- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 10587
Jakarta – Metode dan instrumen riset sangatlah diperlukan saat melakukan penelitian. Terlebih jika yang melakukan penelitian adalah lembaga riset komersial. Hasil riset harus dapat dipertanggungjawabkan. Karena biasanya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan tertentu
“Karena alasan itu kami berkunjung ke Nielsen Indonesia. KPID Jateng ingin meminta penjelasan serta diskusi tentang medode dan instrumen dalam riset rating televisi dan radio. Tujuannya untuk memetakan secara tepat posisi masing-masing stakeholders dalam mewujudkan penyiaran yang berkualitas,” kata Dini Inayati.
Kunjungan kerja dilakukan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah Asep Cuwantoro, Setiawan Hendra Kelana, Sonakha Yuda Laksono dan Dini Inayati ke Nielsen Indonesia, Rabu (25/7/2018).
Dini Inayati, mengakui, penelitian Nielsen dapat dipertanggung jawabkan. “Terkait program siaran televisi, penelitian mereka tentang kuantitas, bukan kualitas. Jadi meneliti apa yang masyarakat saksikan paling sering dan paling banyak. Bukan seberapa baik dan berkualitaskah siaran tersebut,” ungkapnya.
Inilah yang terkadang menjadi persoalan. Setelah kajian dilakukan, diharapkan akan ada iklan yang tertarik untuk tayang pada program siaran berating tinggi. “Nah, banyak perusahaan yang memilih menayangkan iklan pada program dengan rating tinggi. Sayangnya, banyak yang tidak memilih program siaran dengan rating tinggi dan berkualitas, itu menjadi persoalan. Walau tetap ada perusahaan yang mempertimbangkan keduanya, rating dan kualitas untuk memasang iklan,” kata Dini.
KPID berharap, dikatakan Dini, untuk merubah kebiasaan pola konsumsi siaran televisi maupun radio menjadi lebih baik, juga dibutuhkan peran serta perusahaan pemasang iklan agar tidak hanya berpatokan pada rating tinggi saja. “Rating tetap perlu. Tapi juga harus mempertimbangkan memilih program dengan rating tinggi dan berkualitas baik. Juga bagi lembaga penyiaran, agar selalu memproduksi siaran dengan baik, sehat, berkualitas dan sekreatif mungkin. Karena apa yang disajikan lembaga penyiaran, itulah yang akan dikonsumsi oleh masyarakat,” pungkasnya. Red dari KPID Jateng