Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis, saat menjadi Narasumber acara Indonesia Constructive Journalism Conference 2018 (ICJC-2018) yang diselenggarakan Media Akutahu dan Universitas Moestopo di Aula Wisma Menpora, Sabtu (15/12/2018).

 

Jakarta – Jurnalisme di Tanah Air mengalami perubahan besar usai reformasi 1998. Semenjak pergantian rezim di masa itu, media di Indonesia bebas secara mutlak. Sejalan dengan situasi itu, muncul pula sejumlah kepentingan yang menyertainya.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis menyatakan, kondisi jurnalisme yang ada sekarang dengan kebebasan yang besar memunculkan dominasi kepentingan bisnis media yang juga tak kalah besar.

“Kapitalisme membuat media lebih mementingkan kepentingan bisnis. Bagaimana mendapatkan bisnis yang lebih menguntungkan,” katanya saat menjadi Narasumber acara Indonesia Constructive Journalism Conference 2018 (ICJC-2018) yang diselenggarakan Media Akutahu dan Universitas Moestopo di Aula Wisma Menpora, Sabtu (15/12/2018).

Menurut Andre, panggilan akrabnya, perlu ada keseimbangan antara kepentingan bisnis dan hakekat dari adanya media untuk masyarakat. Dia mengatakan, kebebasan ini harus diikuti dengan tanggungjawab terutama untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. “Jangan sampai kepentingan bisnis ini menyebabkan idealisme media menguap dan ini menjadi tantangan semua media,” katanya khawatir.

Hal yang sama dinyatakan Dr. Prasetya Yoga Santoso, Dekan FIKOM Universitas Moestopo. Menurutnya, media harus merubah cara pandang dengan tidak sepenuhnya mengagungkan keuntungan semata. “Bad news is a good news banyak diimani oleh media saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya,” tuturnya

Media akutahu yang digagas oleh Isnaedi Achdiat ini ditujukan utk mengembangkan knowledge-based society. Isnaedi menjelaskan, benturan yang banyak terjadi di masyarakat ini disebabkan oleh masyarajat yang kurang literasi. Dalam posisi khalayak sendiri, banyak fenomena yang harus di urai mengenai bagaimana masyarakat sendiri yang harus bisa menjadi jurnalis di era digitalisasi ini. 

Dalam kesempatan itu, Yuliandre mengatakan anak muda saat ini sudah bisa menjadi wartawan dengan mudah. “Era digital membuat anak muda dengan cepat dapat menginformasikan kapanpun melalui vlog di media baru. Namun demikian dengan tetap menjaga etika,” pintanya.

Andre berharap konferensi Media Akutahu dan Universitas Moestopo ini dapat mengurai hal-hal strategis mengenai fakta-fakta yang harus diketahui masyarakat mengenai jurnalisme yang positif. 

Anak muda harus dapat menjadi jurnalis yang bisa memberikan efek positif untuk dunia. “Semoga niat baik konferensi ini menjadi trigger awal dalam meningkatkan kontribusi positif anak muda di masyarakat terhadap dunia jurnalisme, khususnya penyiaran,” papar Ketua KPI Pusat ini. *** 

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.