Jakarta -- Digitalisasi penyiaran memang sebuah keniscayaan. Namun hingga saat ini, di antara negara Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Timor Leste yang belum ASO (analog switch off) alias beralih dari teknologi analog ke digital. Padahal, dari segi kemampuan dan sumber daya Indonesia dinilai sudah siap.
Menyoal ini, Komisioner KPI Pusat, Mohamad Reza, menyatakan tidak ada kata lain selain Indonesia harus segera beralih secepat mungkin ke siaran digital. Banyak aspek yang menyebabkan proses transformasi ini untuk cepat disegerakan dan salah satunya terkait menjaga rasa nasionalisme dan integrasi bangsa di masyarakat khususnya di wilayah perbatasan, terpencil dan tertinggal.
“Adanya digital dapat menjangkau daerah-daerah tersebut yang notabene tidak masuk siaran nasional maupun lokal. Setidaknya, siaran digital ini akan dapat menekan atau meminimalisir munculnya paham-paham yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas Reza di sela-sela webinar bertajuk Sosialisasi Digital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerjasama dengan Pemda Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (2/9/2020).
Menurut Reza, alih teknologi ini tidak perlu menunggu waktu lama hingga bertahun-tahun lagi. Jika Indonesia sudah siap sebaiknya segera dialihkan. “Tidak perlu menunggu waktu lama. Jika perlu dalam satu tahun jika memang sudah siap segera beralih. Jangan kita mengalami kerugian besar akibat penundaan ini,” katanya.
Dilain aspek, Reza menilai perpindahan teknologi ini akan memberi dampak positif terhadap perkembangan penyiaran di tanah air seperti makin maraknya keberagaman konten lokal. Misalnya, ada 700 televisi di Indonesia setelah beralih ke digital akan ada peluang kelipatan kanal yang dapat disi konten baru dengan berbagai latar keinginan dan genre.
“Ini juga menjadi tantangan kita juga apakah dengan banyaknya kanal yang tersedia hal ini akan menjadikan kontennya akan beragam. Karena itu, kami memiliki kajian terkait persoalan ini dengan rencananya kami melakukan riset terhadap kenyamanan dan kepentingan publik terhadap isi siaran. Setidaknya ini akan dapat menjawab sebenarnya siaran seperti apa yang dinginkan mereka khususnya di daerah,” jelas Reza di seminar yang dimoderatori Ketua KPID NTB, Yusron Saudi.
Dia juga mengingatkan tantangan lain dari banyak konten akibat digital. Sebaiknya, lanjut Pria yang biasa di sapa Eca, harus ada kolaborasi antara lembaga penyiaran eksisting dengan konten kreator di daerah. Kreasi kedua podusen konten ini, dapat menumbuhkan iklim yang sehat dan juga produksi konten yang lebih baik, berkualitas, bermanfaat dan sekaligus menarik ditonton.
“Saya melihat ini tantangan bagi kedua belah pihak ke depannya. Saya juga meyakinkan bahwa konten creator lokal atau sineas-sineas muda yang terlahir dari sekolah menegah dapat diandalkan dan tak kalah bagus dengan yang sudah ada. Ini regenerasi yang baik terhadap kelanjutan produksi konten di dalam negeri,” kata Eca.
Daerah menyambut baik
Wacana perpindahan teknologi penyiaran dari analog ke digital ternyata disambut antusias oleh pemerintah daerah dan kalangan akademisi. Menurut mereka, peralihan ini akan memberi dampak baik bagi perkembangan daerah terutama di sektor pariwisata dan ekonomi.
Wakil Gubenur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sitti Rohmi Djalilahi, saat memberi kata sambutan dalam acara webinar ini, mengatakan digitalisasi penyiaran dapat memberi manfaat bagi tumbuh kembang daerahnya. Sistem ini akan mempermudah pemerintah daerah dan juga pelaku-pelaku usaha khususnya di bidang pariwisata mempromosikan keunggulan daerahnya.
“Kami sangat berharap dari digitalisasi ini memberi manfaat yang baik untuk pemerintah dan juga bagi masyarakat. Namun, saya mengingatkan untuk juga mengedepankan peran edukasi terlebih dalam kondisi saat ini di tengah pandemi. Tanpa edukasi dan tanpa ada peran serta masyarakat tidak artinya pengorbanan ini dan peran ini dapat melalui digital,” jelas Wagub.
Hal senada juga disampaikan Dosen UIN Mataram, Kadri. Menurutnya, perpindahan ini menjadi momentum yang bagus bagi daerah. Transformasi ini dapat menjadikan konten daerah yang lebih berpromosi soal daerah sehingga dapat ditangkap secara maksimal oleh masyarakat lokal, nasional maupun internasional.
“Digitalisasi penyiaran akan meningkatkan kualitas promosi daerah tersebut. Ini menjadi momentum bagi promise wilayah dan pariwisata khususnya di NTB. Ini membuat kualitas promosi daerah jadi lebih bagus,” ujar Kadri.
Sementara itu, Pemerhati Penyiaran yang juga Ketua Asosiasi Televisi Siaran Digital Indonesia (ATSDI) Eris Munandar, menyatakan digitalisasi sebuah keniscayaan tapi disikapi dengan dua sikap yakni ada yang di respon cepat dan sebaliknya. Padahal, digitalisasi ini sangat penting untuk tumbuh kembang dunia penyiaran dan juga kemajuan bangsa ini.
Karenanya, dia sepakat dengan KPI jika perpindahan ini jangan lagi terlalu lama dilaksanakan. “Sudah tidak ada waktu bagi indoenesia untuk berlama-lama melakukan proses perpindahan ini,” kata Eris.
Selain itu, digitalisasi bisa menjadi kesempatan baik untuk membuka lapangan kerja baru di tengah pademi Covid-19 yang banyak memutuskan mata pencaharian hidup orang. “Ada peluang dari digital ini. Hal ini bisa didukung oleh konten-konten kreatif dari daerah yang menjaga kearifan lokal,” tambah Eris.
Menurut Eris, Indonesia sebenarnya sudah siap. Karenanya, tidak alas an untuk tidak siap dengan alasan apapun termasuk TV-nya yang masih analog. “Banyak masyarakat yang sudah memiliki TV digital. Pembelian perangkat TV ketiga terbesar di dunia adalah kita di bawah Jepang. Ayo sama-sama kita manfaatkan momentum ini,” tandasnya ***