Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis, saat memberi sambutan peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) di Banjarmasin, Senin (1/4/2019).

Banjarmasin - Penetapan Hari Penyiaran Nasional pada tanggal 1 April secara resmi oleh pemerintah, disambut baik oleh segenap insan penyiaran yang hari dalam Puncak Peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-86, di Banjarmasin, Senin (1/4/2019). 

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi pada pemerintah yang telah mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 9 tahun 2019 tentang Hari Penyiaran Nasional. “Ini menjadi kado yang luar biasa istimewa bagi segenap pemangku kepentingan penyiaran”, ujarnya saat menyampaikan sambutan Harsiarnas ke-86, di Banjarmasin. 

Dalam Keppres yang ditetapkan pada 29 Maret 2019 tersebut, peringatan Harsiarnas pada 1 April didasarkan pada hari lahirnya radio ketimuran pertama milik bangsa Indonesia, Solosche Radio Vereeniging (SRV) yang diprakarsai oleh KGPPA Mangkunegoro VII. Dalam kiprahnya mewarnai dunia penyiaran, SRV hadir dengan teknologi modern untuk pengembangan budaya Indonesia. Hadirnya Keppres ini juga menandakan pengakuan pemerintah terhadap peran kesejarahan yang diemban dunia penyiaran melalui SRV dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Dengan adanya Keppres Hari Penyiaran Nasional, KPI berharap agar seluruh lembaga penyiaran dapat memastikan agar segenap konten siarannya selaras dengan tuntunan regulasi. Dalam Undang-Undang Penyiaran menyebutkan, penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.  

Sedangkan dalam konteks Harsiarnas ke-86 tahun ini, Yuliandre mengatakan ada beban besar yang diemban oleh dunia penyiaran dalam merajut kebhinekaan bangsa ini. Apalagi di tahun 2019 ini terdapat momentum politik yang berpotensial  mengotak-kotakkan bangsa dalam berbagai kepentingan. Untuk itu, televisi dan radio sebagai media mainstream dengan tingkat kepercayaan yang masih tinggi di tengah masyarakat, haruslah hadir dengan konten siaran yang mempersatukan berbagai kepentingan atas nama kepentingan nasional dan integrasi bangsa. Dengan demikian, seharusnya tidak ada ruang di televisi dan radio, bagi informasi palsu atau hoax yang dapat memecah belah rakyat Indonesia.

 

 

Jakarta -  Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengharapkan insan penyiaran Indonesia dapat menyatukan bangsa dengan konten positif dan faktual.

"Melalui peringatan Hari Penyiaran Nasional, segenap insan penyiaran dapat lebih menjunjung tinggi kesatuan bangsa dengan senantiasa menyajikan materi penyiaran yang positif dan faktual," kata Rudiantara dalam kultwitnya di akun @rudiantara_id, Senin (1/4/2019) pagi.

Peringatan Hari Penyiaran Nasional didasarkan pada momentum kebangkitan penyiaran 86 tahun lalu dengan berdirinya Solosche Radio Vereeniging (SRV). SRV menjadi radio Ketimuran pertama yang didirikan oleh anak bangsa yang diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegoro Vll pada 1 April 1933.

“SRV merupakan perintis berdirinya radio ketimuran milik bangsa Indonesia yang berjasa dalam menggunakan teknologi moderen untuk pengembangan budaya Indonesia,” jelas Menteri Rudiantara.

Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional. Penetapan ini berdasarkan atas Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 tentang Hari Penyiaran Nasional. Keppres itu menguatkan inisiatif insan penyiaran yang mendeklarasikan deklarasi Hari Penyiaran Nasional pada tanggal 1 April 2010 lalu di Pendhapa Gedhe, Balaikota Surakarta.

“Mulai tahun 2019 ini melalui Keppres No 9/2019, Bapak Presiden Joko Widodo menetapkan bahwa tanggal 1 April secara resmi menjadi Hari Penyiaran Nasional. Kepada teman-teman insan penyiaran dan masyarakat pada umumnya, saya menghaturkan selamat Hari Penyiaran Nasional,” ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandre Darwis peringatan Hari Penyiaran Nasional ini menjadi momentum bagi TV dan radio mengambil peran untuk merawat kebhinekaan melalui penyiaran yang sehat dan berkualitas. “Mari sukseskan Hari Penyiaran Nasional ke-86 dan Rakornas KPI di Banjarmasin,” ujarnya. Red dari kominfo.go.id

 

Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis dan Komisioner KPI Pusat, Ubaidillah, usai penandatangan prasasti pemilu damai di sela-sela acara Color Walk Bawaslu 2019 di Banjarmasin, Minggu (31/3/2019).

