- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 5769
Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, saat menyampaikan materi literasinya di depan siswa dan guru di Labuan Bajo, Kamis (14/11/2019).
Labuan Bajo -- Komisi Penyiaran Indonesia berupaya membentuk kesadaran masyarakat agar memilih dan menonton siaran berkualitas melalui kegiatan literasi media di sejumlah daerah. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan berkualitas, maka ratingnya pun akan meningkat. Sehingga program siaran berkualitas akan semakin banyak diproduksi. Hal itu disampaikan Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano dalam kegiatan literasi media di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (14/11/2019).
Menurut Hardly, pilihan stasiun televisi dalam memproduksi sebuah program siaran, sebagian besar ditentukan oleh pertimbangan berapa banyak penonton yang diukur berdasarkan angka rating.
KPI akan senantiasa menggunakan regulasi untuk mengawasi konten siaran yang ditayangkan oleh televisi. "Akan tetapi literasi juga penting untuk mendorong masyarakat untuk dapat menseleksi dan hanya menonton siaran yang berkualitas" tegas Hardly.
Selain itu, masyarakat harus mulai membincangkan dan menviralkan program siaran yang baik. Sedangkan program siaran yang buruk, cukup dilaporkan kepada KPI. Karena memviralkan program siaran yang buruk hanya akan membuat program tersebut semakin populer. “Sebaiknya sekarang adalah membicarakan tayangan yang berkualitas agar semakin populer, dan semakin banyak ditayangkan,” tandas Hardly.
Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, menganjurkan penonton televisi menggunakan cara atau tips dari pihaknya untuk memilih sebuah siaran yang pantas, aman, baik dan berkualitas. Tips ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya salah pilih tayangan yang justru akan berdampak tak baik bagi mereka.
Menurut Nuning, tips ini akan mempermudah masyarakat memilih dan memilah tayangan televisi, khususnya program siaran yang berkualitas. Publik bisa menentukan pilihannya dengan memperhatikan simbol klasifikasi tayangan. Kemudian pilih tayangan yang informatif, inspiratif dan edukatif.
Berikutnya, penonton harus meluangkan waktu untuk mengidentifikasi program yang akan dipilih. “Identifikasi itu bisa berupa pengecekan presenternya apakah berkualitas atau juga siapakah pemain filmnya. Setelah itu, yang harus kita lakukan terutama para orangtua adalah mendampingi anak yang belum masuk usia dewasa saat menonton. Pendampingan ini penting agar ada proses pembelajaran dan transfer pengetahuan dari orangtua ke anak saat mereka tidak mengerti apa yang mereka tonton,” jelasnya di depan peserta literasi yang sebagian besar siswa sekolah, guru dan ibu-ibu PKK.
Dia mendorong ibu-ibu penggerak PKK, khususnya yang ada di Kabupaten Manggarai Barat bersama KPI ikut mengawasi siaran lembaga penyiaran. Jika ada siaran yang dinilai melanggar, tidak pantas dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat atau hal buruk lainnya, segera melaporkan ke KPI atau KPID setempat.
“Kita menunggu peran aktif ibu-ibu dan juga para siswa untuk kritis terhadap tayangan. Jika hal ini sudah jadi kebiasaan, dampaknya akan baik terhadap perkembangan konten di tanah air. Masyarakat yang cerdas akan mengubah perilaku pembuat konten karena mereka menyesuaikan dengan keinginan besar masyarakat,” jelasnya.
Nuning juga mengingatkan bahwa tidak semua tayangan kartun di televisi aman untuk ditonton anak. Jika yang terdapat dalam tayangan kartun itu mengandung kekerasan, hal itu akan berdampak buruk terhadap perilaku anak. Dalam kesempatan itu, dia berpesan ke seluruh anak muda dan milenial yang hadir di acara tersebut untuk jadi duta penyiaran yang sehat, memberikan saran kepada KPI dengan mengadu di website KPI. **