Bandung - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mendukung Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai bentuk pengawalan terhadap lembaga penyiaran televisi. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi keynote speaker dalam Ekspos Hasil Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi periode 1 tahun 2020, yang digelar secara virtual, (8/12/2020). Turut hadir dalam acara ini antara lain, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Suprio, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar, Komisioner KPI Pusat, dan Para Ketua Asosiasi dari Lembaga Penyiaran. 

Suharso menegaskan, kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024, dan akan terus dilaksanakan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) hingga tahun 2024. Hasil riset ini akan bermanfaat apabila dijadikan acuan bagi lembaga penyiaran, khususnya televisi dalam memproduksi program siaran yang tidak hanya menghibur, namun juga memberikan informasi dan mendidik,” ujar Kepala Bappenas.

Oleh karena itu, diharapkan KPI dan mitra-mitra terkait untuk terus menciptakan iklim kondusif bagi berkembangnya kualitas program yang berpihak kepada kepentingan publik. Selain itu, hasil riset ini juga harus dijadikan bahan literasi bagi masyarakat, sehingga masyarakat semakin cerdas dalam memilah dan memilih program siaran atau tontonan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhannya. 

Dalam kesempatan Ekspos Hasil Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi periode pertama tahun 2020, KPI menyampaikan telah terjadi peningkatan nilai indeks  yang cukup siginifan terhadap sembilan kategori program siaran yang diteliti. Secara umum, dalam riset periode pertama di tahun 2020 nilai yang didapat adalah 3,14, dan ini menjadi nilai indeks tertinggi yang dicapai stasiun televisi sejak pertama kali riset digelar tahun 2017.

 

Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan Hardly Stefano Pariela mengatakan, KPI mengapresiasi capaian yang didapat dari hasil riset ini. Apresiasi ini, ujar Hardly, disampaikan tidak saja untuk lembaga penyiaran khususnya stasiun televisi yang telah menggunakan hasil riset untuk terus menerus memperbaiki konten siaran, tapi juga kepada masyarakat yang menjadikan riset ini sebagai panduan dalam memilih konten siaran. 

Pergerakan positif dari nilai indeks kualitas program siaran ini, ujar Hardly menunjukkan ada usaha yang besar oleh televisi dalam memperbaiki diri. Apalagi, tambah Hardly, hasil riset merupakan penilaian obyektif  yang didasarkan pada kaidah  ilmiah. 

KPI telah mengagendakan penyampaian hasil riset ini pada seluruh stakeholder penyiaran, termasuk pengelola televisi. “Agar dalam proses produksi siaran tidak hanya memperhatikan rating share dan jumlah pemirsa, namun juga menjadikan kepatuhan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) sebagai pertimbangan utama. Sehingga dapat dihasilkan program siaran berkualitas dan memberi inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutur Hardly. 

Secara khusus Hardly menyampaikan bahwa hasil riset ini merupakan bahan literasi dan referensi . “Kami berharap terjadi relasi yang dinamis antara proses produksi dan pilihan penonton yang distimulasi oleh hasil riset ini,”terangnya. Dengan demikian dapat mengantarkan dinamika penyiaran yang semakin baik dari waktu ke waktu. 

Lebih lanjut Hardly mengungkap, jika telah terwujud relasi yang dinamis antara penonton dan tontonan yang mendorong peningkatan kualitas konten, maka harapan selanjutnya dari KPI adalah terbentuknya ekosistem penyiaran yang memungkinkan tumbuhnya industri penyiaran yang sehat. “Kami berharap pada pengiklan sebagai bagian ekosistem industry penyiaran free to air, dapat menjadikan hasil riset ini sebagai pertimbangan dalam penempatan iklan,” tegasnya.

