Surabaya – Sejumlah program terobosan terus dikembangkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat bersama Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) se-Indonesia. Salah satunya adalah kreasi dari KPID Jawa Timur yang mengembangkan Program Sosialisasi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) dengan metode kuis bagi para insan penyiaran di Surabaya dan sekitarnya. 

Kuis tersebut dilaksanakan pada Rabu (22/5/2019) sore di Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Sekitar 35 peserta hadir mewakili lembaga penyiaran televisi lokal dan televisi berjaringan secara nasional yang ada di Surabaya dan sekitarnya. Tampak hadir pula beeberapa pengelola radio dari Bangkalan, Malang dan Trenggalek. Sedangkan Sekretaris Dinas Kominfo Prov Jawa Timur Ir. Dra. Aju Mustika Dewi, MM, bertindak memberikan sambutan pengarahan sekaligus membuka acara. 

Menurut Ketua KPID Jawa Timur A. Afif Amrullah, Kuis P3SPS ini terinspirasi dari kegiatan KPID Banten akhir tahun lalu. “P3SPS itu kan berisi ketentuan yang disusun dengan bahasa hukum, terbagi dalam bab, pasal dan ayat. Nah berdasarkan hasil evaluasi kami, kalau dijelaskan dengan model ceramah dan tanya jawab, seringkali terasa kaku dan suasana kurang hidup. Makanya, inspirasi dari KPID Banten kami kembangkan pola dan variasinya. Ternyata memang sangat efektif dan sesuai target. Peserta juga lebih antusias dan mudah memahami isi P3SPS,” jelas pria asal Lamongan ini.

Karena itu, tambah Afif, pola pembinaan dengan metode kuis ini akan terus dikembangkan dan diselenggarakan di berbagai kabupaten dan kota di Jawa Timur. Di Surabaya sendiri, kegiatan ini sudah dilaksanakan dua kali yang sebelumnya digelar pada Kamis (16/5/2019) di Aula Kantor KPID Jawa Timur Jl. Ngagel Timur 52-54 Surabaya.

Senada dengan itu, Abdul Mukti Muis, Direktur Radio Gita Segara Bangkalan yang menjadi peserta mengaku terkesan dengan Kuis P3SPS sebagai model baru pembinaan insan penyiaran. “Acara yang diselenggarakan oleh KPID Jawa Timur sangat menarik sekali, karena dengan system kuis, sistem game atau permainan, itu membuat peserta tidak boring, sehingga materi yang dipaparkan lebih masuk dan lebih mengena,” jelasnya. 

Di sisi lain, setelah melalui tiga babak, KPID Jawa Timur akhirnya menetapkan Abdul Muksi Muis sebagai Juara 1 P3SPS edisi kedua tersebut. “Alhamdulillah saya jadi juara satunya. Terima kasih kami ucapkan dan semoga KPID Jawa Timur tambah sukses,” pungkasnya. Red dari KPID Jatim

 

Ambon - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pattimura Ambon menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion) Panel Ahli Survei Indeks Kualitas Siaran Televisi Periode I yang digelar di Swiss-BelHotel Kota Ambon, Jum'at (22/5).

Diskusi bertujuan untuk memperbaiki kualitas program siaran televisi. Program siaran televisi diharapkan bukan sekadar memenuhi standar penilaian pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran, tetapi juga dapat melihat analisis pengaruh dari suatu tayangan program televisi.

Komisioner Bidang Kelembagaan KPI Pusat, Ubaidillah berharap kerja para intelek ini hasilnya kelak benar-benar bermanfaat untuk masyarakat secara luas serta menghasilkan masukan yang mendalam mengenai berbagai program acara yang di sajikan oleh lembaga penyiaran sesuai dengan tujuan UU Penyiaran yaitu ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara Dekan FISIP Universitas Pattimura Prof. Dr. Tonny Pariela MA. Menyampaikan Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang di lakukan oleh KPI Pusat bersama 12 Perguruan Tinggi ini adalah sebagai salah satu alat penentu kebijakan yang di keluarkan KPI.

Dengan Diskusi ini Unpatti berharap masyarakat mempunyai opsi terbaik dalam hal tayangan yang disajikan lembaga penyiaran sehingga unpatti mendorong pada diskusi kali ini mendapatkan pemikiran yang produktif sehingga pada saatnya nanti mendapatkan nilai yang konferhensif demi masa depan bangsa.

