Jakarta - Sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) memasuki angkatan XIII. Pendaftaran peserta telah ditutup pada 7 September 2016. Program bimbingan teknis penyiaran yang melatih soft skill tentang dunia penyiaran ini akan digelar pada 20 - 22 September 2016. Pesertanya adalah praktisi lembaga penyiaran, mahasiswa hingga masyarakat umum. 

Pelaksanaan program yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam menjamin profesionalitas di bidang penyiaran ini tidak memungut biaya apapun. Penyelenggaraannya ditanggung oleh APBN. Berikut adalah nama peserta Sekolah P3SPS angkatan XIII: 

 

NO

NAMA

INSTANSI

1

Ihsan Abdul Salam

ANTV

2

Dwi Setyo Afrizani

ANTV

3

Masud Ridwan

Trans 7

4

Wulantika Rahmi

Trans 7

5

Zainal Abidin

MNC TV

6

Hery Wibowo

MNC TV

7

Willy Daniel Tumbel

RCTI

8

Pratiwi Wulan

RCTI

9

Iman Eka Setya

TVRI

10

Qisty Daneswara W.

TVRI

11

Frendy Gultom

TVRI

12

Hafizhan Shidqi Harahap

Brava Radio

13

Kevin Loe

Cosmopolitan FM

14

Reza

Mahasiswa

15

Leli Desianti

Tim Kajian

16

Ivan A. Soedibyo

Radio MSK

17

Dicky Gustiandi

Mahasiswa

18

Karomi Hasan Pahmi

Mahasiswa

19

Hidayatul Fadjri

SCTV

20

Vivid Asifang

SCTV

21

Adityo Wicaksono

Indosiar

22

Riswan Prawira Putra

Indosiar

23

Thomas Joko Santoso

Kompas TV

24

Maulana Yusuf

Kompas TV

25

Sulistiyono

KPID DKI JAKARTA

26

Abdul Fikih

KPID DKI JAKARTA

27

Tito Hadiyan

RTV

28

Asrina Tiurna Nababan

RTV

29

Ayu Putri Widiastuti

TV One

30

Herdianto Yuhib

TV One

31

Tri Mulyo

Metro TV

Jakarta – Semangat yang tidak boleh hilang dalam jiwa kita adalah semangat membangun dan cinta terhadap bangsa. Semangat ini pula yang saat ini sedang digaungkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dalam mengelola penyiaran tanah air agar mutu dan kualitas siaran nasional  sesuai dengan harapan dalam UU Penyiaran No.32 tahun 2002.

Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis mengatakan, membangun cinta tanah air harus dimulai dari semua aspek temasuk penyiaran. Adanya rasa cinta tanah air secara otomatis membuat semua tindakan diupayakan paling baik. Dampak ini tentunya akan menciptakan suatu tata kelola yang baik terhadap kualitas konten. “Ini juga akan menciptakan industri yang kuat dalam penyiaran Indonesia,” katanya disela-sela pertemuan dan silaturahmi dengan CEO dan Pimpinan MNC Media Grup di kantor MNC Media Grup, Kebun Sirih, Selasa, 13 September 2016.

Meskipun demikian, lanjut Yuliandre, membentuk rasa cinta tanah air harus dibangun sama-sama. KPI tidak bisa melakukan hal itu sendiri tapi juga harus didukung oleh lembaga penyiaran yang memiliki peran besar membentuk rasa cinta dan juga nasionalisme melalui isi siaran. “Besar harapan saya isi siaran kita berkontribusi mengembangkan dan menjaga rasa cinta tanah air dan rasa nasionalisme,” pungkasnya yang disaksikan CEO MNC Media Hary Tanoesoedibjo.

Terkait hal itu, Ketua KPI Pusat periode 2016-2019 mendorong MNC Media menjadi role model dari semangat membangun rasa cinta tanah air dan nasionalisme melalui isi siaran. “Ide –ide kreatif mengenai tema kebangsaan dan nasionalisme akan banyak bermunculan. Hal ini akan mewujudkan isi siaran yang bermutu, berkualitas dan edukatif,” katanya.

