Erick berharap agar hari imi bisa merumuskan sejumlah program yang dapat mengembalikan situasi itu, mengembalikan semua kebaikan di industri penyiaran khususnya radio," kata Rafiq.
Rafiq berharap semoga ke depannya anggota dari PRRSNI dapat bersaing dan beradaptasi di tengah tingginya masyarakat Indonesia dalam mengakses internet. ***