Diskusi ini menghadirkan sejumlah ahli dari daerah Maluku yaitu: Antasari Bandjar, SS., M.I.Kom dan Said Lestaluhu., S.Sos., M.Si. Kategori Berita dan Talkshow, Sandra I. Telussa S.Sos., M.Si dan Vransisca Kissya, SE., MA. Kategori Sinetron dan Anak, Fatmawati Rumra, S.Sos. M.Si. dan Selvianus Salakay, S.Sos Kategori Religi dan Wisata Budaya, Dra. D. L. Y. Lopulalan M.Si. dan Yustina Sopacua kategori Variety show dan Infotainment. Ujar Isma Dwi Fiani 

Para ahli tersebut hadir sesuai dengan kualifikasi yang diberikan oleh KPI yaitu orang-orang yang paham mengenai metodologi komunikasi, komunikasi massa, religi, sosial-budaya, psikologi, dan politik. Sambung Isma.

Pada diskusi yang di lakukan sebagian besar para panelis ahli berpandangan bahwa tayangan berkategori berita, sinetron dan infotainment memiliki efek yang kurang baik terhadapan masyarakat, sehingga memerlukan perhatian lebih khusus lagi. Tutup Achmad Zamzami pada penutupan Diskusi. ZA

 

 

Surabaya – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berharap kedalaman hasil riset indeks kualitas KPI terhadap tayangan televisi dapat menjadi acuan bagi pengiklan mencapai brand safety. Brand safety merupakan strategi agar produk iklan yang disampaikan tidak malah merusak nilai dari merek sebuah jasa pelayanan atau barang dagangan.

Harapan tersebut disampaikan Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, saat membuka Diskusi Kelompok Terpumpun atau FGD Panel Ahli Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2019 area Surabaya, Kamis (23/5/2019) di Hotel Bumi Surabaya, Jawa Timur. 

Menurut Nuning, perubahan nomenklatur kegiatan dari survei ke riset diharapkan tingkat kedalaman hasil juga semakin terlihat. “Sejauh mana program siaran itu mengedepankan prinsip kepentingan publik, nilai-nilai kemanusiaan, prinsip perlindungan anak dan remaja, nir kekerasan dan nir eksploitasi," tambahnya yang diamini Ketua KPID Jatim. Afif Amrullah serta Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya, Totok Susanto.

Hasil riset indeks ini, lanjut Nuning, diharapkan jadi rujukan bagi lembaga penyiaran untuk memperbaiki kualitas program siaran. Program siaran yang mengantongi nilai indeks kualitas yang tinggi dapat dijadikan "model" bagi lembaga penyiaran lainnya dalam memproduksi progam siaran. Sedangkan program siaran dengan indeks rendah diharapkan segera melakukan perbaikan,” katanya. 

“Nilai Indeks kualitas yang tinggi ini juga dapat dijadikan referensi bagi agensi iklan dan merek untuk melindungi brand mereka, dengan meminimalkan resiko iklan brand tampil di program siaran yang tidak berkualitas,” papar Komisioner KPI Pusat bidang Isi Siaran ini. 

Pada riset indeks KPI tahun ini, kategori program siaran yang menjadi objek survei ada 8 program siaran yaitu berita, talkshow, sinetron, anak, religi, wisata budaya, variety show dan infotainment. Sementara, tim panel ahli riset terdiri dari 8 orang yang memiliki keahlian dari berbagai bidang. ***

 

 

Medan - Program berita di televisi masih sangat terlihat adanya kecenderungan afiliasi pada pilihan politik pemiliknya. Hal tersebut dianggap membuat pemberitaan di televisi hanya mempertajam polarisasi dan segmentasi masyarakat. Itulah swbagian dari catatan para panelis ahli dalam Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi saat membahas program siaran berita, dalam Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) Panel Ahli di Medan, (23/5).

Muba Simanihuruk, sosiolog dari Universitas Sumatera Utara, salah satu panel ahli dalam FGD tersebut menyatakan, dirinya melihat adanya kecenderungan pemberitaan di televisi terlihat seragam. “Meskipun ada beragam televisi, tetapi pada dasarnya isinya sangat seragam,” ujar Muba. Muba juga melihat adanya kecenderungan televisi melakukan kapitalisasi polarisasi masing-masing kubu, yang disebabkan adanya koalisi dari pemilik televisi dan pimpinan partai politik.

