- Detail
- Dilihat: 6549
(Bali) - Aktivis media penyiaran harus membuat sejarah dengan lebih mengutamakan kualitas siaran daripada pertimbangan rating. Media juga punya kesempatan untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dan petarung sejati, lewat siaran yang mendidik dan berkualitas. Bukan membudayakan sikap pragmatism dan tidak memiliki daya juang. Hal tersebut disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, dalam sambutannya di acara Malam Puncak Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-80 di Nusa Dua, Bali (1/4).
Secara tegas Tifatul mengingatkan, bahwa ancaman bangsa ini ke depan adalah disintegrasi bangsa. Karenanya media penyiaran harus mengambil peran untuk menumbuhkan rasa cinta atas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui program siaran yang baik. Selain itu, lewat media penyiaran pula “Indonesia Connected” dapat diwujudkan bukan sekedar sambungan infrastruktur dan pembangunan fisik semata, melainkan juga bangsa ini tersambung dan saling terkait melalui hati.
Dalam sejarah hadirnya penyiaran di bangsa ini, kita bisa melihat bagaimana peristiwa proklamasi kemerdekaan dan juga usaha mempertahankan kemerdekaan di Surabaya, disebarluaskan lewat media penyiaran bernama radio. Artinya, keberadaan penyiaran sudah lama member kontribusi yang besar bagi bangsa ini,ujar Tifatul
Ke depan, dirinya meminta, media penyiaran kembali pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. “Mari kita menorehkan sejarah”, ajak Tifatul. Dirinya mengutip hasil kunjungannya di Barcelona, Spanyol, tentang Broadband Economy. Menurutnya, broadband economy memang penting, tapi nilai-nilai luhur dan identitas bangsa ini jauh lebih penting untuk dijaga. Sekali lagi Tifatul menegaskan soal rating. Menurutnya, rating memang bpenting, tapi budaya kita dan nilai-nilai luhur bangsa ini jauh lebih penting untuk dijaga dan tetap hidup di masyarakat.
Terkait agenda nasional bangsa ini pada 2014, dalam acara yang juga dihadiri Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari ini, Tifatul mengharapkan kontribusi media massa untuk menghadirkan kepemimpinan nasional yang kuat. Sejarah bangsa ini telah berbicara, ketika kepemimpinan nasional tidak kuat, berbagai daerah bergolak, bahkan Timor TImur pun terlepas. “Apakah ada kebahagiaan yang hakiki ketika negeri ini terpecah menjadi kepingan-kepingan?”, ujarnya
Tifatul juga mendukung profesionalisme wartawan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, independensi, akurasi dan juga keberimbangan. Karena media yang memiliki jurnalis berkualitas, pasti mampu ikut menghadirkan calon-calon pemimpin bangsa lewat “pisau” analisa jurnalistik yang tajam.