 

Bicara soal penempatan iklan, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indoensia (P3I) Janue Arijanto menyampaikan tanggapan tentang hasil riset yang diselenggarakan KPI ini. Menurut Janu, pengiklan saat ini bekerja memang berdasarkan pada penilaian matematis, seperti rating, jumlah penonton dan keterikatan atau engagement. Riset yang dilakukan KPI dengan menghasilkan nilai-nilai indeks untuk setiap program siaran, ujar Janu, dapat menjadi penyeimbang. Dalam perancangan komunikasi media, tentunya memiliki tujuan dan mengusung moral dalam komunikasi. “Kita juga mengenal brand safety,”terangnya. Karenanya jangan sampai kampanye atau iklan yang kita tempatkan menyasar pada konten-konten yang bermasalah baik secara politik, moral dan sosial.  Dirinya sangat menyayangkan kalau hasil riset ini hanya dapat dikonsumsi oleh KPI. Untuk itu Janu mengusulkan agar KPI dapat menyebarluaskan hasil indeks ini ke para pengiklan dan juga para perancang media atau media planner.  Dengan demikian mereka juga paham bahwa sudah ada matriks penilaian terhadap kualitas siaran televisi yang harus juga dijadikan pertimbangan.

 

 

Jakarta -- Dewan Juri Digital Movie Competition (DMC) 2020 yang terdiri dari Lola Amaria (Ketua Dewan Juri, Aktris sekaligus Sutradara), Teuku Rifnu (Aktor), Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua LSF), Benny Benke (Jurnalis dan Penyair), dan Fadhilah Mathar (BAKTI Kementerian Kominfo), menetapkan para pemenang DMC tahun 2020. Para pemenang diumumkan dalam acara puncak DMC 2020 yang berlangsung secara daring dari Hotel Grand Mercure, Jakarta Pusat, Senin (7/12/2020).

Adapun para pemenang yakni: 

KATEGORI UMUM

1. Putus Karang Taruna 03 XI Juara I

2. Jejak First Hand Technical Creative Juara II

3. Luka Luna Balai Budaya Rejosari Juara III

4. Setiti 4 Sehat 5 Obat Production Nomine I

5. Spensa TV Padaherang SPENSA TV Nomine II

KATEGORI KHUSUS PELAJAR

1. On The Radio SMKN I Rancah Pemenang.***

 

 

Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) segera mengumumkan pemenang Digital Movie Awards 2020 “Menjaga Indonesia”, Senin (7/11/2020) mendatang. Hingga batas waktu yang telah ditentukan, panitia telah menerima sebanyak 110 pendaftar yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Setelah diseleksi secara administrasi, ada 95 karya film pendek yang memenuhi syarat untuk dipertarungkan pada kategori umum dan pelajar. KPI menyampaikan terima kasih atas antusiasme peserta yang masuk dari berbagai wilayah termasuk dari daerah perbatasan. Waktu yang singkat bukan kendala. Meski secara kuantitas dan kualitas akan lebih baik jika kompetisi ini diberikan rentang waktu persiapan bagi peserta yang lebih lama. Tema yang agak spesifik menjadikan tantangan tersendiri bagi peserta.

Saat ini, tim juri lomba tengah melakukan penilaian terhadap seluruh karya yang telah melalui proses kurasi dari tim kurator KPI sebelum diserahkan kepada Dewan Juri. Nantinya, Dewan Juri akan memutuskan para pemenang lomba ini. Adapun Dewan Juri ini antara lain Lola Amaria,  Teuku Rifnu, Rommy Fibri Hardiyanto (LSF), Benny Benke, dan Fadhilah Mathar (BAKTI Kementerian Kominfo)

Wakil Ketua KPI Pusat, Mulyo Hadi Purnomo, mengatakan keputusan pemenang sepenuhnya ada di Dewan Juri yang secara kualitas dan kualifikasi telah teruji, berpengalaman, dan mewakili kepentingan lembaga penyelenggara. “Kami berharap pemenang kompetisi film pendek ini adalah karya-karya yang bermutu, bernilai, dan terbaik. Karenanya, Dewan Juri yang menilai adalah orang-orang pilihan,” katanya. 

