- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 37173
Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, saat membuka acara literasi media di Hotel Pangeran Beach, Padang, Rabu (2/5/2018), mengatakan masih terdapat isi siaran yang cenderung mengabaikan kualitas serta dampak siaran yang ditimbulkan.
Padang – Program kegiatan literasi media Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di 12 kota mulai bergulir. Ibukota Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Padang, menjadi yang pertama menggelar kegiatan literasi tersebut. Kegiatan yang masuk program prioritas KPI pada 2018 ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat supaya menggunakan media secara kritis dan bijak.
Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, saat membuka acara literasi media di Hotel Pangeran Beach, Padang, Rabu (2/5/2018), mengatakan masih terdapat isi siaran yang cenderung mengabaikan kualitas serta dampak siaran yang ditimbulkan. Padahal hal ini berakibat negatif pada tatanan kehidupan masyarakat. Di sisi lain, kemampuan masyarakat dalam bersikap kritis terhadap media penyiaran juga masih relatif rendah. Apa yang disiarkan media sering diterima apa adanya sebagai sebuah kebenaran.
“Melalui kegiatan ini diharapkan nantinya masyarakat dapat menggunakan, memahami dan menganalisa media dengan baik, baik media televisi maupun radio. Dengan begitu mereka akan mampu memilih dan memilah media, mana yang manfaat mana yang mudarat,” kata Andre, panggilan akrabnya.
Andre menjelaskan kegiatan yang dibarengi dengan pelaksanaan Survei Indeks Kualitas Program Siaran TV di 12 kota ini akan diikuti oleh unsur akademisi, tokoh masyarakat, LSM, masyarakt umum, Kelompok Masyarakat Peduli Penyiaran di daerah, Lembaga Penyiaran Lokal dan Jaringan di daerah serta penggiat Literasi Media dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang benar dalam menyikapi media penyiaran.
Saat ini, sejumlah survey menunjukkan tingkat konsumsi media di Indonesia masih dipimpin televisi. Keberadaan televisi dan radio dengan tingkat penetrasi yang cukup tinggi menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia masih gemar mengakses konten melalui media penyiaran dibanding internet dan media cetak.
“Maka dari itu, Literasi Media menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan oleh KPI dengan melibatkan unsur masyarakat untuk mengetahui program-program siaran yang layak untuk dikonsumsi,” tambah Andre.
Dekan FISIP Universitas Andalas, Alfan Miko, salah satu narasumber kegiatan mengatakan, literasi media dapat membangun ketahanan dalam diri untuk berani aktif menyikapi setiap informasi atau siaran yang diterimanya.
“Selama ini, banyak dari kita hanya diam serta pasrah saat menerima siaran televisi. Ketika kita sudah dapat membedakan dan berani bersikap maka yang timbul di dalam diri sebuah sikap kiritis atau berani memilah informasi yang memang manfaat bagi dirinya. Nah, literasi media ini untuk membangun daya kritis tersebut,” kata Alfan.
Staf Ahli Komisi I DPR RI, Doni Harsiva Yandra, mewakili Anggota DPR RI, Darizal Basir, menyatakan peran masyarakat tidak bisa dilepaskan untuk mewujudkan konten yang berkualitas. Memilih tayangan yang berkualitas dan manfaat adalah suatu pilihan tepat untuk menentukan arah dari produksi program siaran.
“Masyarakat itu harus menjadi penentu program yang ditayangkan. Hal ini nantinya akan mengubah arah rating televisi kita,” katanya. ***