Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano, didampingi Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini, Mayong Suryo Laksono dan Nuning Rodiyah, saat acara pembinaan program "Dahsyat" RCTI di kantor KPI Pusat, Selasa (23/1/2018).

 

Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) melayangkan peringatan tertulis untuk program acara “Dahsyat” di stasiun RCTI.  Acara yang ditayangkan RCTI pada 19 Januari 2018 menampilkan visualisasi yang berpotensi melanggar norma kesopanan. Hal itu ditegaskan Koordinator bidang Isi Siaran KPI Pusat, Hardly Stefano, usai acara pembinaan program acara “Dahsyat” di kantor KPI Pusat, Selasa (23/1/2018).

Ray Wijaya mewakili pihak RCTI menyatakan, telah melakukan permintaan maaf atas adegan yang terjadi di program “Dahsyat” beberapa waktu lalu. Dia menegaskan tidak ada niat sengaja untuk melecehkan kehormataan instansi terkait ataupun secara personal. Setelah kejadian itu, pihaknya telah melakukan permintaan maaf secara langsung kepada instansi TNI dan juga permintaan maaf secara terbuka kepada publik.

Hardly menegaskan bahwa permintaan maaf kepada pihak terkait, harus disertai dengan upaya perbaikan atas program siaran. Oleh sebab itu KPI Pusat juga meminta RCTI melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga dapat mengembalikan “Dahsyat” sebagai program yang menghibur, edukatif, inspiratif dan penuh manfaat.

“Evaluasi ini dimaksudkan supaya dikemudian hari kejadian yang sama tidak terulang dan program “Dahsyat” tidak lagi menampilkan hal-hal yang mengandung muatan negatif. Kami minta evaluasi meliputi kinerja team produksi, manajemen acara, konsep acara hingga pengisi acara,” tegas Hardly kepada perwakilan RCTI yang hadir pada pembinaan tersebut.

Menurut Hardly, proses perbaikan tidak bisa dilakukan sambil jalan karena dinilai kurang efektif. “Seluruh tim produksi harus melakukan perenungan yang mendalam, agar program "Dahsyat" dapat tetap menjadi siaran hiburan, namun dengan lebih banyak menghadirkan value yang positif kepada penonton.” kata Hardly.

Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah menambahkan, RCTI harus juga melakukan recovery internal khususnya pada tim “dahsyat” agar kembali mengingat aturan P3 dan SPS KPI yang di dalamnya termaktub soal norma-norma yang harus diperhatikan. “Koridor-koridor tersebut harus menjadi perhatian tim “Dahsyat”,” tegasnya.

Pernyataan senada juga disampaikan Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini. Menurutnya, RCTI harus dapat mengantisipasi dampak yang ditimbukan dari setiap acara yang akan mereka tayangkan . Antisipasi ini dapat meminimalisir terjadi pelanggaran dalam sebuah program.

Pihak RCTI mencatat dan berkomitmen untuk menjalankan semua arahan KPI. “Kami sepakat soal siaran itu harus menghibur dan bermanfaat. Karena itu, kami akan benar-benar  memperbaiki dan berusaha keras agar hal seperti itu tidak terjadi lagi,” kata Ray Wijaya. ***

Perwakilan RCTI dipimpin Ray Wijaya menghadiri pembinaan program "Dahsyat".
Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, didampingi tenaga ahli media KPI Pusat, Ira Naulita, saat menerima kunjungan mahasiswa Universitas Andalas, Senin (22/1/2018).

 

Jakarta -- Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat), Yuliandre Darwis, meminta mahasiswa menjadi agen perubahan yang positif di tengah masyarakat. Dia juga meminta mahasiswa tidak ikut-ikutan menyebar informasi negatif ke publik. Hal itu disampaikannya saat menerima kunjungan mahasiswa Universitas Andalas di kantor KPI Pusat, Senin (22/1/2018).

“Mahasiswa harus menjadi contoh yang baik dan mampu menciptakan dan memberi pesan positif bagi masyarakat,” katanya. 

Menurut Andre, panggilan akrabnya, mahasiswa komunikasi harus pandai merangkai sebuah pesan menjadi sesuatu yang baik dan positif. Pesan yang baik akan memberi dampak yang baik. “Karena itu, tidak perlu ikut-ikutan. Kalian  harus kreatif untuk maju,” paparnya.

Saat ini, populasi paling besar di Indonesia adalah anak muda hingga mencapai 60%. Angka ini dinilai Andre sebagai peluang untuk membangun kemajuan bangsa ini. Dari anak muda akan muncul pemimpin-pemimpin bangsa yang akan menggantikan pemimpin sebelumnya.