Dia menjelaskan, seluruh karya yang masuk ke panitia melalui proses  verifikasi dan seleksi yang ketat. Semua film harus selaras dengan nilai-nilai yang ada dalam aturan khususnya Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI tahun 2012 dan ketentuan kompetisi ini.

“Ini artinya tidak boleh ada unsur yang bertentangan seperti siaran kekerasan, pornografi, SARA, anti NKRI dan hal lain yang dilarang dalam P3SPS. Hal-hal dasar ini menjadi perhatian utama tim kurasi kami dalam menyeleksi seluruh film yang dilombakan. Kita menginginkan film yang memang berkualitas secara isi tapi juga selaras dengan regulasi,” ujar Mulyo usai rapat dengan Dewan Juri, Sabtu (5/12/2020) .

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Juri, Lola Amaria, menyatakan seluruh karya film pendek yang masuk dalam klasifikasi adalah film-film terbaik. Dia sangat mengapresiasi antusiasme peserta ikut dalam lomba film pendek ini. “Semuanya kami anggap baik dan tidak ada yang jelek. Semuanya patut dihargai meskipun tidak menang,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Dewan Juri sekaligus Aktor Peraih Piala Citra FFI, Teuku Rifnu. Menurutnya, semua karya yang ikut lomba ini adalah pemenang. “Tetap semangat dan terus berkarya buat sineas Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Benny Benke, Jurnalis dan juga Penyair, berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan berkelanjutan. Menurutnya, kompetisi film menjadi wadah para kreator Indonesia untuk membuktikan kemampuannya. Sebagai kompetisi yang pertama dalam waktu penyelenggaraan yang sangat singkat, animo peserta ternyata luar biasa. ***

 

Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) berharap kompetisi film pendek digital atau Digital Movie Competition (DMC) dapat melecut berkembangnya industri konten di tanah air. Selain itu, kompetesi film pendek ini dapat melahirkan sineas-sineas baru maupun konten kreator yang berkualitas dan mumpuni.

Harapan itu disampaikan Wakil Ketua KPI Pusat yang juga PIC kegiatan Digital Movie Competition 2020, Mulyo Hadi Purnomo, di sela-sela acara puncak sekaligus pengumuman pemenang kompetisi film pendek Digital Movie Competition bertema “Menjaga Indonesia” yang berlangsung secara daring dari Hotel Grand Mercure, Jakarta Pusat, Senin (7/12/2020).

“Kami ingin perlombaan seperti ini menjadi pemicu lahirnya kreator-kreator baru dari kalangan umum dan pelajar yang nantinya akan menambah khazanah konten negeri ini. Kita membutuhkan banyak sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dalam industri konten. Apalagi saat ini zamannya sudah digital yang segala sesuatu dinilai secara kualitas dan juga kreativitas,” kata Mulyo.

Mulyo menjelaskan, kompetisi film yang terselenggara atas kerjasama dengan BAKTI dan Kemkominfo, diikuti 110 peserta lomba. Kebanyakan peserta berasal dari kalangan umum dan pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia. Dari 110 karya yang diperlombakan, panitia melakukan proses seleksi administrasi sehingga menyisakan 95 karya film pendek yang memenuhi syarat untuk dipertarungkan pada kategori umum dan pelajar. 

Kompetisi ini memperebutkan hadiah dengan total uang berjumlah 120 juta rupiah. Hadiah pertama akan memperoleh hadiah senilai 45 juta rupiah, hadiah kedua 30 juta rupiah dan hadiah ketiga 20 juta rupiah. Adapun pemenang khusus pelajar memperoleh hadiah sebesar Rp. 15 juta rupiah dan dua (2) pemenang nominee terbaik masing-masing sebesar 5 juta rupiah.

“Kami menyampaikan terima kasih atas antusiasme peserta yang ikut dalam lomba yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia termasuk daerah perbatasan. Waktunya memang singkat tapi ini bukan kendala. Selain itu, banyaknya peserta menjadi tanda bahwa kompetisi seperti ini diminati banyak orang walaupun temanya agak spesifik,” ujarnya.

