- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 4364
Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mendorong asosiasi perusahaan iklan dan pengiklan agar menjadikan hasil Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV 2020 yang dilakukan KPI bersama 12 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebagai salah satu acuan untuk menempatkan produk iklan dipasang pada program-program siaran TV. Program TV yang dimaksud tentunya yang selaras dengan hasil rekomendasi riset yakni baik secara penilaian dan berkualitas secara isi.
Pendapat tersebut disampaikan Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, usai membuka forum diskusi Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV Periode II tahun 2020 untuk wilayah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta, yang berlangsung secara daring, Jumat (13/11/2020).
“Hasil riset indeks KPI semakin lama semakin baik dan bagus. Hal ini tentunya dapat menjadi bahan pertimbangan yang menarik bagi para pengiklan selain hanya berpatokan pada share penonton saja untuk menempatkan produk iklannya di sebuah program acara,” kata Agung.
Tidak dipungkiri jika saat ini para pengiklan lebih memilih menggunakan data rating dari salah satu lembaga survey untuk menempatkan produk iklannya. Salah satu yang menjadi pertimbangan mereka adalah jumlah penonton atau share penonton dari sebuah program acara. Semakin banyak penonton dari program acara tersebut, efektifitas sebuah produk iklan makin tinggi menjangkau tujuan ekonominya.
“Ini memang menjadi catatan klasik. Mestinya pertimbangan kualitas dari sebuah acara menjadi acuan tambahan ketika pengiklan mau memasang produk iklannya. Riset KPI ini kan metodeloginya mengedepankan unsur kualitas, jadi akan sangat baik jika hal ini menjadi salah satu barometer para pengiklan beriklan di TV,” jelas Agung.
Dia menambahkan, permintaan agar pengiklan menjadikan hasil riset indeks kualitas KPI ini sebagai acuan beriklan juga sebagai bentuk dukungan terhadap esksitensi program acara berkualitas di TV. Jika produk iklan makin banyak ditempatkan di program acara yang baik, acara-acara ini akan bertahan dan makin bertambah.
“Pada akhirnya, tayangan di TV akan dipenuhi dengan siaran-siaran yang berkualitas dan orang-orang pun akan menjadikan tontonan baik ini sebagai kebiasaan. Dan ini akan memberi keuntungan dan nilai positif bagi pengiklan yang telah mendukung ke5beradaan program acara berkualitas bagi masyarakat. Memang ini butuh waktu, tapi jika ini dilakukan hal ini akan sangat baik bagi tumbuh kembang konten siaran kita,” ujar Agung.
Dalam kesempatan itu, Agung menceritakan permasalahan munculnya media baru yang jadi tontonan alternatif bagi generasi mileneal. Selain itu, trend penonton dalam melihat TV saat ini cenderung turun. Menurutnya, Ini fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia dan tidak hanya di Indonesia saja. Meskipun begitu, dia menilai hal ini tidak banyak memengaruhi penonton TV di tanah air.
“Saya melihat konten televisi Kita berbeda dengan konten televisi di luar negeri, utamanya di Asia Tenggara. Tayangan televisi Kita tidak konservatif. Orang Malaysia dan Brunei suka dengan tayangan lomba dangdut, bahkan banyak sinteron televisi digemari sampai ke Myanmar. Ini hal yang unik,” jelas Agung.
Di akhir sambutannya, Agung menyampaikan ucapan terimakasih kepada para akademisi yang terlibat dalam kegiatan riset indeks ini. Dia berharap, kalangan kampus terus memberikan dukungan terhadap pengembangan riset ini sebagai masukan dan acuan KPI membuat kebijakan.
Saat ini, mulai dari tanggal 10 hingga 16 November 2020, KPI sedang melakukan kegiatan Riset Indeks Kualitas Program Siaran TV Periode Kedua di tahun 2020. Riset ini melibatkan 12 PTN di 12 Kota di Tanah Air yakni Universitas Sumatera Utara (Medan), Universitas Andalas (Padang), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran (Jakarta), Universitas Padjajaran (Bandung), Universitas Diponegoro (Semarang), Universitas Negeri Sunan Kalijaga (Yogyakarta), Universitas Negeri Surabaya (Surabaya), Universitas Tanjungpura (Pontianak), Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Udayana (Denpasar, Bali), Unversitas Hasanuddin (Makassar), dan Universitas Pattimura (Ambon). ***/Foto:AR