Sementara itu, CEO MNC Grup Hary Tanoesoedibyo mengatakan industri lokal harus didorong tidak hanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri tapi juga bisa menjadi pemain global.
Dia berharap KPI bisa mendorong industri media dalam negeri. “Kita ingin menumbuhkan industri media yang solid, bagaimana pelaku-pelaku lokal bisa menjadi global,” katanya.

Menurut HT, dengan bertumbuhnya industri dalam negeri hal ini berdampak langsung terhadap ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara.

Pada saat menyampaikan sambutan di depan Komisioner KPI Pusat periode 2016-2019 yang hadir, HT bercerita sepak terjang dirinya menekuni dunia media sejak 17 tahun silam.

Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Wakil Ketua KPI Pusat Sujarwanto Rahmat Arifin, Komisioner KPI Pusat Hardly Stefano, Nuning Rodiyah, Agung Suprio, Ubaidillah, dan Mayong Suryo Laksono. ***

Jakarta – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis meminta mahasiswa terlibat dalam meningkatkan kualitas serta pengawasan isi siaran. Permintaan ini dinilainya sejalan dengan tanggungjawab mahasiswa sebagai generasi penerus yang akan mengisi dinamika bangsa ini di waktu mendatang. Hal itu disampaikannya saat menerima kunjungan Mahasiswa Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) di kantor KPI Pusat, pekan lalu.

Menurut Yuliandre, keterlibatan tersebut bisa melalui ide-ide kreatif, sikap mengkritisi untuk perbaikan, pemikiran membangun lain serta hal-hal positif lainnya. Terciptanya siaran yang berkualitas dan mendidik akan memberi dampak positif bagi masyarakat. Dampak yang baik itu akan berpengaruh terhadap prilaku dan kebiasaan sehari-hari.

“Kalian harus belajar giat dan terus melakukan inovasi-inovasi yang berguna bagi masyarakat. Hidup ini hanya satu kali, jadi manfaatkan hidup itu untuk hal-hal yang berguna dan bermafaat bagi orang lain,” pesannya.

Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Anggota KPI Pusat, Nuning Rodiyah, Mayong Suryo Laksono dan Ubaidillah serta Sekretaris KPI Pusat Maruli Matondang. ***

Jakarta – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Yuliandre Darwis mengajak kalangan mahasiswa memiliki pandangan sama terhadap cita-cita bangsa yakni maju dan sejahtera. Pandangan selaras tersebut dapat diwujudkan melalui tanggungjawab mereka mengembangkan penyelenggaraan penyiaran Indonesia lebih baik, berkualitas dan edukatif.

“Publik dalam hal mahasiswa memiliki peran terhadap pengembangan bangsa karena di dalam UU Penyiaran dituliskan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam berperan serta mengembangkan penyelenggaraan penyiaran nasional,” kata Yuliandre Darwis saat memberi kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kampus Universita Muhammadiyah Jakarta (UMJ), dengan tema Peran KPI dalam Peningkatan Kualitas Isi Siaran di Indonesia, Jumat, 9 September 2016.

Menurut Yuliandre membahas masalah bangsa tidak bisa dipikirkan sendiri tapi harus sama-sama karena arahnya tidak boleh berbeda frekuensi. Kesamaan pandangan terhadap kemajuan bangsa sangat penting untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa ini. “Background kita berbeda beda, edukasi dan budaya juga berbeda, tapi menyangkut isu ini harus kita pikirkan bersama,” katanya bersemangat di depan ratusan mahsiswa UMJ yang hadir memenuhi ruang aula FISIP UMJ.

Kalangan akademis, lanjut Andre, panggilan akrab Yuliandre, harus memiliki pemahaman studi akademis yang kuat karena melalui gerakan akademis dengan terminologi UU akan menjadi bahan catatan yang baik untuk tatakelola penyiaran Indonesia lebih baik.   