“Saya berharap kepada kalian jangan menjadi generasi yang konsumtif. Jadilah generasi yang penuh kreasi dan inovasi. Kelangsungan bangsa ini ada di pundak kalian,” tandasnya kepada puluhan mahasiswa yang memenuhi ruang rapat kantor KPI Pusat.

Sebelumnya, Ketua KPI Pusat menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana fungsi dan kewenangan KPI berdasarkan regulasi. ***

Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melihat adanya kecenderungan eksploitasi konflik keluarga dalam program Pagi-Pagi Pasti Happy yang tayang di Trans TV. Padahal, program siaran tersebut ditayangkan pada pagi hari yang masih merupakan waktu tayang untuk program anak. Sementara KPI sendiri tengah berusaha untuk membersihkan program sinetron yang hadir pada jam tayang anak, dari muatan konflik rumah tangga. Hal tersebut disampaikan Komisioner KPI Pusat koordinator bidang pengawasan isi siaran Hardly Stefano Pariela dalam acara pembinaan program siaran Pagi-Pagi Pasti Happy di Trans TV, (22/1). 

Di hadapan jajaran Trans TV yang juga dihadiri Direktur Operasional Trans TV, Latief Harnoko dan Kepala Departemen Produksi Trans TV Bisma Ali Satari, Hardly memaparkan beberapa tayangan program Pagi-Pagi Pasti Happy yang mendapatkan teguran dan peringatan dari KPI. Selain itu, aduan dari masyarakat yang sampai ke KPI atas program siaran ini mencapai 266 aduan. Hardly mengatakan bahwa dirinya tidak dapat melihat pada bagian mana program siaran ini dapat membuat pemirsanya senang atau happy, sebagaimana tujuan program ini disiarkan.

Pada kesempatan tersebut, Bisma menjelaskan konsep dasar program Pagi-Pagi Pasti Happy yang sudah tayang selama satu tahun. Beberapa waktu belakangan, ujar Bisma, program ini memang banyak mengambil isu yang viral di media sosial. “Harapannya, di program inilah isu-isu yang viral di media sosial bisa diluruskan,”katanya.

Namun demikian, Nuning Rodiyah (Komisioner KPI Pusat bidang pengawasan isi siaran) justru melihat program ini sarat dengan masalah privat yang dibuka ke publik pada jam tayang anak. “Anak-anak tentu akan melihat bahwa konflik rumah tangga dan pertengkaran yang vulgar di layar kaca menjadi hal yang lumrah dan berpotensi untuk ditiru,” ujarnya.

Sedangkan catatan dari Mayong Suryo Laksono (Komisioner KPI Pusat bidang pengawasan isi siaran) adalah tentang kehadiran anak-anak di studio yang tidak sesuai dengan konsep acara. “Anak-anak yang hadir pada program ini tentunya memiliki resiko berbicara yang tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyian dan Standar Program Siaran (P3 & SPS),” kata Mayong. Ia bahkan berharap konsep dasar dari Pagi-Pagi Pasti Happy direview ulang. Mayong menilai, kebijakan mengambil tema gosip dari dunia artis berpotensi “membunuh” para artis tersebut.

Di akhir acara, Hardly meminta pengelola program Pagi-Pagi Pasti Happy memberikan penguatan pada program ini agar terlihat jelas nilai/ value yang dibawa. “Program siaran harus punya tujuan yang jelas, serta kemanfaatannya bagi publik, jangan sampai program ini justru menjadi sarana mereproduksi gosip,” tegas Hardly.
 

Komiasioner KPI Pusat, Ubaidillah.

 

Jakarta – Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) meminta PT Net Mediatama Televisi atau NET TV meningkatkan durasi tayang untuk siaran iklan layanan masyarakat (ILM). Berdasarkan catatan KPI Pusat, tayangan ILM di NET TV persentasenya belum mencapai 10% dari seluruh waktu siaran iklan niaga per hari. Permintaan tersebut disampaikan KPI Pusat saat evaluasi tahunan lembaga penyiaran dengan NET TV di kantor KPI Pusat, Senin (23/1/2018).

Komisioner KPI Pusat, Ubaidillah, mengatakan NET TV wajib menyiarkan minimal 10% dari seluruh waktu siaran iklan niaga untuk menyiarkan iklan layanan masyarakat. Persentase tersebut sudah diatur dalam regulasi penyiaran yakni UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan P3 dan SPS KPI.