Muba memahami bahwa televisi sulit menghindar dari keberpihakan. “Tapi basic true harus jelas disampaikan,” ujarnya. Tak heran kalau kemudian banyak yang merasa bahwa televisi menyajikan kebohongan secara telanjang pada publik. Muba pun mempertanyakan standar kompetensi dari para jurnalis di televisi, karena sangat terlihat jelas biasnya pemberitaan.

Adanya keberpihakan dalam pemberitaan di televisi juga diamini oleh panel ahli lainnya, Marina Azhari Nasution selaku praktisi media yang juga dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan. Dalam penilaiannya atas sample tayangan program berita, Marina memaparkan adanya keberpihakan tersebut. Catatan lain dari Marina adalah prinsip cover both side yang tidak lagi dilaksanakan dengan konsisten, narasumber yang tidak selalu ada, bahkan acap kali tidak lengkap 5W+1H-nya. “Anehnya, ketiadaan nara sumber justru pada pemberitaan  tentang kepentingan publik seperti berita bencana alam,” ujar Marina.

Marina juga menunjukkan pula program-program berita mana saja yang punya kecenderungan pada partai politik yang terafiliasi dengan pemilik televisi. “Media memang beragam, tapi apakah berita juga beragam?” tanya Marina. Selain itu Marina juga mencatat bahwa sudah ada televisi yang menyuarakan kelompok masyarakat yang tidak dapat bersuara, voice of the voiceless. Namun sayangnya masih berdurasi pendek saja.

Jika dikaitkan dengan kondisi sosial politik terkini Muba menilai hal ini ada kaitannya dengan akumulasi kebencian terselubung yang dibangun bertahun-tahun oleh media. Dia berharap agar pengelola televisi melakukan filter yang berlapis dalam menyajikan berita di tengah publik. Dengan demikian televisi tidak sekadar informatif, tapi juga memberikan edukasi pada publik, yang melampaui kepentingan politik dan kelompok. Nauli

 

 

Medan – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berharap hasil kajian panel ahli dalam riset indeks kualitas program siaran televisi 2019 mampu menghasilkan standar tinggi tayangan yang diproduksi lembaga penyiaran. 

“Pertemuan ini merupakan langkah untuk mencermati kualitas berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan terhadap tayangan televisi kita,” kata Komisioner KPI Pusat, Mayong Suryo Laksono, saat membuka diskusi kelompok terpumpun atau FGD Panel Ahli Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi KPI 2019 di Medan, Kamis (23/5/2019).

Mayong mengungkapkan, riset indeks kualitas siaran kali ini mengambil sampel tayangan lebih banyak dan jangka waktu pendalaman yang lebih lama dibanding riset atau survei sebelumnya. Diharapkan penilaian para ahli jadi lebih obyektif, representatif, dan mencerminkan wajah program televisi yang sebenarnya.

“Hasil riset ini akan kami sampaikan ke lembaga penyiaran, berupa hasil pengamatan dari 12 kota yang melibatkan 12 universitas. Bahkan, penilaian riset ini lebih disasar pada program siaran yang memiliki kualitas program yang baik,” tambah Komisioner KPI Pusat bidang Pengawasan Isi Siaran ini.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU), Muryanto Amin, mengatakan, riset indeks kualitas ini semakin baik dari kegiatan survei di waktu-waktu sebelumnya. Selain itu, riset ini bukan sebagai penanding dari riset yang sudah ada dan lebih ditujukan sebagai pelengkap data,  baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 

“Riset yang melibatkan para mahasiswa ini dimaksudkan juga sebagai pendorong untuk memberi pemahaman tayangan yang berkualitas dan tidak berkualitas. Riset indeks KPI ini dapat juga menjadi rujukan kalangan akademisi untuk melakukan pengkajian atau pendalaman data yang menghasilkan riset berkualitas.   

Sementara itu, Kepala Sekretariat KPI Pusat, Maruli Matondang,  menjelaskan, riset indeks ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan KPI. Kegiatan riset di Kota Medan, Sumatera Utara, yang bekerjasama dengan USU telah berjalan lima tahun, dan setiap tahun dilaksanakan tiga kali. Dia berharap hasil riset ini dapat mengubah dan memperbaiki kualitas tayangan TV di Indonesia. *

 

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.