Banjarmasin – Menyemarakkan Pemilu 2019 dan Peringatan Hari Penyaran Nasional (Harsiarnas) ke 86 yang jatuh besok hari (1/4/2019), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Kalsel menggelar jalan santai bertajuk Bawaslu Colour Walk 2019, Minggu (31/3/2019).

Kegiatan yang dilaksanakan di Panggung siring Balai Kota Banjarmasin tersebut, diawali dengan senam zumba bersama dengan ribuan masyarakat di Banjarmasin.

Usai senam, Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor melepas peserta Bawaslu Colour Walk didampingi Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, Ketua Bawaslu Provinsi Kalsel, Iwan Setiawan, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina dan Ketua DPRD Kota Banjarmasin Hj Ananda.

Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, menyatakan kegiatan seperti ini sangat baik dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Menurutnya, masyarakat yang sehat akan memiliki cara pikir dan tindakan yang sehat pula. 

“Jika masyarakat kita sehat, keadaan pun akan baik dan nantinya akan berpengaruh baik terhadap agenda pemilu yang akan berlangsung tidak lama lagi. Masyarakat sehat, pemilu juga sehat dan damai,” tandasnya.

Pendapat serupa juga disampaikan Gubernur Kalimantan Selatan, H Sahbirin Noor. Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan Bawaslu tersebut sangat baik. Kerena kegiatan yang bertemakan bahagia seperti ini dapat menimbulkan Pemilu yang bahagia pula.

“Saya menyambut positif karena hajatan besar bangsa ini atau yang sering kita sebutkan dengan pesta demokrasi, digelar kegiatan penyuluhan dan sosialisasi dalam bentuk Color Walk,” tutur Sahbirin Noor.

Dia mengungkapkan, apabila menyelenggarakan hajatan besar pemilu dengan penuh kegembiraan, ia meyakini tidak akan ada pemilu yang penuh dengan permusuhan atau perkelahian.

Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina, juga mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Bawaslu terkait sosialisasi penyadaran pemilu dalam pengawasannya dengan event Color Walk.

“Kegiatan seperti ini disambut antusiasme masyarakat yang luar biasa, karena dihadiri sekitar 7.000 orang lebih, dan ini menjadi sarana mensosialisasikan semakin dekatnya pemilu,” ujarnya.

Kegiatan Colour Walk ini juga diselingi dengan penandatangan prasasti pemilu damai oleh Walikota Banjarmasin, Ketua Bawaslu Kalsel dan Ketua KPI Pusat. ***

 

SIARAN PERS
Peringatan Hari Penyiaran Nasional ke-86:
Merawat Kebhinekaan dengan Siaran Sehat dan Berkualitas

Banjarmasin - Momentum Hari Penyiaran Nasional yang diperingatisetiap tanggal 1 April harus menginsipirasi setiap insan penyiaran tentang perjuangan sebuah radio ketimuran pertama di Indonesia, Solosche Radio Vereeniging (SRV), yang menjadikan medium penyiaran sebagai alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia sekaligus memperjuangkan kemerdekaannya. 

Sejarah panjang SRV ini juga memperlihatkan bahwa lewat penyiaran inilah, keberagaman dan kebhinekaan masyarakat dapat dikonsolidasikan menjadi sebuah harmoni yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, maka dunia penyiaran pun dapat mengambil peran yang signifikan untuk merawat kebhinekaan bangsa, dengan menghadirkan konten siaran yang sehat, berkualitas dan juga dapat dipercaya.

Dalam peringatan Harsiarnas ke-86 yang membawa semangat “Dari Kalimantan Selatan, Indonesia Menyiarkan Baik”, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis mengajak setiap anak bangsa untuk menjaga keutuhan negara dengan mempublikasikan informasi yang akurat, berimbang, jujur dan bertanggung jawab. “Hari Penyiaran Nasional ini wajib dimaknai dengan semangat positif demi memberikan tatanan yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui dunia penyiaran,” ujarnya. 

KPI berterima kasih dan mengapresiasi atas penetapan resmi Hari Penyiaran Nasional tanggal 1 April yang sudah disahkan dalam Keputusan Presiden, beberap hari lalu. "Ini menjadi kado ulang tahun yang luar biasa, bagi insan penyiaran di Indonesia," ujar Yuliandre dalam sambutannya pada puncak peringatan Hari Penyiaran Nasional ke 86 di Banjarmasin, Senin (1/4/2019).  