Dia juga menjelaskan tujuan penyiaran yang dirangkum dalam UU Penyiaran yakni memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat mandiri, demokratis, adil dan sejahtera serta menumbuhkan industri penyiaran

Dalam kaitan memajukan bangsa ini tidak akan lepas dari penanaman rasa nasionalisme. America Serikat, kata Andre, bisa menjadi contoh bagaimana penerapan simbol-simbol nasionalisme mereka masuk kes semua ruang termasuk siaran dan film. “Lihat saja film-film mereka, pasti ada simbol-simbol negaranya,” katanya.

Nasionalisme itu harus dijaga kata Ketua KPI Pusat. “Ini PR besar untuk mengembangkan karakter bangsa. Ini juga harus melibatkan semua stakeholder penyiaran untuk berpikir bersama bagaimana menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalisme tersebut. Ayo kita niatkan yang baik untuk hal ini. Hidup ini hanya satu kali jadi buatkan segalanya berarti. Pelan-pelan dalam melakukan perubahan lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Karena proses perubahan itu berjalan,” paparnya yang disambut tepuk tangan mahasiswa.  ***

Jakarta – Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) baik di Pusat maupun Daerah harus memiliki pemikiran dan visi yang kuat dalam membangun karakter bangsa. Visi dan pemikiran itu dinilai akan mendorong perbaikan sekaligus peningkatan kualitas penyiaran di tanah air. Hal itu disampaikan Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis ketika menerima kunjungan Anggota Komisi A DPRD Provinsi Bali di kantor KPI Pusat dengan agenda mendapatkan masukan terkait rekrutmen Anggota KPID Bali periode 2016-2019, Jumat, 2 September 2016.

Menurut Andre, membangun karakter bangsa melalui penyiaran sangat efektif dan itu bisa didorong oleh KPI melalui pendekatan yang berkesinambungan dengan lembaga penyiaran. Pendekatan yang dilakukan KPI tak hanya di kalangan redaksi dan produksi tetap juga pimpinan serta pemiliknya. Hal ini akan berkaitan dengan keselarasan cara pandang mereka terhadap pembangunan karakter bangsa melalui isi siarannya.

Andre, panggilan akrab Ketua KPI Pusat, sangat yakin para pemilik media televisi merupakan orang-orang negarawan yang memiliki pemikiran besar terhadap pembangunan karakter bangsa ini. “Kita akan melakukannya pelan-pelan dan tidak itu saja karena ada banyak opsi lain seperti sosialisasi langsung kepada orang-orang yang terlibat secara langsung produksi konten di stasiun TV,” katanya yang diamini Komisioner KPI Pusat bidang Isi Siaran Dewi Setyarini yang turut mendampingi menerima kunjungan Anggota DPRD Bali.

Terkait yang disampaikannya, Andre berharap Komisi A DPRD Provinsi Bali dapat memilih komisioner-komisioner KPID yang berkualitas dan memiliki pandangan sama terkait pembangunan karakter bangsa.

Pandangan serupa juga disampaikan Komisioner KPI Pusat Dewi Setyarini. Menurut Dewi, Komisioner KPID yang dipilih DPRD merupakan orang-orang yang memiliki perhatian besar terhadap pengembangan penyiaran lokal. Ini akan berkaitan dengan tujuan yang terdapat dalam UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yakni mewujudkan keragaman kepemilikan atau diversty of ownership dan juga keragaman isi siaran atau diversty of conten di daerahnya.

“Harapannya dengan terwujudnya keragaman kepemilikan dan konten, sumber-sumber daya yang ada di daerah tersebut akan terberdayakan. Mulai dari pengelolaan, penggunaan sumber daya manusianya, produksi hingga tayangnya, semuanya dilakukan di daerah. Pemberdayaan ini akan memajukan daerah tersebut. Dan, visi serta pemikiran tersebut harus dimiliki oleh Anggota KPID,” jelas Dewi.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Bali Made Arjaya mendukung upaya KPI Pusat membangun karakter bangsa dan pengembangan penyiaran di daerah melalui keragaman konten dan kepemilikan. Menurutnya, pihaknya akan berusaha memilih orang-orang yang tepat, berkualitas dan sesuai dengan harapan yang disampaikan KPI Pusat. ***

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.