Waingapu – Radio memiliki perbedaan dengan media lain (TV dan media cetak) dari cara menyampaikan informasinya kepada masyarakat. Sifatnya yang interaktif menjadikan media elektornik tertua ini dikenal dekat secara emosional dengan pendengarnya. Karenanya, peran radio sangat krusial ketika terjadi masalah kebencanaan sekaligus juga ikut menjernihkan informasi tidak benar alias hoax.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Nuning Rodiyah, mengatakan karena radio bersifat interaktif atau terhubung dua arah maka radio dapat berperan besar untuk menyampaikan peringatan dini (early warning) terjadinya bencana seperti tsunami dan bencana alam lainnya.

“Radio ini bisa dimanfaatkan sebagai early warning sistem kepada masyarakat jika ada bencana. Jika semakin banyak radio di sini, maka informasi tentang bencana itu akan bisa tersebarluaskan,” katanya saat berkunjung ke Radio MAX FM, di Kota Waingapu, dalam rangkaian kegiatan Presscamp KPI Pusat, akhir Februari lalu.  

Nuning menegaskan tingkat kebohongan atau hoax di radio menjadi yang paling rendah dibanding dengan media lain seperti TV dan media sosial yakni hanya 0,2%. Karenanya, dia yakni radio masih menjadi media pilihan masyarakat di tengah pesatnya kemajuan media digital saat ini.

Dalam kesempatan itu, Dia berharap pertumbuhan radio di daerah NTT seperti Sumba Timur terus meningkat. Jika jumlah radio makin banyak, ini akan menciptakan ruang informasi yang lebih banyak dan luas sekaligus dapat dipertanggungjawabkan.

“Ini menjadi tugas kami untuk menumbuhkan kembangkan lembaga penyiaran seperti radio,” kata Nuning. 

Direktur PT. Radio Max 96,9 FM Waingapu, Hendrik Dengi mengungkapkan, radio masih jadi pilihan masyarakat Sumba di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital yang mendorong orang lebih memilih media sosial seperti, facebook, twitter, youtube, dan instagram.

"Saya berani ungkapkan ini karena kalau orang di Kota dia masih menikmati hiburan dengan berbagai media. Tetapi ketika dia bergeser sedikit dari pusat perkotaan yang menjadi pilihan hiburan adalah radio. Saya yakin itu. Jadi radio itu masih akan tetap aksis, walau persaingan teknologi digitalnya sangat pesat," kata Hendrik.

Salah satu alasan radio masih eksis di Sumba Timur, karena siarannya didominasi siaran lokal hingga 90 %, sisanya adalah kerjasama dengan pemerintah dan swasta dalam bentuk talkshow. Contohnya siaran menggunakan bahasa daerah, terus lagu-lagunya pun bernuansa daerah. Selain itu dalam perbincangan banyak membahas potensi-potensi lokal, baik sosial maupun budaya. ***/Foto: AR/Editor: MR

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.