“Penayangan ILM di lembaga penyiaran jadi salah satu indikator yang dinilai KPI dalam evaluasi tahunan lembaga penyiaran. Bobotnya pun cukup besar. Jika persentase tayangannya yang dilakukan lembaga penyiaran mencapai angka 10%, nilainya pun akan bertambah,” jelas Ubaidillah di sela-sela acara evaluasi tersebut.

Menurut Ubai, panggilan akrab Komisioner bidang Kelembagaan KPI Pusat ini, materi ILM yang akan dibuat diutamakan soal penyiaran sehat, persatuan Indonesia, pembangunan karakter bangsa dan kebencanaan. “KPI dan lembaga penyiaran ikut bertanggungjawab melakukan edukasi soal bencana melalui iklan layanan masyarakat tersebut. Selain itu, kami minta materi ILM yang akan dibuat lebih kreatif dan tidak monoton,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Ubaidillah menyampaikan apresiasinya kepada NET TV yang memiliki kepedulian besar terhadap nilai kemanusiaan. Kepedulian tersebut dinyatakan NET TV dengan membuat program acara kemanusian. “Kami apresiasi NET TV yang punya program kemanusiaan tersendiri,” tambahnya.

Ungkapan yang sama juga disampaikan Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini. Menurutnya, program acara anak di NET dinilai mendekati ekspektasi KPI. “Selain bagus, tayangannya pun sudah cukup banyak,” papar Dewi. *** 

Suasana evaluasi tahunan lembaga penyiaran NET TV di kantor KPI Pusat.
Suasana evaluasi tahunan RTV di KPI Pusat, pekan lalu.

 

Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) menyoroti sedikitnya program acara anak di sejumlah lembaga penyiaran (televisi). Rata-rata setiap stasiun televisi menayangkan paling banyak hanya tiga program acara anak setiap harinya. Bahkan, ada lembaga penyiaran yang hanya punya satu program acara anak. 

Menurut Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, minimnya program acara khusus anak membuat anak-anak terpaksa menonton acara yang bukan peruntukan mereka (kategori remaja atau dewasa). Padahal, untuk usia dini seperti mereka konten yang disajikan harus aman, ramah dan edukatif, sehingga pesan yang disampaikan mampu menginspirasi mereka berbuat positif. 

“Kami, KPI Pusat, sangat peduli dengan perlindungan anak di media penyiaran. Kami terus mendorong lembaga penyiaran melakukan upaya pengembangan program acara anak. Karena itu, kami mengapresiasi RTV yang menyediakan slot lebih banyak untuk program acara anak. RTV memiliki prosentase program anak yang lebih banyak dibanding stasiun TV swasta lainnya,” kata Nuning disela-sela acara evaluasi tahunan lembaga penyiaran RTV di kantor KPI Pusat, Kamis pekan lalu (18/1/2018).

Selain waktu tayang lebih banyak bagi program acara anak, yang tak kalah penting adalah soal produksinya. Kebanyakan tayangan anak yang ditonton anak-anak berasal dari mancanegara alias asing seperti Hifi, Little Ronny, Pororo, Transformer, Super Girly dan acara asing lainnya. “Memang program tersebut menjadi alternatif bagi anak-anak di tengah minimnya acara anak untuk mereka. Tapi, alangkah baiknya jika yang ditampilkan itu merupakan konten anak produksi dalam negeri,” kata Nuning.

Terkait hal itu, KPI Pusat mendorong lembaga penyiaran melakukan pengembangan konten anak dalam negeri. Menurut Nuning, kekayaan alam dan budaya Indonesia yang melimpah dapat menjadi inspirasi untuk membuat program anak yang sesuai dengan karakter anak Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi lembaga penyiaran yang melakukan upaya ini. Hal ini akan memperkaya khazanah tayangan anak asli dalam negeri dan akan mengurangi ketergantungan kita terhadap konten-konten asing. Jangan sampai prosentase konten asing lebih dari 30%,” paparnya.

Komisioner KPI Pusat, Dewi Setyarini menyatakan, upaya lembaga penyiaran untuk memproduksi tayangan anak secara mandiri selaras dengan keinginan sejumlah pihak untuk memberi anak Indonesia tontonan yang memang pas bagi mereka. “Tayangan anak asli Indonesia sangat jarang sekali di layar kaca kita. Hal ini menjadi tantangan bagi kita semua termasuk lembaga penyiaran,” kata Dewi. ***

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.