Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menerima kunjungan studi media mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas), Senin (24/7/17), di Kantor KPI Pusat. Tiga Komisioner KPI Pusat, Sujarwanto Rahmat Arifin, Mayong Suryo Laksono dan Ubaidillah, menerima secara langsung kedatangan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas tersebut.
Dalam dialog dan tanya jawab antar Mahasiswa dengan Komisioner KPI Pusat, mengemuka beberapa persoalan antara lain mengenai keberadaan KPI di tengah media-media baru. Selain itu, soal peraturan KPI dan UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang dirasa tidak lagi dapat menyelesaikan persoalan-persoalan penyiaran masa kini. Dibahas juga masalah perizinan, keberadaan lembaga penyiaran di daerah, serta kualitas tayangan televisi dan sensor.
Terkait persoalan sensor, Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran KPI Pusat Mayong Suryo Laksono menekankan bahwa KPI tidak melakukan sensor baik mengaburkan atau mengedit gambar. "Pengeditan dilakukan oleh pihak televisi, barangkali karena kekhawatiran berlebih terhadap aturan KPI yang tertuang dalam P3SPS," kata Mayong.
Mayong juga menjelaskan dalam melakukan pengaturan atau memberi sanksi teguran lembaga penyiaran, KPI selalu berlandaskan pada konteks cerita secara keseluruhan.
Jakarta – Dewan Juri Anugerah Syi’ar Ramadhan yang berasal dari Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengumumkan nama-nama program acara televisi yang masuk nominee Anugerah Syi’ar Ramadhan tahun 2017, pekan lalu, Rabu (19/7/17).
Ada tujuh kategori yang diperlombakan dalam Anugerah Syi’ar Ramadhan tahun 2017 antara lain Kategori Talkshow, Kategori Ceramah, Kategori Feature/Dokumenter, Kategori Talent Search, Kategori Sinetron/Film, Kategori Realty Show dan Kategori Variety Show Religi.
Anugerah Syi’ar Ramadhan merupakan apresiasi dari KPI dan MUI terhadap program acara yang sesuai dengan semangat ramadhan, bermanfaat, mengajak orang untuk berefleksi, dan sesuai dengan konteks persoalan yang banyak dihadapi oleh umat. Upaya ini untuk mewujudkan siaran yang bermartabat dan berkualitas.
Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini, salah satu juri Anugerah Syi’ar Ramadhan, mengatakan proses penjurian dimulai dari proses penyisiran oleh tim asistensi. Setelah itu, seluruh program yang lulus penyisiran masuk penyeleksian Tim Dewan Juri. “Penyeleksian ini untuk melihat ada atau tidak potensi pelanggaran yang terdapat dalam program acara tersebut,” katanya.
Menurut Dewi, tim juri kemudian mengerucutkan nama-nama program acara antara 3 (tiga) sampai 5 (lima) yang masuk dalam nominee tiap-tiap kategori. Dari tiga atau lima nominee itu akan dipilih yang terbaik dan pengumumannya dilakukan pada saat Malam Anugerah Syi’ar Ramadhan pada Rabu tanggal 26 Juli 2017 di Balai Sarbini.
Dewi menambahkan ada yang membedakan Anugerah Syi’ar Ramadhan kali ini dengan sebelumnya yakni adanya penambahan Kategori Variety Show Religi dan Televisi Terbaik Syi’ar Ramadhan.
Berikut nama-nama program acara yang masuk nominee Anugerah Syi’ar Ramadhan tahun 2017:
A. Kategori Talkshow:
1. Syiar Ramadhan (Metro TV) 2. Serambi Islami (TVRI) 3. Tafsir Al Misbah (Metro TV) 4. Ramadhan Bersama Din Syamsudin (TVRI) 5. Kalam Kajian Islami (RTV)
B. Kategori Ceramah:
1. Cahaya Hati (Metro TV) 2. Tausiah Bersama Aa Gym (Trans TV) 3. Demi Masa (Metro TV) 4. Mutiara Hati Quraish Shihab (SCTV) 5. Tafakur (TVRI)
C. Kategori Feature/Dokumenter:
1. Hijab Traveler (Trans TV) 2. Journey of A Backpackers (Trans 7) 3. Muslim Travelers (Net TV) 4. Muslim Journey (Kompas TV) 5. Jejak Mesjid Nusantara (Kompas TV)
D. Kategori Talent Seacrh:
1. Semesta Tilawah (MNC TV) 2. Hafizh Indonesia (RCTI) 3. Aksi Asia (Indosiar)
E. Kategori Sinetron/Film:
1. Dunia Terbalik (RCTI) 2. Para Pencari Tuhan (SCTV) 3. Kita Pengen jadi Orang yang Bener (SCTV) 4. Tuhan Beri Kami Cinta (SCTV) 5. Amanah Wali (RCTI)
F. Kategori Realty Show:
1. Cerita Ramadhan (I News TV) 2. Menjaga Masa Depan (Global TV) 3. Ibuku Surgaku (TVRI)
Adapun Dewan Juri Anugerah Syiar Ramadhan terdiri lima orang yakni KH. Masduki Baidlowi (MUI), H. Asrori S. Karni (MUI), KH. Abdul Halim Sholeh (MUI), Nuning Rodiyah (KPI Pusat) dan Dewi Setyarini (KPI Pusat). ***
Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meminta lembaga penyiaran, khususnya stasiun televisi, melakukan evaluasi atas muatan komedi dalam program variety show yang hadir pada bulan Ramadhan. Mengingat ada kecenderungan terjadinya pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) lebih tinggi. Hal tersebut disampaikan Dewi Setyarini Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran dalam Evaluasi Siaran Ramadhan tahun 2017 di KPI Pusat (20/1).
