- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 17135
Denpasar - Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis menyatakan, kondisi pandemi sekarang berdampak kurang baik pada beberapa sektor kehidupan, salah satunya hiburan dan pariwisata. Kenyataan yang dihadapi para pengusaha di bidang ini, mereka harus berpikir ulang tentang usaha dan menyiapkan strategi yang cermat guna menyisiasati kehidupannya.
Merujuk data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tercatat hingga akhir 2020, total kerugian sektor pariwisata Indonesia akibat pandemi Covid-19 yang dibarengi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kurang lebih mencapai 10 trilyun Rupiah.
"Di tahap awal pandemi tahun 2020, terlihat penurunan drastis jumlah wisatawan. Meskipun sekarang secara perlahan sektor pariwisata sudah mulai dibuka kembali, butuh waktu dan proses agar kenaikan wisatawan bisa seperti sedia kala," ungkap Yuliandre saat menjadi pemateri dalam kegiatan Desiminasi Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2020 dengan tema "Peran Penyiaran Untuk Kebangkitan Pariwisata Bali" di Westin Hotel, Bali, Kamis (22/4/2021).
Terkait hal itu, lanjut Yuliandre, salah satu upaya yang dapat dipakai membantu kenaikan ekonomi pariwisata adalah dengan memanfaatkan media penyiaran. Peranan media sebagai wadah untuk melakukan aktifitas promosi obyek wisata dirasa sangat tepat sasaran. Beberapa program yang ada di lembaga penyiaran harus terus dikembangkan dengan tujuan mempromosikan wisata budaya di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KPI Pusat, salah satu kategori program yang dinilai dalam Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV adalah kategori program siaran wisata budaya. Dari beberapa riset tersebut, kualitas program televisi untuk kategori ini mengalami kenaikan. Pada riset 2020 lalu, kategori program wisata budaya mendapat angka indeks sebesar 3,44. Ini membuktikan secara umum semua TV telah mencapai angka indeks yang telah ditentukan KPI yakni di atas angka 3.00.
Yuliandre mencontohkan Stasiun TV dengan indeks tertinggi adalah TVRI dengan indeks sebesar 3.77, diikuti oleh Metro TV dengan indeks sebesar 3.66. "Pemanfaatan lain untuk meningkatkan pariwisata adalah dengan siaran iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di media penyiaran khususnya TV," tutur Yuliandre.
Dalam kesempatan itu, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali, Pande Agus Permana Widura, mengatakan kondisi pandemi membuat menurunkan angka pendapatan pengusaha di Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2020 menjadi yang terendah. Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi kumulatif Bali berada pada level minus 9,31 persen.
Pandemi yang memukul sektor pariwisata ini menjadi bahan evaluasi guna menggenjot sektor alternatif atau lainnya. Salah satu yang harus digarap lebih serius adalah pertanian. Untuk menggairahkan sektor pertanian, Pemerintah Provinsi Bali mendorong pemanfaatan teknologi. Sementara itu, tiga pelaku usaha yang paling terdampak wabah ini antara lain, pelaku usaha sektor akomodasi dan makanan-minuman yang turun hingga 87 persen. Pelaku usaha sektor transportasi dan pergudangan turun sebesar 85 persen serta pelaku usaha sektor jasa turun sebesar 85 persen.
“Kita juga perlu untuk melakukan inovasi dengan produk jasa yang bisa cepat beradaptasi. Kondisi seperti ini diharapkan dapat menyeimbangkan sektor ekonomi. Kini Bali harus mengembangkan industri alternatif untuk pemulihan ekonomi dan nilai produk Bali,” tandas Pande.
Disela-sela acara tersebut, KPI dan Universitas Udayana menandatangani kelanjutan kerjasama pelaksanaan Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV untuk tahun 2021. Penandatanganan MoU perpanjangan itu diwakili Komisioner KPI Pusat, Yuliandre Darwis dan Rektor Universitas Udayana. **/Man