Yuliandre memaparkan, dalam rangka usaha KPI menghadirkan konten siaran yang baik untuk masyarakat, dalam kesempatan peringatan Harsiarnas juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman terkait Riset Indeks KUalitas Program Siaran Televisi bersama 12 perguruan tinggi yang ada di 12 kota besar di Indonesia. 

KPI berharap, hasil riset dari kerja sama KPI dengan kalangan akademisi ini dapat menghasilkan informasi berkualitas untuk diterima masyarakat melalui frekuensi publik, baik televisi dan radio. Penandatanganan Nota Kesepahaman juga akan dilakukan KPI dengan Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) dalam bentuk Kerja Sama Pelaksanaan Aksi Bela Negara di Masyarakat Melalui Lembaga Penyiaran. 

KPI sangat menyadari, masyarakat Indonesia membutuhkan tayangan yang mendidik serta informasi berkualitas yang dapat menuntut mereka ke arah yang lebih baik. Karenanya televisi dan radio harus mampu menghadirkan siaran yang menginspirasi, menggugah kreativitas serta mendorong produktivitas anak bangsa dengan konten siaran berkualitas dan juga mempersatukan segenap elemen anak bangsa.

Pada kesempatan ini pula, KPI memberikan Penghargaan Penyiaran kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Masyarakat/ Organisasi Peduli Penyiaran, serta Tokoh Peduli Penyiaran. Ketiga penghargaan itu diberikan kepada: Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Jaringan Radio Komunitas Indonesia, serta (Alm) Jusuf Ronodipuro.

 

 

Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, saat menjadi narasumber kegiatan Literasi Media menyambut Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke 86 di Banjarmasin, Sabtu (30/3/2019).

Banjarmasin – Orangtua harus berperan aktif mengawasi apa yang ditonton anak-anaknya. Pengawasan ini untuk memastikan anak-anak tersebut menonton tayangan sesuai dengan klasifikasi mereka, tidak berdampak buruk dan mendidik. Permintaan tersebut disampaikan Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, saat menjadi narasumber kegiatan Literasi Media menyambut Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke 86 di Banjarmasin, Sabtu (30/3/2019).

Nuning menjelaskan, meskipun siaran televisi sekarang relatif lebih baik ketimbang sebelumnya, namun kecerdasan pemirsa untuk memilih tayangan tetap diperlukan. Pilihan ini untuk menentukan tayangan yang pantas dan memang baik untuk disaksikan. 

“Akibat target mengejar rating, hampir semua siaran televisi sama modelnya yang terkadang tidak berisikan hal mendidik. Ketika ini terjadi, carikan program yang baik, berkualitas dan mendidik. Ayo kita buat gerakan pindah program ke yang mendidik dan berkualitas,” katanya.

Menurut Nuning, pilihan publik terhadap sebuah program akan menentukan seperti apa model layar kaca lembaga penyiaran. “Jika semua masyarakat menonton tayangan yang mendidik dan berkualitas hal ini akan menempatkan tayangan tersebut memperoleh rating tinggi. Kondisi ini akan mengarahkan televisi memproduksi membuat tayangan yang mendidik dan berkualitas tersebut,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Nuning mengajak orangtua untuk juga menonton tayangan berkualitas dan tidak membiarkan anak-anak mengendalikan sendiri remote dan gadgetnya. “Menjadi televisi dan gadget sebagai penenang buat anak-anak itu tidak baik. Terlebih soal gadget, karena tidak ada filter dan pengawasan terhadap media ini,” paparnya kepada peserta literasi yang sebagian besar ibu-ibu PKK di Banjarmasin.

Narasumber lain seminar menambahkan, anak-anak memiliki kerentanan dan mudah terpengaruh dari apa yang mereka tonton. “Mereka belum memiliki filter dan mudah terpapar langsung nilai-nilai yang ada ditayangan tersebut karenanya peran orangtua sangat penting untuk mengawasi apa yang anak-anak mereka asup,” katanya.

Selain itu, orangtua harus melakukan pembagian terhadap waktu anak-anak. “Yang paling benar adalah sepertiga waktu mereka untuk sekolah, sepertiga untuk mereka istirahat dan sepertiga untuk mereka berktifitas termasuk bermain,” jelas narasumber tersebut. ***

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.