Terkait tema lomba tersebut, Mulyo menjelaskan, pihaknya ingin memantik ketertarikan kalangan muda dan pelajar terhadap isu-isu sosial yang ada di masyarakat khususnya di wilayah perbatasan. Kesulitan mendapat siaran nasional, banjir siaran asing, hingga lebih kenal lagu kebangsaan negara tetangga adalah beberapa masalah tersebut.

“Lewat kompetesi ini, kami juga dapat memetakan masalah dan kesulitan yang dihadapi masyarakat di perbatasan serta daerah terpencil dan tertinggal lainnya. Ini menjadi masukan yang konstruktif untuk memperbaiki keadaaan kurang baik tersebut. Melalui kegiatan ini, kami juga ingin mengajak masyarakat turut serta mengkampanyekan spirit menjaga Indonesia termasuk daerah perbatasan,” tegasnya. 

Dalam kompetisi ini, untuk penilaian, KPI melibatkan tim juri yang kredibel dan berpengalaman di bidangnya seperti Lola Amaria (Aktris sekaligus Sutradara), Teuku Rifnu (Aktor), Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua LSF), Benny Benke (Jurnalis dan Penyair), dan Fadhilah Mathar (BAKTI Kementerian Kominfo). 

Sementara itu, Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, mengatakan kompetisi film pendek ini diselenggarakan salah satunya agar masyarakat atau yang membuat konten paham dan mengerti tentang digital teresterial. Menurutnya, hanya sedikit yang menyampaikan film tentang digital dalam kompetisi ini. "Artinya kegiatan sosialisasi tentang digital ini harus dilakukan secara massif," katanya.

Ketua Dewan Juri DMC 2020, Lola Amaria, melihat banyak bakat dan bibit baru dalam dunia film di Indonesia dari berlangsungnya kompetisi. Menurutnya, kompetisi film seperti ini harus dipersiapkan sejak jauh hari agar lebih banyak lagi karya yang ikut berlomba dalam kompetisi. "Jika ini dilakukan tiga bulan sebelum mungkin akan ada ribuan karya yang masuk," ujar.***

 

Jakarta - Usaha melakukan perubahan perilaku masyarakat agar selaras dengan protokol pencegahan penyebaran Covid19, memerlukan dukungan dari lembaga penyiaran yang menjadi rujukan masyarakat. Lembaga penyiaran diharapkan memberin narasi yang tegas bahwa kondisi pandemi saat ini belum berakhir. Dengan demikian timbul kesadaran pada masyarakat untuk tetap disiplin menjaga diri agar tidak tertular Covid19.  

Hal tersebut mengemuka dalam sosialisasi yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kepada lembaga penyiaran mengenai Keputusan KPI Pusat Nomor 12 tahun 2020 tentang Dukungan Lembaga Penyiaran Dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Persebaran Covid-19. Komisioner KPI Pusat Koordinator Bidang Kelembagaan Irsal Ambia mengatakan, KKPI ini merupakan tindak lanjut serta penegasan dari dua surat edaran sebelumnya terkait peran serta lembaga penyiaran dalam kondisi pandemi ini. 

Menurut Irsal, KPI berkepentingan untuk mengingatkan kembali pada lembaga penyiaran tentang protokol pencegahan Covid mengingat perkembangan terbaru dari persebaran virus ini semakin tinggi. Irsal mengapresiasi kontribusi televisi dan radio dalam menghadirkan iklan-iklan layanan masyarakat dengan muatan edukasi Covid19. Namun demikian, data di KPI menunjukkan beberapa program siaran di televisi tidak lagi disiplin dalam penegakan protokol pencegahan Covid. Padahal, televisi memiliki efek imitasi yang sangat besar pada publik. 

