Jakarta -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) berharap kompetisi film pendek digital atau Digital Movie Competition (DMC) dapat melecut berkembangnya industri konten di tanah air. Selain itu, kompetesi film pendek ini dapat melahirkan sineas-sineas baru maupun konten kreator yang berkualitas dan mumpuni.
Harapan itu disampaikan Wakil Ketua KPI Pusat yang juga PIC kegiatan Digital Movie Competition 2020, Mulyo Hadi Purnomo, di sela-sela acara puncak sekaligus pengumuman pemenang kompetisi film pendek Digital Movie Competition bertema “Menjaga Indonesia” yang berlangsung secara daring dari Hotel Grand Mercure, Jakarta Pusat, Senin (7/12/2020).
“Kami ingin perlombaan seperti ini menjadi pemicu lahirnya kreator-kreator baru dari kalangan umum dan pelajar yang nantinya akan menambah khazanah konten negeri ini. Kita membutuhkan banyak sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dalam industri konten. Apalagi saat ini zamannya sudah digital yang segala sesuatu dinilai secara kualitas dan juga kreativitas,” kata Mulyo.
Mulyo menjelaskan, kompetisi film yang terselenggara atas kerjasama dengan BAKTI dan Kemkominfo, diikuti 110 peserta lomba. Kebanyakan peserta berasal dari kalangan umum dan pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia. Dari 110 karya yang diperlombakan, panitia melakukan proses seleksi administrasi sehingga menyisakan 95 karya film pendek yang memenuhi syarat untuk dipertarungkan pada kategori umum dan pelajar.
Kompetisi ini memperebutkan hadiah dengan total uang berjumlah 120 juta rupiah. Hadiah pertama akan memperoleh hadiah senilai 45 juta rupiah, hadiah kedua 30 juta rupiah dan hadiah ketiga 20 juta rupiah. Adapun pemenang khusus pelajar memperoleh hadiah sebesar Rp. 15 juta rupiah dan dua (2) pemenang nominee terbaik masing-masing sebesar 5 juta rupiah.
“Kami menyampaikan terima kasih atas antusiasme peserta yang ikut dalam lomba yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia termasuk daerah perbatasan. Waktunya memang singkat tapi ini bukan kendala. Selain itu, banyaknya peserta menjadi tanda bahwa kompetisi seperti ini diminati banyak orang walaupun temanya agak spesifik,” ujarnya.
Terkait tema lomba tersebut, Mulyo menjelaskan, pihaknya ingin memantik ketertarikan kalangan muda dan pelajar terhadap isu-isu sosial yang ada di masyarakat khususnya di wilayah perbatasan. Kesulitan mendapat siaran nasional, banjir siaran asing, hingga lebih kenal lagu kebangsaan negara tetangga adalah beberapa masalah tersebut.
“Lewat kompetesi ini, kami juga dapat memetakan masalah dan kesulitan yang dihadapi masyarakat di perbatasan serta daerah terpencil dan tertinggal lainnya. Ini menjadi masukan yang konstruktif untuk memperbaiki keadaaan kurang baik tersebut. Melalui kegiatan ini, kami juga ingin mengajak masyarakat turut serta mengkampanyekan spirit menjaga Indonesia termasuk daerah perbatasan,” tegasnya.
Dalam kompetisi ini, untuk penilaian, KPI melibatkan tim juri yang kredibel dan berpengalaman di bidangnya seperti Lola Amaria (Aktris sekaligus Sutradara), Teuku Rifnu (Aktor), Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua LSF), Benny Benke (Jurnalis dan Penyair), dan Fadhilah Mathar (BAKTI Kementerian Kominfo).
Sementara itu, Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, mengatakan kompetisi film pendek ini diselenggarakan salah satunya agar masyarakat atau yang membuat konten paham dan mengerti tentang digital teresterial. Menurutnya, hanya sedikit yang menyampaikan film tentang digital dalam kompetisi ini. "Artinya kegiatan sosialisasi tentang digital ini harus dilakukan secara massif," katanya.
Ketua Dewan Juri DMC 2020, Lola Amaria, melihat banyak bakat dan bibit baru dalam dunia film di Indonesia dari berlangsungnya kompetisi. Menurutnya, kompetisi film seperti ini harus dipersiapkan sejak jauh hari agar lebih banyak lagi karya yang ikut berlomba dalam kompetisi. "Jika ini dilakukan tiga bulan sebelum mungkin akan ada ribuan karya yang masuk," ujar.***