Dikatakan Dewi, dalam pemantauan yang dilakukan KPI sepanjang bulan Ramadhan tahun 2017, didapati penambahan jumlah acara komedi yang dikemas dalam variety show. Dijadikannya variety show sebagai program andalan oleh Lembaga penyiaran selama bulan Ramadhan tentunya tidak senafas dengan semangat kekhusyukan Ibadah di bulan suci. Apalagi temuan dari pemantauan KPI menunjukkan program variety show tersebut memang masih terdapat bullying dan slapstick/ lelucon kasar, seperti yang muncul dalam Pesbukers Ramadhan, Sahurnya Pesbukers, Keluarga Gunarso, Komedi Sahur dan Sahurnya OVJ.
Secara kuantitas, ujar Dewi, pada tahun 2017 program Ramadhan berkurang jumlahnya dari 86 program di tahun lalu menjadi hanya 72 program saja. Sedangkan potensi pelanggaran yang masih mendominasi adalah pelanggaran Standar Program Siaran (SPS) pasal 9 tentang penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan, pasal 15 tentang perlindungan anak dan remaja, pasal 17 tentang perlindungan kepada orang dan masyarakat tertentu, dan pasal 37 tentang Klasifikasi R (Remaja).
KPI tentunya sangat menyayangkan muatan celaan, makian dan hinaan pada program Ramadhan ini. Dewi menilai, tidak sepatutnya pada program acara yang dikaitkan dengan bulan Ramadhan, namun justru diisi dengan candaan dan lawakan yang merendahkan martabat manusia.
KPI sudah memberikan peringatan pada program siaran yang memiliki potensi pelanggaran seperti dimaksudkan tadi. Selain itu, KPI juga memberikan pembinaan untuk dilakukannya perbaikan yang maksimal pada muatan komedi yang dikemas dalam konten tayangan variety show. Namun dibandingkan dengan tahun lalu serta evaluasi di lima belas hari pertama Ramadhan, KPI melihat adanya pengurangan pelanggaran baik dari segi intensitas dan juga derajat bullying.
KPI mengapresiasi bertambahnya variasi sinetron dengan tema religi dengan pesan moral yang kental. Meski pada Ramadhan tahun ini, menunjukkan adanya pengurangan program reality show dan ajang pencarian bakat (talent search) seperti tahun kemain.
Dari hasil evaluasi siaran Ramadhan ini, KPI berharap pengelola televisi menjalankan peran aktif dalam menyajikan tayangan berkualitas bagi masyarakat. Apalagi momentum Ramadhan kerap kali menjadi sarana untuk meningkatkan pemasukan melalui pendapatan iklan bagi lembaga penyiaran. Untuk itu, sudah sewajarnya masyarakat mempunyai hak mendapatkan program siaran dengan kualitas yang lebih baik.
Jakarta – Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis meminta lembaga penyiaran untuk meningkatkan kualitas tayangan Ramadhan ke depannya. Menurutnya, tayangan Ramdhan dengan kandungan nilai-nilai positif dan manfaat dapat melenjitkan kualitas spiritualitas umat. Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan acara Evaluasi Tayangan Ramadhan 2017 di Kantor KPI Pusat, Kamis (20/7/17).
“Saya meyakini lembaga penyiaran telah mempersiapkan tayangan – tayangan terbaiknya untuk mewujudkan spirit Ramadhan bersama masyarakat, karena kita tahu bersama, tayangan dan konten-konten yang ada di media pastinya memberikan dampak dan pengaruh yang besar bagi khalayak,” jelas Andre, panggilan akrabnya.
Dia juga berharap lembaga penyiaran berkaca dari tayangan atau program siaran pada saat ramadhan lalu. Apakah tayangan-tayangan tersebut sudah sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. “Sudah sesuai dengan Undang-undang Penyiaran, P3SPS KPI, maupun norma-norma agama. Peningkatan kualitas tayangan-tayangan ramadhan selanjutnya pun juga sangat diharapkan,” pintanya.
Meskipun masih terdapat pelanggaran berkaitan dengan siaran ramadhan, tambah Andre, realitasnya sejumlah lembaga penyiaran terbukti mampu membuat program siaran Ramadhan yang bagus.