Hal ini disetujui oleh Sonny Hary B. Harmadi dari Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 yang menilai media punya peran penting dalam mengubah perilaku masyarakat dalam rangka pencegahan persebaran virus ini. Sonny berharap lembaga penyiaran dapat bersikap tegas pada pengisi acara yang tidak mau menggunakan masker saat penyiaran bersiaran. “Jika ada perilaku abai menggunakan masker atau tidak menjaga jarak yang muncul di televisi, akan berpotensi ditiru oleh masyarakat,” ujarnya. Sonny mengkhawatirkan, jika perilaku abai ini terus menerus muncul di televisi, maka masyarakat akan memiliki persepsi yang salah. “Seakan-akan semuanya sudah normal dan pandemi ini segera berakhir,” tukasnya. 

Sonny sendiri mengapresiasi hadirnya KKPI sebagai panduan bagi televisi dan radio untuk menyiapkan siarannya. Dia berharap, lembaga penyiaran dapat menghadirkan siaran kreatif yang menginspirasi masyarakat untuk tetap disiplin mencegah persebaran Covid ini. Dia mengusulkan agar televisi dan radio mengangkat kisah masyarakat kelas menengah bawah yang susah payah berjuang dalam mematuhi protokol kesehatan.

 

Dalam kesempatan itu hadir pula Prof. dr. Meiwita Paulina Budiharsana selaku Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 yang menyampaikan tentang bahaya sindrom paska Covid19 atau after effect syndrome.  Selain gejala fatigue (cepat lelah), sesak napas, dan nyeri dada, Meiwita mengingatkan adanya Brain Fog, atau kabut pada otak. Kondisi ini, ujar Meiwita akan membuat orang sulit berpikir atau tidak tahu harus berfikir apa. Hal ini tentu saja berpotensi menimbulkan frustrasi dan depresi. Padahal pekerjaan di industri televisi membutuhkan kreativitas tinggi yang harus didukung dengan kemampuan berpikir yang prima. “Kalau sampai terjadi memory problem atau brain fog, tentu lembaga penyiaran akan kehilangan orang-orang cerdasnya,” ungkap Meiwita. Karenanya dia sangat berharap agar Covid ini tidak dipandang remeh, agar industri penyiaran ini tidak kehilangan potensi cerdas dan kreatif. 

Panjangnya waktu yang dihadapi dalam pandemi ini, sangat dipahami oleh Meiwita akan menyebabkan turunnya tingkat kepatuhan di masyarakat. Dalam kondisi seperti inilah, peran lembaga penyiaran menjadi sangat penting untuk terus memberikan peringatan. “Keep reminding,” ujar Meiwita. Lembaga penyiaran menjadi tumpuan harapan, karena dapat menjangkau ratusan juta penduduk setiap hari. 

Beberapa perwakilan dari lembaga penyiaran menyampaikan pertanyaan dan masukan atas KKPI yang disosialisasikan hari ini. Diantaranya tentang perbedaan ketentuan antara KKPI dengan surat edaran dari Kementerian Komunikasi dan Informatika soal batas maksimal orang yang hadir dalam ruangan. Irsal memberikan penjelasan bahwa pengaturan batas maksimal tersebut agar tidak terjadi penumpukan dalam studio kecil yang ada di televisi.  Hal tersebut, ujar Irsal, agar tampilan keberadaan penonton di layar televisi tidak terlihat ramai. “Yang jelas, pesan yang ingin disampaikan adalah agar tidak terjadi penumpukan,” tambahnya. 

KPI sendiri sangat mengapresiasi kerja keras lembaga penyiaran untuk tetap patuh pada protokol kesehatan. Bahkan dalam Anugerah KPI 2020, secara khusus terdapat penghargaan pada lembaga penyiaran yang peduli terhadap pandemi. Dalam penutup sosialisasi Mulyo berharap dengan adanya peningkatan dari surat edaran menjadi KKPI ini, lembaga penyiaran dapat memberikan contoh kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Secara khusus Mulyo juga mengingatkan televisi dan radio agar memberikan informasi dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. “Pendapat pribadi ataupun opini pribadi soal Covid sebaiknya tidak disampaikan secara gegabah di televisi dan radio,” pungkas Mulyo.

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.