- Detail
- Ditulis oleh RG
- Dilihat: 20134
Jakarta – Perlu langkah sistematis guna menuntaskan masalah kualitas tayangan di lembaga penyiaran kita. Salah satu langkah itu dengan memberikan literasi bagi masyarakat agar mereka selektif saat memilih tayangan.
Pendapat tersebut disampaikan Anggota Komisi I DPR RI, Ida Fauziah, saat menjadi narasumber di kegiatan eveluasi pemantauan isi siaran KPI Pusat di Kantor KPI Pusat, kawasan Djuanda Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2017).
Politikus dari dari F-PKB ini menceritakan dirinya banyak dititipi aspirasi berupa keluhan dari masyarakat terkait tayangan televisi nasional yang tidak sesuai harapan. Tayangan televisi belum sepenuhnya berisi hal-hal yang positif, mendidik, dan penuh manfaat.
“Ini karena ketidakmampuan televisi kita menyajikan konten-konten yang mendorong perbaikan kualitas masyarakat. Padahal kita ketahui televisi masih menjadi media favorit bagi masyarakat. Jadinya, kita pun tidak bisa menghindar dari dampak negatif siaran tersebut,” kata Ida Fauziah.
Ida mengatakan program acara televisi seperti infotainmen, variety show, dan sinetron, kualitasnya masih di bawah standar. Menurut penelitian, penonton televisi kebanyakan adalah ibu rumah tangga. Hal ini, lanjut Ketua F-PKB, menjadi dilematis karena mestinya peran ibu adalah sebagai guru madrasah anak-anaknya.
Dampak dari siaran harusnya memiliki keselarasan dengan keinginan membangun generasi penerus bangsa. “Karena itu, perlu ada usaha yang sistematis untuk menanggulangi masalah tersebut. Perlu ada pendidikan literasi bagi semua lapisan seperti guru, orangtua, dan masyarakat. Hal ini juga bisa dilakukan dalam setiap program acara,” kata Ida Fauziah.
Dalam kesempatan itu, Ida Fauziah meminta pada analis pemantauan isi siaran KPI Pusat untuk lebih peka ketika melakukan pemantauan. Kepekaan ini akan meminimilisir wilayah-wilayah abu-abu yang membuat kita terusik.
Sementara Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Yadi Hendriana, mengatakan yang perlu dilakukan stasiun televisi harus sesuai dengan keinginan publik (public interst) bukan individu. “Perlu juga wisdom untuk menentukan tayangan apa yang layak atau tidak layak ditayangkan. Tidak boleh ada keberpihakan dan setiap tayangan harus memiliki nilai atau value,” katanya di tempat yang sama. ***