“Kami mengapresiasi hal itu dan mendorong lembaga penyiaran yang lain juga melakukan upaya serupa. Artinya, sejumlah program siaran Ramadhan ternyata bisa dikreasikan dengan program yang sesuai dengan nuansa Ramadhan. Dan tentunya, hal ini terkait dengan kemauan dan kemampuan lembaga penyiaran yang bersangkutan,” jelas Ketua KPI Pusat ini.
Andre menyakini tayangan – tayangan Ramadhan yang bermartabat dan berkualitas masih bisa diciptakan. Harapan ini sesuai dengan keinginan masyarakat bahwa tayangan yang dapat menjadi tuntunan dalam meningkatkan spirit ramadhan dalam diri mereka dapat disediakan lebih banyak.
Sementara itu, Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Masduki Baidlowi mengatakan dari tahun ke tahun tayangan televisi di Indonesia tampak menggembirakan, khususnya pada saat Ramadhan. Karena itu, Masduki berharap agar tayangan di bulan Ramadhan yang baik tersebut tetap dilakukan di luar bulan Ramadhan. ***
Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) segera menyerahkan surat prakarsa kepada Presiden supaya menetapkan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) setiap tanggal 1 April dalam Peraturan Pemerintah atau Keputusan Presiden. Hal itu mengemuka dalam rapat persiapan penetapan Harsiarnas di Kantor Kemenkominfo, Rabu (19/7/17).
Komisioner KPI Pusat, Ubaidillah, hadir dalam rapat tersebut mengatakan, penetapan Harsiarnas dalam keputusan atau peraturan sudah ditunggu sejak lama. Menurutnya, penetapan ini akan menjadi momentum yang menguatkan bahwa setiap tanggal 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional.
“Sudah sejak pendeklarasikan di Solo pada tahun 2010, kami mendorong pemerintah untuk segera menetapkan tanggal 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional. Semoga penetapan yang di Solo itu sudah final,” katanya penuh harap.
Direkur Penyiaran Kemenkominfo Gerryantika menjelaskan setiap tahun sejak tahun 2010 peringatan Hari Penyiaran Nasional sudah diadakan rutin. Menurutnya, Hari Penyiaran ini merupakan puncak dari hari televisi atau radio. “Ini merupakan puncaknya. Kita gabung di sini. Hari lahirnya TVRI dan RRI,” katanya.
Gerry menegaskan akan melakukan paparan kepada menteri supaya beliau bisa menjelaskan harapan ini ke Presiden.
Sekretaris KPI Pusat Maruli Matondang menjelaskan, KPI telah mengadakan seminar yang mengundang para pakar sejarah sehingga ditetapkan ketika itu 1 april sebagai Hari Penyiaran. Hitungannya bukan tanggal kelahiran RRI atau TVRI tapi sebuah radio di Solo yang bernama SRV.
“Mulai tanggal 1 April 2010 setiap tahunnya, sudah diadakan peringatan hari penyiaran di sejumlah daerah dengan tema masing masing daerah. Waktu itu, kita berharap pada saat Harsiarnas di NTB sudah ditetapkan Hari Penyiaran dalam bentuk peraturan dan belum juga terlaksana hingga saat peringatan Harsiarnas di Bengkulu lalu. Kita harapkan 1 April 2018 dapat ditetapkan dalam bentuk peraturan pemerintah,” kata Maruli.
Sementara itu, Asdep Setneg yang diundang dalam rapat itu mengatakan penetapan 1 April sebagai hari penyiaran sangat berkaitan dengan kesejarahan. Tapi bisa juga karena sudah beruang ulang dirayakan akhirnya ditetapkan.
“Jika ada usulan dari kementerian terkait hal ini bisa jadi juga ditetapkan. Jika melihat kelengkapan data seperti Harsiarnas, hal ini justru lebih baik. Jika ini sudah diajukan ke presiden ini bisa jadi. Saran saya jika punya data ini segera sampaikan ke Presiden. Sebaiknya Menkominfo bisa jadi penghubung,” katanya.
Dia menyampaikan untuk dibuatkan izin prakarsa penyusunan rencana Kepres tentang Hari Penyiaran Nasional. “Nanti kami akan Presiden untuk berbicara soal ini. Soal beberapa lama turunnya kita belum tahu. Bisa cepat atau lama,” katanya. ***
Judul film series ini tidak elok/tidak pantas untuk dijudulkan "Jangan BERCERAI Bunda" untuk kata bercerai pada keluarga tidak elok di jadikan judul film.. apalagi nanti iklan-iklan cuplikan film itu diputar di tv siaran lokal yg ditonton oleh semua umur,termasuk balita,anak-anak,remaja,dewasa,dan orang tua. Alangkah buruknya klo anak melihat dan mendengar kata-kata itu.akan terbiasa untuk anak-anak dan remaja dengan istilah "BERCERAI". mohon dirubah untuk bahasa BERCERAI tersebut dengan BERPISAH, Atau "JANGAN PISAHKAN BUNDA"
Semoga KPI bisa lebih bijak melihat permasalahan ini. Terimakasih.
Pojok Apresiasi
Prawira Hendrik
Siaran TV Era Analog Rendah
ke
Siaran TV Era Digital Tinggi