Bekasi - Hasil Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi periode II tahun 2021 yang dilaksanakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengalami peningkatan. 

Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan sekaligus penanggungjawab Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi di KPI, Yuliandre Darwis menjelaskan, riset ini merupakan tolak ukur bagi kualitas konten siaran di Indonesia. Dengan melibatkan 12 (dua belas) perguruan tinggi se-Indonesia dan para ahli, merupakan bentuk dedikasi KPI yang tidak pernah henti menjadi garda terdepan dalam mengawal siaran yang sehat dan bermartabat. 

Sebagai salah satu program prioritas nasional oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), hasil riset ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menjadi daya dorong sebagai kontribusi dalam membangun kualitas program di era penyiaran digital ke depan.  Selain itu, tambah Yuliandre, KPI berharap hasil riset juga menjadi inspirasi atas aktivitas penyiaran di berbagai platform media termasuk media baru. 

"Memasuki era digital hal yang paling utama adalah The King Is Konten. Dengan peralihan dari analog digital, sudah dipastikan kedepan akan semakin beragam konten televisi di Indonesia," ungkap Yuliandre.

Penyelenggaraan riset atas kualitas siaran di televisi ini sudah memasuki tahun ke-enam. Sejak tahun 2020, hasil riset ini mengalami tren kenaikan. Hal ini dapat diartikan riset ini telah menjadi rujukan lembaga penyiaran dalam melakukan perbaikan atas kualitas siarannya, ujar Yuliandre. 

Dalam riset ini KPI melakukan penilaian terhadap delapan program siaran televisi yang terdiri atas program berita, anak, talkshow, religi, wisata budaya, sinetron, variety show dan infotainmen.  Program siaran yang mendapatkan indeks tertinggi adalah wisata budaya yakni 3.62. Dari delapan kategori tersebut, hasil riset menunjukkan masih ada tiga program siaran yang berada di bawah standar berkualitas, yakni variety show 2.92, infotainment 2.62, dan sinetron 2.59. 

Sebagai program siaran yang mendapat nilai indeks paling rendah, sinetron mendapat catatan dalam aspek perlindungan kepentingan anak dan remaja, serta kesesuaian terhadap perkembangan psikologis anak dan remaja. Catatan lain untuk sinetron adalah adegan kekerasan baik verbal maupun non verbal dan ungkapan kasar serta makian yang memiliki kecenderungan menghina dan merendahkan martabat manusia. 

Untuk program siaran dengan nilai indeks tertinggi yakni Wisata Budaya, KPI berharap lembaga penyiaran dapat meningkatkan kuantitas program ini. Dari catatan riset, tidak semua lembaga penyiaran memiliki program wisata budaya. Padahal, program ini memiliki nilai strategis dalam rangka memperkaya wawasan nusantara dan memaknai hakikat kebhinekaan bangsa. Untuk itu, KPI berharap para perusahaan yang beriklan dapat ikut berkontribusi dalam penempatan iklan di program-program yang terbukti memiliki kualitas baik. Sebagaimana harapan KPI, bahwa riset ini memiliki pengaruh yang besar terhadap ekosistem penyiaran, baik di lembaga penyiaran, masyarakat juga pengiklan. 

Dukungan pengiklan pada program-program siaran yang berkualitas berdasarkan hasil riset KPI, akan membantu kesinambungan program tersebut untuk terus hadir di tengah masyarakat. “Perlu diketahui bersama, penekanan dari salah satu tujuan yang menjadi penguatan hasil riset bukan hanya kuantitatif maupun kualitatif, namun bobot dari sebuah tayangan,” pungkas Yuliandre.

(Foto: Humas KPI/ Agung Rachmadiansyah)

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.